"Zahra"
Panggil Mas Jaya, setelah aku merebahakan diri di pembaringan.
"Zahra, kamu dengar aku memanggilmukan?" Ucapnya sambil mengguncang pelan tubuhku.
Aku yang lagi malas melayani panggilannya masih tetap diam.
"Sejak kapan punya Istri jadi budeg begini" Celetuknya sambil sedikit mendorong kasar bahuku.
Masih dengan posisi yang membelakangi Mas Jaya, aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
"Za..."
Sebelum dia melanjutkan memanggil namaku, aku berbalik dan langsung memotong ucapannya.
"Apa?!" Ucapku singkat.
Mas Jaya langsung tersenyum.
"hehehehe, senang kamu mau menjawabku." Ucapnya, dengan senyum yang tersunging dibibirnya.
"Jangan menciptakan jarak lagi Zahra, aku nggak tahan dengan sikapmu yang seperti ini."
"Hemmm" Jawabku, lalu memejamkan mata, dan memeluk guling dengan erat.
"Zahra"
Berkali-kali dia memanggil namaku, namun aku tidak menghiraukannya.
"Dasar perempuan! Tapi meskipun begitu, tetap saja aku cinta sama kamu Zahra!" Ucapnya dengan rasa kesal.
"Terima kasih atas cintanya, yang kadang menyakitkan, sayang" Jawabku, masih dengan mata tertutup.
"Kita nggak usah berantem lagi, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki diri lagi, Zahra."
Ku dengarkan Mas Jaya berkata-kata, ku anggap ucapannya seperti seorang Ibu yang sedang menceritakan suatu dongeng pengantar tidur, kepada anaknya.
"Zahraaaaaaaa!!!"
Teriakannya memanggil namaku, tepat ditelinga, membuat aku terbangun dan tanpa sengaja menyikut bagian bawah perutnya, sehingga dia meringis sambil meletakkan kedua tangan diantara pahanya.
"Sakit Zahra, kamu nggak kira-kira amat mau nendang begitu" Ucapnya masih dengan raut wajah menahan sakit.
"Aku nggak sengaja Mas, sapa suruh juga kamu teriak ditelingaku."
Aku segera turun dari tempat tidur, mendekati Mas Jaya yang bersandar di sisi tempat tidur.
"Sakit banget?" Tanyaku.
Mas Jaya hanya mengangguk, sambil meringis.
"Coba lihat sini" dengan polosnya aku berkata seperti itu pada Mas Jaya.
Dia yang mendengar perkataanku, seketika langsung mengangkat wajahnya dan memandangku dengan pandangan mata seolah-olah tidak percaya.
"Jangan modus Zahra" Ucapnya pelan.
Aku yang kala itu memang tidak punya pikiran kotor sama sekali, menjadi heran dengan ucapan Mas Jaya.
"Modus apa, aku cuma mau lihat, yang sakit" Jawabku.
Mas Jaya langsung berdiri diatas lututnya.
" Kamu mau lihat aset berhargaku yang udah kamu sakiti?" Ucapnya dengan senyum yang tersungging dibibir.
Mendengar ucapan Mas Jaya, konsentrasiku yang tadi ambyar sudah kembali lagi.
Sesaat aku terdiam, memandang wajah Mas Jaya, lalu mengembangkan senyum.
Melihat Reaksiku, Mas Jaya buru-buru berdiri.
"Senyum mautmu udah keluar, senyum itu menyimpan seribu pikiran jahat" Ucapnya, sambil menaiki tempet tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU
RomanceZahra Anggraini seorang wanita yang masih sangat belia. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan menikah diusia yang sangat muda. Menikah dengan Heru Sanjaya, pria muda yang...