Part 55

5.5K 315 17
                                    

🍀

🍀

🍀

Melihat ketiganya sedang tertidur, aku segera turun dari kamar, aroma wanginya kue bakar menusuk hidung. kudapati Mama mertua yang ada di dapur sedang membuat kue kering.

Inilah sosok mertuaku, yang nggak pernah mau diam, ada saja yang beliau kerjakan untuk membuat cemilan buat cucunya.

"Mama udah bangun?" Tanyaku begitu melihat beliau sama Bi Ijah sedang sibuk.

"Udah sayang, Mama pingin buat cemilan aja buat Queen dan Rindu" Jawabnya.

Karena hampir selesai dalam membuat kuenya, aku memutuskan untuk membuat minuman herbal, makan cemilan kue kering, rasanya paling enak kalau dipadukan dengan air Jahe, dicampur dengan daun pandan. Sengaja anak-anak aku biasakan untuk meminum air rempah, agar mereka terbiasa.

"Mamaaaaa!" Terdengar suara Queen memanggail dengan suara sedikit berteriak.

Aku segera berjalan kearah taman belakang, ku lihat dia sudah ada diujung tangga untuk turun.

"Sayang Mama, bisa turun sendiri?" Tanyaku pada Queen.

Dia mengangguk dan turun menyusuri anak tangga secara perlahan.
Setelah sampai di bawah aku membawanya ke dapur. Begitu melihat Neneknya dan Bi Ijah, Queen menyapa mereka satu persatu.

Melihat Queen, Mama segera meletakkan sedikit kue yang beliau buat di dalam piring.

"Ini Untuk Queen?" Tanya Queen dengan membesarkan matanya.

"Iya, untuk Cucunya Nenek yang cantik" Jawab Mama.

"Makasih, Nenek" Ucapnya, sambil tersenyum.

Sebelum dia memakannya, Queen menawarkan padaku. Tapi aku menggeleng.

"Mama enggak mau, pasti enggak enak" ucapnya.

"Mama bukan nggak mau, Mama udah kenyang"

Kuangkat Queen, dan mendudukkannya dipangkuanku.

"Sayang, dengar Mama, Nenek buat ini, untuk Queen, Mbak sama Papa, kalau Nenek yang buat pasti enak" Ucapku sambil mengikat Rambutnya.

Kumakan sedikit kue yang ada dipiring, dan sisanya kuberikan sama Queensha. Setelah itu baru dia memakannya.

"Apa setiap makanan yang disuguhin kedia harus kamu coba dulu?" Tanya Mama.

"Iya dan itu ajaran Papanya. Mas Jaya udah mensugesti dia, kalau mau makan apa-apa suruh Mamanya cicipi dahulu, kalau Za makan berarti enak, tapi kalau nggak mau berarti nggak enak" Jawabku.

Mama menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Dulu waktu masih anak-anak Heru juga begitu, apalagi kita tinggal didesa yang masih kental dengan mistis, Almarhum Papa, selalu mengajarkan untuk tidak makan sembarangan. Jadi setiap tetangga yang mengantar makanan ke rumah, dia selalu meminta Papa atau Mama makan terlebih dahulu, dia takut ada racunnya" ucap Mama.

"Makanya dia nggak pernah jajan, sebelum dia main, dia akan makan sekenyangnya di rumah, kalau disuguhkan makanan sama temannya, dia nggak pernah makan terlebih dahulu. Sampai dia terkenal dengan sebutan tong sampah, karena makan dari sisa yang sudah dimakan temannya, pada saat Mama tanya, dia menjawab, jika ada yang mati, maka temannyalah yang mati terlebih dahulu karena keracunan"

Aku dan Bi Ijah tersenyum mendengar cerita Mama.

"Itu juga alasan kenapa dia suka masak, karena dia bilang, kalau masak sendiri nggak mungkin meracuni diri sendiri, itulah alasan sampai saat ini dia kurang suka makan diluar atau jajan, selapar apapun Heru, dia akan pulang untuk makan di rumah."

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang