part 71

3.5K 359 15
                                    


Setelah memberikan nasehat padaku, Mas Jaya tetap tidak mengizinkanku pulang.
Dia Malah meminta aku membantu pekerjaannya.

"Nanti aja pulangnya, bareng aku."

Kalau sudah begini aku nggak bisa menolaknya.

Aku mengecek semua berkas yang ada di meja Mas Jaya. Aku yang masih duduk dipangkuan Mas Jaya sedikit kaget ketika seseorang membuka pintu.

"Mas, ada yang datang" aku membangunkan Mas Jaya yang mencoba beristirahat.
Disaat aku berusaha untuk berdiri Mas Jaya menahan, dengan menarik lenganku.

"Pak Sanjaya ada?" Tanya tamu yang masih berdiri diambang pintu.

"Ada." Jawabku, dan mempersilahkannya masuk untuk duduk di sofa yang tersedia.

"Hei, Tuan Bagas" Tegur Mas Jaya.

"Berdiri sayang" Ucapnya berisik dan mengecup pipiku. Setelah Mas Jaya medekati sang tamu aku kembali duduk dan mengerjakan pekerjaan.

"Apartemen yang bagus Tuan Sanjaya"

Ku dengar ucapan dari tamu Mas Jaya, dan Mas Jaya hanya tertawa ringan mendengar ucapan itu.

"Kalau ada apartemen seperti itu lagi, saya juga mau" Kembali sang tamu berucap setelah mereka duduk.

"Apartemen ini hanya ada satu Pak Bagas" Jawab Mas Jaya.

"Boleh saya sewa? Berapapun Tuan mau saya bayar."

Kembali Mas Jaya tertawa, dan tawanya kali ini mengeluarkan suara yang keras.

"Penawaran bisnis yang luar biasa. Kalau saya katakan saya meminta semua aset dan perusahaan Tuan apakah tuan bersedia?" Nada suara Mas Jaya mulai serius.

" Anda gila Tuan Sanjaya, hanya demi apartemen ini anda meminta semua kekayaan saya"

Mas Jaya tidak meneruskan pembicaraan mereka.

Selama merek berbicara tak lepas pandangan mata teman bicara Mas  Jaya mencuri pandangn padaku.
Sampai akhirnya Mas jaya memintaku untuk membuatkan kopi.

Sekembali membuat kopi dan menyerahkan diatas meja, sikap dari rekan bisnis suamiku itu berubah menjadi lebih sopan.

"Kamu apakan dia bisa berubah sopan begitu" Tanya ku pada Mas Jaya.

"Nggak ada aku apa-apakan." Ucapnya lalu menyeruput kopi yang kubuat.

"Kopinya pait banget, nggak kamu kasih gula?" tanya Mas Jaya.

"Masa sih, kopi kamu seperti biasa aku buat" ucapku sambil mencicipi kopi Mas Jaya.

"Biasakan, seperti yang kamu suka"

"Kopinya kali ini pait, sepait hatiku" Ucap Mas Jaya dengan meletakkan tangan didadanya sambil berlalu meninggalkanku.

Jam lima sore Mas Jaya mengajakku pulang, disepanjang perjalanan dia hanya diam.
Sesekali dia memandangku dari ekor matanya.

"Kamu kenapa Mandang aku begitu banget?" Tanyaku.

"Aku hanya mandang spion aja, nggak mandang kamu." Jawabnya datar.

Setelah itu tidak ada pembicaraan apa-apa lagi, sampai tiba di rumah.

Rumah dalam keadaan sepi pada saat aku dan Mas Jaya memasuki rumah. Bi Ijah melihat aku datang, langsung memberi tahu kalau anak-anak pergi bersama Mama dan Remon.

Sampai selesai makan malam Mas Jaya masih mendiamkanku. Disaat seperti ini aku malas mendekatinya, dan lebih memilih untuk tidur di kamar anak-anak.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang