Part 32

4.9K 234 5
                                    

Sehabis mandi, aku dan Mas Jaya sama sekali nggak keluar dari kamar, kami habiskan waktu untuk sekedar bercanda dan bermanja.

Selesai Shalat Isya dengan alasan lapar aku keluar kamar. Begitu melewati ruang keluarga dan ruang makan aku nggak menemukan siapa-siapa, sampai ke dapurpun aku nggak menemukan satu manusia.

Aku coba mengetuk pintu kamar Wulan dan Mama tapi nggak ada jawaban. Aku kembali lagi ke kamar.

" Di luar nggak ada orang Mas, pada kemana ya." Kudekati Mas Jaya yang lagi rebahan di tempat tidur.

" Kamu mikirin orang, pikirin aku aja." Ditariknya aku yang berdiri ditepi tempat tidur, dan memelukku.

"Kalau nggak memelukku apa kamu nggak bisa hah!" Kugigit pelan ujung hidungnya.

"Kamu itu ibarat obat bius,udah candu aku, jadi kalau nggak kudapatkan bisa sakau aku" Dibenamkannya wajahnya dileherku.

"Kalau gitu, antar aja aku  ke farmasi, sapa tau bagian dari diriku bisa jadi obat penenang."

Mendengar ucapanku, semakin dibenamkannya wajahnya dileherku.

" Mas.. Udah, jangan tinggalkan jejak disitu, aku nggak enak sama Mama"

Semakin aku menolaknya semakin kuat dia menahanku tubuhku, dan membenamkan wajahnya dileherku sampai aku udah nggak ada tenaga menahannya.

Nggak berapa lama dijauhkan wajahnya dari leherku. Kulihat dia tersenyum puas.

" Udah ada, sekali-sekali aku yang menggodamu." Lalu dia turun dari tempat tidur.

" Dasar nggak tau malu." Ucapku sedikit kesal.

" Iya aku memang nggak tau malu sama kamu." Dilucuti semua pakaian yang ada dibadannya, hanya tinggal segitiga pengaman saja yang tersisa sambil terus meledekku.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar pintu kamar diketuk.

" Sayang, Mama boleh masuk?" Terdengar suara Mama memanggil.

Aku dan Mas Jaya saling pandang. Segera aku merapikan diriku, untuk duduk dipinggir tempat tidur, dan memperbaiki ikatan rambutku.

"Habis kau sayang." Gantian aku yang tersenyum puas.

" Masuk Ma." Jawabku segera, sambil tertawa.

Mas Jaya yang mendengar aku mempersilahkan Mama masuk, mulai panik.

"Jangaaannnn!!!!"

"Jangan dulu Ma!" Dia langsung berlari kearah pintu yang sudah mulai sedikit terbuka.

"Sayang, ambilkan bajuku" Ucapnya memohon.

Dikeluarkannya sedikit kepalanya, untuk menahan Mamanya masuk.

"Mama, nggak boleh masuk?" Tanya Ibu Mertuaku.

"Boleh Ma, tapi tunggu dulu"

" Sayang, cepatlah bajuku!"

Aku yang udah berdiri dari tempat tidur, segera mengambil baju dan celana Mas Jaya, tapi bukan memberikan padanya, malah Kusingkirkan lebih jauh pakaiannya.

Melihatku membuang pakaiannya, dia lagi-lagi berusaha menutup pintu sambil meminta maaf pada Mamanya.

"Mama jangan masuk dulu ya" Lalu dia mengunci pintu.

Aku berjalan menuju pintu, masih tetap mentertawakannya, dan mencoba membuka pintu yang dikuncinya.

"Tunggu pembalasanku!" Ucapnya, disaat aku berselisih jalan dengannya. Diapun Lari dan menyambar pakaian yang tergeletak di lantai.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang