Part 74

3.4K 351 32
                                    

" Mas, kamu masih belum ganti pakaian? Remon udah siap loh." Ucapku pada Mas Jaya yang masih berbaring diatas ranjang.

Hari ini Remon akan melamar Mbak Tia, keputusannya sudah bulat, bahwa pilihannya tetap jatuh kepada wanita itu.
Bukan karena cinta, tapi karena mereka sudah saling mengetahui baik buruk dari diri masing-masing.

"Aku nggak ikut Zahra, pergilah temani Mama biar anak-anak bersamaku."

"Aku nggak tau alasan kamu kenapa seperti ini, tapi aku nggak bisa memaksa, Remon mungkin akan kecewa padamu, karena hanya kamu kerabat yang dia punya." Ucapku lalu meninggalkan Mas Jaya yang masih berbaring.

Aku turun dan membantu Mama mempersiapkan semuanya. Disaat semua merasa beres aku langsung ke kamar anak-anak, untuk merapikan mereka.

Acaranya berlangsung dengan baik dan lancar, hanya disaksikan oleh keluarga terdekat saja. Dari pihak Mbak Tia hanya ada Mama dan Om dari Papanya.

Dua minggu lagi acara pernikahan mereka. Sepanjang perjalanan menuju rumah Mas Jaya diam saja.
Aku masih ingat tatapan kebencian dari sorot mata Mama Mbak Tia pada Mas Jaya.

"Setelah menikah berhentilah bekerja." Ucap Mas Jaya pada Remon disaat akan keluar dari mobil, karena kami sudah sampai dirumah.

"Mulai hari ini aku memecatmu, ada waktu seminggu untuk membereskan semua pekerjaanmu."

Aku dan Remon kembali masuk ke dalam mobil, tadinya hanya ingin mendengarkan Mas Jaya berbicara, tapi pria itu menghidupkan kembali kendaraannya, melaju membelah jalanan Ibukota.

"Sebegitu bencinya kamu terhadap Tia, atau jangan-jangan masih cinta"  Ucap Remon, lalu memandangku yang duduk disebelahnya.

Mas Jaya diam, hanya senyum sinis yang tersungging dari bibir pria itu, dan ini senyum yang paling dingin yang kulihat selama menikah dengannya.

"Kau tau tempat ini Mon? Kau belum pikun kan?" Ucap Mas Jaya yang sudah menghentikan kendaraannya di depan sebuah rumag megah.
Pandanganya masih tetap fokus lurus kedepan.

"Disini kau dibesarkan oleh pamanmu yang bejad itukan?"

Remon memandangku, dicondongkan badannya mendekati Mas Jaya.

"Kau tau semua tentangku?!"

"Bahkan aku tau siapa Ibumu." Jawab Mas Jaya.

"Bertahun-tahun kau menutupi semua dariku Ru?!"

Mas Jaya membalikkan badannya, mendorong tubuh Remon dengan kuat, sampai tubuh kekar itu terjerembab duduk kembali disebelahku.

"Ya, itu kenapa aku tidak setuju kau menikah dengan Tia. Karena kemiskinan ayahmu, dia meninggalkan kau dan adikmu."

Pandangan mata Mas Jaya beralih kepadaku.

"Di rumah itu aku bertemu dengan Remon, Zahra."

Mas Jaya menunjuk rumah mewah yang ada dihadapan kami.

"Kalau kau mau tau itu rumah siapa, tanya sama pria yang ada disebelahmu. Aku tau masih penasaran tentangku." Mas Jaya kembali mengatur duduknya.

"Aku bertemu dengan Jaya di rumah itu, disaat Jaya masih bekerja disana, keluar dari penjara, dia bekerja sebagai tangan kanan seorang mucikari."

Pandanganku beralih pada Mas Jaya yang sedang menghisap sebatang rokok. Baru kali ini aku melihat dia merokok.

"Apa yang pernah dikatakan Mama bahwa dia pernah menjadi mucikari itu salah Zahra, kau pasti masih ingatkan, disaat aku menamparnya karena suruhan Mama."

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang