Part 58

4.4K 292 64
                                    


Atas permintaan Mama, Remon diminta untuk tingga di rumahku, selama beberapa hari.

'Kenapa dia nggak maksa harus pulang sih, aku benar-benar nggak nyaman dengan keberadaannya' Ucap hatiku.

"Kamu nggak jadi ngajak aku nonton Mas?" Tanyaku pada Mas Jaya yang baru keluar dari kamar mandi.

"Lain kali ya, aku ada urusan sama Remon"

Aku duduk disebelah Mas Jaya yang duduk disisi tempat tidur.

"Aku boleh ke rumah Bapak?"

Dia memgangguk, dan meminta aku hanya membawa Queen, dan Rindu tidak boleh ikut denganku, dan dia memilih Rindu ikut dengannya.

Aku faham dengan upanyanya melarangku membawa Rindu, namun aku nggak ingin Rindu merasa tidak enak hati karena tidak membawa dia, akupun menyetujui permintaan Mas Jaya.

Aku mengikuti langkah Mas Jaya yang keluar dari kamar.

"Kita jadi ke rumah Tia kan Ru?" Mas Jaya yang berjalan didepanku, tiba-menghentikan langkahnya. Lalu memalingkan wajahnya memandangku.

Telingaku masih cukup jelas mendengar ucapan dari temannya itu.

"Maaf Zahra, aku rasa Heru pasti sudah memberi tahumu, mau kemana kami hari inikan?"

Aku melangkah melewati Mas Jaya yang masih berdiri diam ditempatnya.

"Udah dong, dia mana pernah merahasiakan apapun padaku" Ucapku sambil tersenyum dan memilih duduk disamping Remon.

"Sayang aja kita ketemunya terlambat, kalau tidak aku bisa saja memilihmu dari pada dia" Ucapku masih tetap meyunggingkan senyum, dan memandang sekilas Mas Jaya dengan ekor mataku.

Mas Jaya mengamit tanganku, mengajak kembali menuju kamar.

"Aku tinggal bentar Mon, ada yang mau aku omongin sama Zahra"

Sesampai di kamar dia memintaku untuk tidak marah karena ucapan Remon.

"Sayang, aku hanya mengantar Remon, nggak lebih, jangan marah"
Mas Jaya berusaha menjelaskan dari ucapan Remon tadi.

"Kenapa kamu panik gini sih, aku nggak marah ini" Aku tersenyum mendengar penjelasan Mas Jaya.

"Syukurlah kalau kamu nggak marah, aku nggak mau kamu salah faham"

"Aku memang nggak marah, tapi prediket seorang pembohong sepertinya nggak akan terhapus dari dirimu" ucapku sambil menaikkan kedua alisku dengan senyum yang tetap mengembang.

"Akhh.... sepertinya hidupku nikmat sekali, mempunyai anak yang cantik-cantik, mertua yang baik, dan suami tampan namun pembohong besar" Ucapku sambil merentangkan kedua tanganku sekaligus menjatuhkan diri di atas sofa.

"Zahra, aku nggak bermaksud membohongimu, jangan bicara seperti ini" Mas Jaya juga memilih duduk disampingku.

"Sayang... Ajari aku jadi seorang pembohong dong, sepertinya itu sangat menyenangkan" kudaratkan ciuman dipipi Mas Jaya. Dia langsung memalingkan wajahnya dari hadapanku.

"Kamu kenapa membuang muka? Udah nggak suka aku menciummu?" kupegang salah satu pipi Mas Jaya, untuk mengarahkan wajahnya kearahku.

"Kamu serem kalau udah seperti ini, aku kenal banget siapa kamu" Jawabnya sambil memutar bola matanya menyusuri wajahku.

"Sayang, kemarin suamiku mengajak untuk nonton, tapi karena ingin mengantar teman terbaik dia  ke rumah mantan istrinya, dia batalin nonton sama aku. Suamiku baik bangetkan? Dimana lagi dapat suami yang seperti itu" kutarik hidung Mas Jaya, lalu mengecup bibirnya.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang