Part1

19.9K 455 17
                                    

"Za, Itu bener suami mu?! Laki-laki nyeleneh, urakan dan kadang nggak tau malu itu?! Yang suka nongkrong di pasar dan bergaul dengan para preman gitu?!" Cerca sahabatku.

Aku hanya tersenyum, dan mengangguk untuk menjawab semua perkataannya.

"Kok bisa sih Za, mau sama laki-laki begitu, macam nggak ada laki-laki lain aja. Dia dapat kamu ketiban bulan, lah kamunya?! Mungkin lagi mabok loe ya, nerima lamaran dia.."

Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya.

*******

Tanpa terasa sudah lima tahun aku menemaninya dalam biduk rumah tangga ini. Awalnya aku juga tidak mengenal pribadinya seperti apa, yang aku tau dia teman Bapakku setiap pergi Shalat Subuh berjama'ah dan teman pulang setelah Shalat Isya'.

Dia tinggal di depan rumahku. Dia bekerja dimanapun tidak ada yang tau, setiap pagi dia pergi shalat subuh sambil membawa tas ranselnya, dan habis Shalat dia akan langsung berangkat kerja, lalu pulang langsung berjama'ah untuk Shalat Isya, setelah itu dia pulang kerumahnya.
Hanya itu yang diketahui Bapak tentang dia.

Dia melamarku setelah aku menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas.

Malam itu sehabis Shalat Isya, seperti biasa keluarga kami akan bercengkrama di ruang tengah sambil menonton Televisi, tetiba kami mendengar suara bel rumah berbunyi, Ibuku yanv membukakan pintu.

"Nak Jaya, ada perlu sama Bapak ya? Tunggu ya, Ibu panggilkan" Sambut Ibuku dengan ramah lalu mempersilahkannya masuk untuk duduk di ruang tamu.

" Sebelum saya mengutarakan niatan saya, saya minta maaf untuk kelancangan saya, saya datang kesini tidak lama Pak, dan Ibu tidak usah repot-repot buatkan saya minum, saya minta Ibu duduk saja sama Bapak" Ucapnya pada saat Ibuku ingin beranjak dari duduknya untuk membuatkan minum.

"Jangan terlalu formal Jay(sapaan Bapakku, bisa jadi juga sapaan orang-orang di kompleks ini padanya), jadi penasaran Bapak, ada apa memangnya?" Tanya Bapak dengan sedikit heran.

" Bismillah, baiklah pak, saya sudah berapa bulan ini tinggal disini, tepatnya bertetangga di depan rumah Bapak, beberapa kali saya melihat putri Bapak, dan tujuan saya datang ingin mengkhitbahnya menjadi istri saya, saya tidak mau Bapak menjawabnya saat ini, silahkan Bapak dan Ibu berembuk dulu dan bertanya dengan Zahra nya. Sekali lagi, saya minta maaf, maaf juga jika saya lancang. Tujuan saya sudah selesai dan saya pamit pulang"

Bapak dan Ibuku hanya bisa diam, karena mendengar ucapan tamunya sampai akhirnya sang tamh hilang dari rumah kami.

"Apa dia sudah gila Pak, dia masih baru jadi tetangga kita, pekerjaannya juga kita tidak tau, dan anak kita baru selesai sekolahnya baru satu bulan ini Pak! Aku mau Zahra kuliah, aku nggak mau Zahra menikah sekarang, dasar bocah edan!" Ucapan Ibu seolah menyadarkan Bapak yang masih terdiam.

"Siapa yang mau nikah Bu?" Tanyaku dengan heran karena mendengar suara Ibu yang sedikit emosi.

"Masuk ke kamarmu, besok kita ke rumah nenek Za, kamu tinggal disana dan jangan balik kesini kalau nggak disuruh balik." Aku yang tidak tau duduk perkaranyapun tak luput dari kemarahan Ibuku.

Namun Bapak mencegahku,meminta kududuk kembali.

" Za... tadi ada yang melamar kamu Nduk, meminta mu sama Bapak dan Ibu ntuk menjadikanmu sebagai istrinya, dan dia kasih waktu tapi tidak tau berapa lama, dia juga meminta jawaban dari mu."

Aku yang mendengarnya cukup kaget.

"Siapa pak orang nya?" Tanyaku dengan sedikit rasa penasaran.

"Mas Jaya yang didepan rumah kita"

"Kalau Bapak ketemu sama dia, bilang dengannya satu tahun lagi disaat usia Za genap 20 tahun Pak, tapi selama itu tidak ada komunikasi antara Za dengan nya, tidak ada jalan berdua, jika dia bisa Za siap menikah dengan nya, Za ngak mau pacaran Pak
" Itulah jawabanku, dan itu baruku sadari adalah jawaban yang terbodoh yang pernah kuucapkan.

Bapak hanya tersenyum, dan memelukku.

*****

Dua bulan setelah kejadian itu, dia tidak lagi tinggal di depan rumah kami, karena yang menempati rumahnya sudah berbeda orang. Sepasang suami istri, yang mana suaminya supir pribadi dari seorang PNS yg baru saja dipindahkan di Kota ini, enam bulan yang lalu. Itu yang ku dengar dari ocehan Ibuku.

" Syukurlah Pak, anakku tidak jadi dengan si Jay, baru saja ibu lihat dia di pasar, rupanya dia kerja di pasar ikan Pak, Ibu nggak sengaja beli ikan di tempat dia, dia kirim salam sama Bapak."
Ucap Ibu setelah pulanv dari pasar.

Satu tahun lebih kejadian itu sudah berlalu, membuat keluargaku dan aku pun melupakan kejadian itu, sampai suatu malam tiba-tiba tetangga depan rumahku datang bersama laki-laki yang tidak cukup asing buat kami. Ya.. Dia datang bersama laki-laki yang dulu pernah memintaku kepada orang tuaku, kedatangannya meminta jawaban dari ku, apakah aku bersedia menerimanya atau tidak.

Akhirnya aku menerima lamarannya, aku menerima dengan alasan karena dia menyanggupi permintaan yang kuajukan saat itu. Padahal aku tidak tau siapa dia, keluarganya, tapi yang aku tau dia laki-laki yang rajin berjama'ah di Mesjid dan aku yakin dia pria yang baik.

( Setelah menjadi istrinya, barulah aku tau siapa dia dan pekerjaannya)

jika kuingat kejadian itu aku seperti bertaruh nyawa menikah dengannya.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang