Sepertinya Mas Jaya memang niat sekali ingin menjodohkan Wulan dengan Doni.
Hampir setiap hari dia mengajak Doni makan malam di rumah, dengan alasan membicarakan tentang pekerjaan.
Mas Jaya memang belum datang ke perkebunan sejak dia mengalami kecelakaan waktu itu, karena sampai saat inipun kakinya masih terasa sakit kalau dibawa berjalan.
Melihat kehamilanku yang sudah lumayan besar dia juga terkadang merasa khawatir.
Mama yang tau rasanya seperti apa wanita hamil, sering menghiburku, terkadang sering mengusap pelan pinggangku.
Pagi setelah semuanya sarapan, nggak lama mereka akan pergi melakukan aktifitas masing-masing, tinggal aku dan Mas Jaya.
Setelah menutup pintu, aku memilih duduk di ruang TV. Mas Jaya masih sibuk dengan kertas kerjanya. yang nggak jauh dari ruang TV, karena di rumah ini nggak ada ruang kerja.
Melihatku yang sebentar berdiri, berjalan, duduk, ternyata mengganggu konsentrasi Mas Jaya dalam bekerja.
Pada saat aku mulai duduk kembali di kursi, Mas Jaya menghampiriku.
" Apanya yang sakit?" Tanya Mas jaya dengan raut wajah khawatir.
Aku hanya menggeleng. Diraihnya kepalaku setelah itu dikecupnya puncak kepalaku.
"Aku nggak tega lihat kamu seperti ini, lama banget sih kamu lahirannya." Ucapnya dengan pandangan mata menunjukkan kesedihan.
"Ngak apa-apa Mas, nggak usah khawatir gitu, nanti udah waktunya juga bakal lahiran." Ucapku sambil tesenyum.
"Kalau bisa, biar sakitnya pindah ke aku aja."
"Kamu nggak bakal sanggup, biar aku aja ya. Lagipula kamu baru sakit gitu aja, mandinya sampe sekarang masih aku yang mandiin, apalagi kamu ngerasain nggak enaknya Ibu hamil."
"Emang rasanya gimana sih?" Lalu dia pindah duduk di lantai, sambil memegang lututku.
"Kamu benar mau tau?" Tanyaku.
"Hu'um" Jawabnya.
"Mulai dari tiga bulan pertama, rasa badan sakit semua, rasa sakitnya seperti daging yang lepas dari tulang" Sedikit kutambahi untuk melihat reaksinya.
"Makanya mau makan aja rasanya nggak bisa, karena badan pada ngilu semua, trus juga perut rasanya mual aja."
"Sesakit itu?" Tanyanya sedikit merasakan ketakutan.
"Huumm.. Apalagi nanti pas lahiran, rasanya tulang belulang ini sakitnya seperti tulang yang dipatahkan sebanyak 20 kali." Ucapku sambil sedikit meringis.
"Jangan nakutin Zahra."
"Kalau kamu nggak percaya tanya Mamalah, makanya jangan jadi anak durhaka, apakata Mama turutilah, liat aku seperti ini aja kamu nggak tegakan. Begitu jugalah waktu Mama hamil kamu Mas." Kubelai rambutnya.
" Apakah jalan hidupku yang seperti ini karena aku durhaka dengan Mama ya.. Dulu Mama melarangku pergi, tapi aku berkeras pergi, mungkin hatinya terluka karena kepergianku." Ditundukkannya wajahnya, seperti menyesali perbuatannya.
Kuminta Mas Jaya untuk duduk disebelahku.
" Kalau kamu nggak pergi kamu nggak berhasil seperti ini, dan satu yang perlu kamu tau, kamu nggak akan nakal, dan yang pasti nggak akan ketemu aku" Kukecup pipinya.
" Kau bisa aja menghiburku. Ntah dimana aku cari istri seperti kamu lagi."
" Kalau ada yang lebih baik dari aku, aku izinkan kamu nikah lagi, tapi harus lebih dari aku. Kalau dibawah aku kwalitasnya, jangan, buat sakit kepala aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU
RomanceZahra Anggraini seorang wanita yang masih sangat belia. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan menikah diusia yang sangat muda. Menikah dengan Heru Sanjaya, pria muda yang...