Part 41

5.9K 210 5
                                    

"Besok kamu udah boleh pulang, sayang" Ucap Mas Jaya, pada saat aku menyusui Queen.

" Iya" Jawabku pelan dan tersenyum padanya.

" Aku kapok punya anak lagi Zahra, aku nggak mau lagi sakit seperti kemarin." Sambil menghembuskan nafas dengan kasar.

" Aku kira kamu mau bilang, aku nggak mau buat anak lagi Zahra, takut buat kamu hamil." Aku tersenyum menggodanya.

" Kalau itu masih doyan, sayang." Ucapnya sedikit berbisik, dan mengedipkan matanya.

"Mas, udah dua hari aku melahirkan tapi kenapa keluargaku nggak ada yang datang ya." Sambil mengusap lembut kepala anakku.

"Sore ini sepulang kerja, Bapak akan kesini. Besokkan weekend"

"Kalau dilihat-lihat dia mirip siapa ya?" Tanya Mas Jaya bercanda.

"Mirip sama tetangga sebelah rumah kita di Jakarta" Jawabku sekenanya.

Dia langsung tertawa, karena dia tau sebelah rumahku adalah seorang wanita single.

"Gini banget rasanya jadi orangtua, bahagia banget" Dikecupnya pipi dan bibirku.

"Kamu jadi anak yang soleha ya Queen jangan sekali-kali melawan sama Papa, mau lepas rasa jantung Papa nahan sakitnya." Dicoleknya hidung putrinya itu.

Pada saat aku sedang bercanda dengan Mas Jaya Mama dan Wulan masuk. Wulan habis ngeledekin Abangnya. Keributan yang dibuat dua saudara itu membuat anakku terkejut, sehingga dia menangis.

"Kalian udah tua, masih seperti anak-anak" Ucap Mama sembari mencubit kedua anaknya, dan mengambil Queen dalam gendonganku, untuk mendiamkannya.

"Kamu lihatkan sayang, baru buat cucunya nangis aja aku dah dicubit sama Mama. Ingat yang aku bilang waktu Mama nyuruh kita makan." Ucap Mas Jaya seperti berbisik, tapi masih didengar oleh Mama.

Aku hanya tersenyum, karena Mama membesarkan Matanya pada Mas Jaya.

Mas Jaya duduk disampingku, diraihnya kepalaku ke dalam dadanya.

"Apa yang kamu rasakan sekarang?" Dia bertanya dengan suara yang lembut.

"Aku lapar Mas." Jawabku pelan.

"Idih! Kamu, udah seromantis ini perlakuanku, jawabnya cuma lapar." Cubitnya pelan pipiku.

Wulan yang mendengar jawabanku langsung tertawa.

Dilepaskan rangkulannya. Dia turun dari tempat tidur, dipandanginya wajahku dengan jarak yang begitu dekat. Kuikuti gerak matanya yang sedang memandangi wajahku.

"Kamu tambah cantik sayang" Ucapnya dengan senyum yang mengembang.

"Seandainya rayuan itu bisa membuat kenyang, rayulah aku terus."

Diusapnya rambutku, diambilnya makanan yang dibawa Mama. Di dalam ruanganku masih ada Mama dan Wulan, ada rasa malu dalam diriku, pada saat Mas Jaya merayuku dihadapan mereka.

******

Siang hari setelah memeriksa kondisiku, dokter mengizinkanku untuk pulang. Tak Lupa Mas Jaya mengucapkan terimakasih pada dokter Desi. Begitu sampai didepan pintu Dokter Desi memanggil Mas Jaya.

"Pak, jaga Istrinya baik-baik ya, saya senang lihat Bapak sangat baik memperlakukan Istri. Saya udah kasih bonus buat Bapak."

"Bonus apa Dok?" Tanya Mas Jaya dengan rasa penasaran.

Diarahkan tangannya ketelinga Mas Jaya, seolah berbisik namun kata-katanya bisa kudengar " Saya udah sisakan sedikit buat Bapak."
Mas Jaya yang mendengarnya langsung tersenyum.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang