Ini hari ketiga pasca Mama marah dengan Mas Jaya dan Remon. Selama Mama di rumah Remon juga tinggal di rumah.
Sebenarnya aku sempat sedikit kesal sama Mama, kenapa beliau tidak menyuruh Remon pulang saja, kalau mau datang tiap hari tidak masalah, tapi jangan sampai menginap.Sore ini Mas Jaya pulang sore, jam lima dia sudah sampai di rumah, sementara anak-anak jam tiga sore tadi dijemput Bapak, untuk dibawa ke rumah saudara.
Selesai dari membersihkan dirinya, Mas Jaya menghampiriku.
"Kata Mama kamu nggak keluar-keluar dari kamar, anak-anak juga main disini, kamu sakit?"
Aku menggeleng.
"Kenapa?" Tanya Mas Jaya.
"Kalau aku mengutarakan isi hatiku kamu nanti akan marah, karena ini ada sangkut pautnya dengan Mama" Ucapku sambil menundukkan kepala. Aku takut Mas Jaya akan murka, karena ada hubungannya dengan mertuaku.
"Apa ada sikap Mama yang buat kamu tidak suka?" Di remasnya jemariku, lalu diusapnya lembut punggung tanganku.
"Kenapa Mama nggak nyuruh Remon pulang, kenapa harus nginap disini?" Ucapku ragu-ragu.
Mas Jaya langsung merebahkan kepalanya dipangkuanku.
"Karena Mama nggak mau dia sering-sering ketemu Tia." Jawabnya.
"Bukannya Mama menyetujui hubungan mereka?" Tanyaku heran.
"Enggak, Mama nggak suka Remon dengan Tia, makanya setiap malam sepulang kerja Mama selalu memintanya kesini" Ucap Mas Jaya menjelaskan.
"Kamu masih suka dengan Mbak Tia?" Tanyaku sambil memainkan jemari dirambut Mas Jaya.
Mas Jaya tidak langsung menjawab. Dia duduk menghadapku dan mendekatkan wajahnya, sangkin dekatnya ujung hidungku sampai menyentuh ujung hidungnya.
"Ya" Jawabnya singkat dengan memandang kedua bola mataku.
"Itu dulu jauh sebelum kamu masuk dalam kehidupanku." Ucapnya kembali.
"Yang aku tanya saat ini Heru Sanjaya!" Ucapku dan menarik kuat kerah baju Mas Jaya.
Pandangan mata Mas Jaya berpindah ketanganku yang menarik kerah bajunya, setelah itu kembali menatap mataku.
"Aku suka kalau kau mulai galak begini Zahra" Ucapnya sambil menyunggingkan senyum tipis.
'Pria ini, pasti dia sudah berfikir yang macam-macam'
Kupandangi seluruh wajah Mas Jaya, dan dia juga melakukan hal yang sama, perlahan wajahnya semakin mendekat, kusambut kecupan yg dia berikan namun bukan untuk membalas ciumannya tapi mengigit bibir Mas Jaya.
"Kok Jadi gigit"
"Habisnya kamu mesum aja. Iyakan kamu masih mencintai dia?" Aku segera berdiri.
"Kamu anggap aku ini apa sih Mas?" Tanyaku pelan.
"Istriku" Jawabnya sambil berdiri dibelakangku.
"Kalau kamu anggap aku istrimu, kenapa kamu masih mencintai dia" Aku berbalik menatapnya.
"Aku nggak pernah bilang itu, kamu yang menuduhku" Ucapnya sambil bertolak pinggang, dengan senyum tersungging dibibirnya.
"Laki-laki memang nggak bisa dipercaya" Ucapku kesal.
"Iya, makanya aku nggak suka laki-laki, aku sukanya perempuan, apalagi kalau dia sexy, wangi, beuuugghhhh rasanya gimana gitu" Ucapnya sambil memejamkan mata.
Melihat ekspresinya seperti itu, aku langsung menjambak rambut Mas Jaya kuat-kuat. Bukan meringis kesakitan dia malah tertawa dengan apa yang kulakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU
RomanceZahra Anggraini seorang wanita yang masih sangat belia. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan menikah diusia yang sangat muda. Menikah dengan Heru Sanjaya, pria muda yang...