PART 9

7K 296 2
                                    

Setelah kepergianku ke puncak bersamanya, tiga bulan yang lalu. Aku semakin sering bertemu dengan Mas Jaya diluar. Weekendpun aku lebih sering menghabiskan waktu diluar bersamanya.

Tak jarang sehabis pulang kantor diakhir pekan aku langsung pergi dengannya, dan nggak pulang ke rumah.

Meskipun begitu, dia masih belum mau membawaku untuk pulang.

"Tidak terniatkah sedikitpun dalam dirimu untuk menjemputku Mas?" Tanyaku pada Mas Jaya saat dia menelpon.

" Jaga diri baik-baik, untuk beberapa hari kedepan aku tidak bisa menemuimu Zahra." Lalu dia memutuskan sambungan telpon, setelah mengucapkan salam.

Selalu saja mengalihkan pembicaraan. Udah cukup batas waktuku disini. Dijemput atau tidak aku harus kembali. kukemasi pakaianku dalam koper, toh itu rumahku. Rumah yang dia buat atas namaku, dan aku berhak untuk kesana.

Pada saat aku keluar dari kamar, kulihat kedua orang tuaku sedang duduk diruang tengah, aku mendekati mereka, serta kusampaikan bahwa aku ingin pulang hari ini.

" Kenapa kamu pulang sendiri, suruh Jaya jemput kamu kesini! Dia yang mengantarmu, maka dia juga yang harus menjemputmu!"  Ucap Ibuku dengan nada suara yang agak tinggi.

Kusabarkan diriku untuk tidak tersulut emosi.
" Mas Jaya tidak akan menjemput Zahra, kalau Ibu belum memberikan restu. Ibu masih ingat kan kata-kata nya." Jawab kuselembut mungkin.

" Sampai kapanpun Ibu tidak pernah memberi restu!"

" Ada dan tidak ada restu Ibumu, Bapak sudah menikahkanmu Zahra, maka kewajibanmu mengabdi pada suamimu. Pulanglah." Ucap Bapak dengan senyum yang menyejukkan hatiku.

Kupeluk Bapak. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Bapak bangga sama kamu, masih bisa menuruti kemauan suamimu. Nggak baik lama-lama pisah dari suami. "

Akhirnya akupun pulang dengan perasan yg lebih baik. Aku udah nggak sabar ingin menata lagi rumah, merawat bunga mawar kesukaanku, dan terpenting menyiapkan makanan untuk suamiku. Yang pasti melaksakan semua kewajibanlah.

🌹

🌹

🌹

Sesampai aku di rumah, kulihat ada motor suamiku, dan satu motor matic. Begitu aku turun dari kendaraanku, seorang wanita muda keluar dari dalam rumah, ditemani oleh seorang wanita setengah baya.

Wanita muda tersebut tersenyum ramah kepadaku, sambil sedikit menundukkan kepala nya, lalu pergi dengan motornya.

" Maaf Non ini siapa? Mau ketemu sama Bapak?" Tanya wanita setengah baya tadi.

Aku nggak menjawab apapun, langsung kulangkahkan kakiku masuk kedalam rumah. Nggak kuhiraukan wanita yang menegurku.

Kulihat Mas Jaya sedang duduk di tepi kolam ikan sambil memberi makan ikannya.

" Oh... Pantas aku kamu pulangkan ke rumah orang tuaku, tanpa sepengetahuanku kamu bebas membiarkan perempuan lain masuk kerumah ini!"
Dengan rasa emosi ku ucapakan kalimat itu pada Mas Jaya, begitu aku mendekatinya.

Mendengarku berucap seprti itu dia hanya tersenyum.
"Nggak usah emosi. Tanya dulu sebelum gegabah menyimpulkan sesuatu. Baru juga sampai bukan salam, tapi marah."

Pada saat dia hendak menyentuh tanganku, ku tepis tangannya.

Dan aku melihat wanita setengah baya tadi menghampiri aku dan Mas Jaya.

" Maaf Pak, Nona ini main masuk saja." Ucap wanita setengah baya tadi dari arah belakangku.

" Nggak apa-apa Bi, ini istri saya. Zahra, kenalkan ini Bi Ijah pengurus rumah kita. " Ucap Mas Jaya sambil memperkenalkan wanita itu.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang