Part 47

3.9K 193 3
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Keberadaan Ibu Mertua di rumahku yang tadinya kurasakan akan menyudahi permasalahan, ternyata semakin memperkeruh keadaan.

Aku tidak tau, apa yang dimau Kakak Iparku itu. Rasanya ada saja yang salah dimatanya. Suaminyapun sudah hampir angkat tangan dibuatnya.

Malam ini Mas Eko, datang ke rumah, sengaja ingin bertemu Mas Jaya dan Mama, serta Wulan. Dia minta solusi, bagaimana menyikapi  sikap keras kepala Kak Ayu.

"Zahra, duduklah disini, tolong bantu kasih pendapat" pinta Mas Jaya padaku.

"Maaf Mas, untuk hal ini aku nggak bisa ikut campur" Dihadapan semuanya aku meminta maaf.

Aku nggak ingin masuk kedalam ranah yang bisa membuat hubungan kekeluargaan semakin buruk. Aku lebih memilih bergabung dengan anak-anakku.

"Mama" Panggil Queen dengan senyuman khasnya yang baru saja habis ganti baju dengan Bi Ijah.

"Mama peluk Mbak aja, sini sayang" lalu aku menarik Rindu dalam pelukanku.

Queen hanya diam saja, dia langsung memeluk Bi Ijah. Aku langsung memeluknya, karena melihat perubahan raut wajahnya.

Rindu langsung memeluk adiknya. "Adek Mbak cakep banget, baju kita samakan" Ucap Rindu pada Queen.

Aku dan Bi Ijah hanya tersenyum melihat keduanya.

Rindu memang sangat pendiam, jarang sekali bicara, tapi dia sangat pandai menjaga adiknya. Hanya saja aku memang melarangnya untuk tidak sering-sering bermain ke rumah Kak Ayu.

Yang membuat Queen sering marah dengan Dinda, karena dia sering diledekin, karena Rindu bukan Kakaknya Queen.
Tapi Rindu tidak pernah mengadukan itu pada Papanya.

Hampir setiap malam Rindu selalu bercerita padaku, Rindu juga mengatakan kalau Nenek mereka sering dimarahi oleh Budenya
Aku pikir, permintaan Maaf Iparku disaat dia melukai Mas Jaya, akan merubah sikapnya, ternyata tidak.

Rindu sudah tidur, tapi tidak dengan Queen, sampai semuanya pulang dia masih saja bermain.
Disaat Nenek dan Papanya masuk ke dalam kamar dia masih aktif bermain.

"Kamu kenapa belum tidur?" Tanya Mas Jaya pada Queen, sambil mencium putrinya, dan mengendong Queensha.

"Dia tidur sama kita yah?!" Mas Jaya meminta persetujuanku.

"Kalau kamu masih betah puasa, ya udah" Jawabku pelan, sambil mengambil Queen dari gendongannya.

Kulihat, Mama sedang duduk disisi tempat tidur. Beliau lebih memilih tidur sekamar dengan Rindu dan Queen, serta bersama Bi Ijah.

Sebelum aku melangkah keluar kamar, dengan membawa Queen, Mama meminta untuk Queensha tidur bersamanya.

"Dia tidur dengan Mama saja, Mama udah terbiasa tidur dengar celotehannya" Pinta Mertuaku itu.

"Kamu mau tidur sama Mama_Papa, atau Nenek?" Tanyaku pada Queen.

Queen hanya diam, memandang aku dan Mas Jaya dengan kebiasaan menggigit bibir bawah dan menunjukkan kedua gigi serinya.

"Sama Papa?" Tanyaku kembali.

Dia masih diam, kelihatan raut wajahnya yang sedikit bingung.

"Sama Nenek" Jawabnya dengan senyum.

"Kamu itu kebiasaan kalau ditanya jawabnya lama, mikirnya kepanjangan" ku cium kening, kedua mata,dan kedua pipi putriku itu. Lalu menaikkannya diatas tempat tidur.

Kejahilan Queen memang nggak bisa dihilangkan, disaat dia lihat Mbaknya sudah tidur, diciumnya pipi Rindu, lalu keisengannyapun muncul dengan menutup hidung Rindu, sampai Kakaknya mengeliat.
Setelah itu dia akan tertawa dengan menutup mulutnya.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang