CB 9

22.8K 2.5K 90
                                    

Pagi yang cerah tapi tak begitu dengan wajah mendung Jaehyun yang terlihat menuruni tangga mansion dengan wajah ditekuk hingga membuat Chanyeol yang tengah menyiapkan roti bakar untuk sarapan keduanya mengerutkan kening bingung.

"Ada apa dengan wajah jelek itu Prince?"

"Dad. Jangan mengejekku pagi-pagi karena aku benar-benar sedang kesal sekarang"

"Apa lagi kali ini hmmm. Bukannya gelangmu sudah pulang dengan selamat?"

"Bukan masalah itu Dad" erang Jaehyun yang menghempaskan badannya di kursi dan membuat Chanyeol kembali mengerutkan keningnya.

"Lalu?"

"Tidak tau. Mood Jeyun benar-benar buruk" ucapnya yang membuat sang ayah hanya bisa menghela napas mendengarnya.

"Yasudah. Sekarang habiskan sarapanmu, nanti mood-mu juga akan baik sendiri" ucap Chanyeol seraya menuangkan segelas susu untuk Jaehyun yang hanya mengangguk.

"Dad"

"Hmmm"

"Jeyun bawa motor hari ini boleh ya?"

"Kenapa harus motor Prince? Kita punya mobil lebih dari satu"

"Kalau begitu aku jalan kaki saja"

"Baiklah-baiklah. Terserah saja tapi ingat hati-hati" pesan Chanyeol yang dibalas Jaehyun dengan senyum manis.

"Aku berangkat dulu Dad! I love you!" pamitnya seraya berlari keluar sambil bersenandung kecil dan Chanyeol hanya terkekeh pelan menatap kelakuan putranya itu.

Suapan Chanyeol terhenti saat ponselnya berbunyi dan menampilkan sebuah nama yang membuatnya dengan cepat menelan makanannya dan menempelkan ponsel itu ditelinga.

"Bagaimana?" tanya Chanyeol tak sabaran.

"Sesuai dugaanmu-- Byun Baekhyun bukan orang sembarangan kau yakin masih menginginkannya?"

"Bagaimana kau tau dia bukan orang sembarangan?"

"Tentu saja. Karena aku mengenalnya cukup baik dan kurasa kau juga"

"Maksudmu?"

"Baixian. Ingat soal dia? Aku bahkan baru bertemu dengannya belum lama ini" hanya satu nama tapi mampu membuat Chanyeol membeku dan meremat kuat ponsel ditangannya dengan napas memburu.

"Kirim semua datanya padaku. Akan kuurus semuanya sendiri dan satu lagi-- kuharap kau tidak akan ikut campur dalam hal ini"

"Baiklah. Hubungi aku jika kau berubah pikiran--- Loey" klik.

Setelah sambungan telpon itu terputus, Chanyeol terlihat menghela napas dalam-dalam dengan dada yang terlihat naik-turun seolah tengah mengatur berbagai emosi yang saat ini menderanya.

Gara-gara masalah ini juga nafsu makannya seketika hilang dan dia lebih memilih berjalan naik kearah kamarnya.

Sesampainya dikamar Chanyeol berjalan kearah sisi kiri kamarnya dan menarik sebuah buku yang berada diantara jejeran koleksi buku mahal miliknya hingga membuat lemari baca itu bergeser.

Dibelakang lemari itu tampak sebuah pintu berwarna senada dengan cat tembok yang dibuka Chanyeol dengan menempelkan telapak tangannya hingga pintu didepannya itu terbuka secara otomatis.

Dengan langkah tegas Chanyeol melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang rahasia itu dan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan.

Tidak ada yang berubah. Semua masih sama dengan saat terakhir dia memasuki ruangan itu.

ATTENTION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang