Setelah menjemput Rindu sekolah dan membawa Queen berobat, Mama memintaku untuk mengantar makan siang ke kantor Mas Jaya.
Didepan loby aku sempat dihadang oleh seorang satpam, yah.. dia satpam baru, wajar menanyakam keperluanku apa. Pada saat mengatakan bahwa ingin bertemu Pak Heru Sanjaya, sang satpam menyuruhku menunggu karena Pak Heru sedang ada tamu.
Sampai seorang Receptionis menghampiri dan menyuruhku masuk.Dia hanya menjalankan prosedur perusahaan, jadi nggak ada yang perlu aku marahkan. Ku ayunkan langkah kaki memasuki gedung sampai didepan pintu kaca ruangan Pimpinan perusahaan ini aku langsung mendorong pintu untuk masuk.
'Mbak Tia?!' Ucapku pelan.
Ya, aku melihat Mas Jaya sedang sibuk mencari berkas dibelakang mejanya, dengan begitu dia membelakangi pintu sehingga tidak tau kedatangannku. Begitu Juga Mbak Tia yang menyandarkn dirinya disudut meja kerja Mas Jaya menghadap laki-laki itu.
Aku terdiam mematung diambang pintu.
"Tinggalkan Remon, pergilah kemana yang kamu mau, jangan masuk dikehidupanku dan Rindu."
"Beri aku kesempatan untuk memperbaiki keadaan, Her."
"Aku nggak bisa memberimu kesempatan apapun, cukup kamu membuang Rindu. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi."
"Setidaknya biar aku menikah dengan Remon"
"Kamu boleh menikah dengan siapapun, tapi tidak dengan Remon, jangan buat dia masuk dalam kehidupan kamu, biarkan dia menikah dengan wanita yang mencintainya."
"Sampai kapan kamu membenciku?"
Kulihat Mas Jaya menarik nafas.
" Aku nggak pernah membencimu. Sudah cukup Tia, jangan hadir lagi dalam hidupku!" Ucap Mas Jaya penuh penekanan.
"Kamu egois Ru, kamu mau hidup kamu bahagia, dan aku hanya sebagai penonton, disaat aku ingin merasakan itu kamu menghalanginya!"
"Aku tidak menghalangi kebagiaanmu, aku hanya minta jangan hadir dikehidupanku melalui Remon. Satu lagi, jangan pernah mengaku pada Rindu kamu Ibunya."
"Heru?!"
" Keluar, dan jangan pernah hadir lagi! Keluaaarrrrr!!!!!"
Pada saat keduanya berbalik mereke sedikit terkejut dengan keberadaanku di ambang pintu.
"Zahra.." Ucap keduanya bersamaan.
Mbak Tia buru-buru pamit meninggalkan aku dan Mas Jaya.
Aku melangkah masuk, dan meletakkan bungkusan yang kubawa diatas meja."Mama menyuruh mengantarkan ini, aku hanya sebentar Mas, Queen lagi nggak enak badan." Ucapku sambil melangkah mendekati Mas Jaya.
"Zahra...." Ucapnya terputus.
"Aku sayang kamu, Mas" Kukecup keningnya, Mas Jaya langsung memelukku.
"Aku sudah mendengar semuanya. Beri dia kesempatan untuk memperbaiki diri. Jika menikah dengan Remon bisa membuatnya lebih baik, kenapa harus jadi penghalang." Ucapku pelan, sambil mengusap lembut dada Mas Jaya.
"Aku hanya nggak ingin dia hadir lagi Zahra. Aku nggak mau Rindu terluka karena dia."
Dikecupnya pucuk kepalaku.
"Ketakutanmu nggak beralasan Mas, benar katanya, kamu egois. Kecuali kamu cemburu, dia menikah dengan Remon"
Mas Jaya menjauhkanku dari dekapannya. Dipandangnya mataku dalam-dalam.
"Apa kamu beranggapan aku masih mencintainya?" Ucapnya pelan seperti sedang berbisik.
Kutarik dasinya untuk lebih dekat padaku.
"Kamu cemburu kalau ada yang dekat dengannya, berarti rasa itu masih ada, disini." Ucapku lebih pelan dan nenunjuk dadanya.
Lalu aku dan dia diam sesaat masih dengan jarak yang dekat.
"Aku juga merakan sesuatu Mas.. " Kembali aku berucap.
"Apa?"
Kuletakkan kedua tanganku melingkar dilehernya.
"Aku merasa lapar" Ucapku berbisik ditelinganya.
"Ayolah kita makan, aku mau pulang juga, kasihan Queen"
Udah lama aku dan Mas Jaya makan nggak sepiring lagi. Hari ini suasana seperti dulu kembali kurasakan, namun terasa seperti asing.
"Rasanya nggak senikmat dulu, disaat kita makan seperti ini" Ucap Mas Jaya.
"Kita harus memulai untuk membiasakan lagi Mas. Mulai besok aku akan membawakan makan siang buat kamu."
Diusapnya kepalaku, lalu dia mengangguk.
Baru saja mengemasi tempat siap makan siang, Remon masuk ke dalam ruangan Mas Jaya dengan tergesa.
"Ru, gue mau bi.... " Ucapnya terputus dan pandangan matanya menuju kearahku.
"Zahra, kamu disini, tapi bagus kamu disini, aku mau bicara sama Heru."
Tanpa dipersilahkan masuk Remon langsung duduk di sofa yang menghadap Mas Jaya.
"Keputusan gue bulat, gue mau lamar Tia minggu depan." Ucap Remon to the poin.
"Pastikan dia mencintai lu" Balas Mas Jaya.
"Gue nggak butuh cinta, sama seperti lu dan Zahra, emang nikah pakai cinta? Pakai duitkan"
Inilah Remon kalau bicara asal saja.
"Lama-lama Zahra bisa mencintai lu, meskipun akhirnya dia tau lu bajingan. Tia tau kurang gue, begitu sebaliknya, Mama yang tadi nggak setuju setelah dijelasin akhirnya nerima." Ucapnya lagi.
Remon menarik nafas teratur, dan meminum air sisa digelas Mas Jaya.
"Kita bisa rawat rindu bareng-bareng, dan lu bisa leluasan buat adek untuk Queen, kalau anak-anak ada sama gue."
Aku langsung melempar bantal kursi pada Remon.
Remon berusaha untuk meyakinkan Mas Jaya, kalau Mbak Tia udah banyak berubah. Sampai akhirnya Mas Jaya menyetujui. Pada saat Remon mau pamit aku meminta izin pada Mas Jaya untuk pulang diantar Remon.
"Jangan pulang sama kudanil itu, aku yang antar pulang!"
Remon dan aku tertawa melihat tingkahnya Mas Jaya yang menunjukkan rasa cemburu.
"Gua udah nggak tertarik sama bini lu" Ucap Remon.
"Lu kan doyannya sama yg gue suka, waspada boleh dong" Jawab Mas Jaya, lalu menarik tanganku untuk melangkah keluar.
Sampai di rumah Queen dan Rindu lagi tidur siang. Aku langsung menuju kamar, dikuti oleh Mas Jaya. Dia memutuskan untuk nggak balik lagi ke kantor.
"Aku sedikit lega, kalau memang Remon berfikiran baik menikahi Tia, aku hanya nggak mau dibelakang Remon Tia merencanakan sesuatu untuk membuat kita berantakan"
Mas jaya membuka percakapan, setelah dia merebahkan dirinya diatas ranjang.
"Kamu terjebak dipikiran burukmu. Itu karena kamu nggak bisa jujur, takut aku terluka, tapi dengan diammu akhirnya menimbulkan luka yang lebih dalam dari pada luka yang kamu buat jika cerita." Jawabku.
"Zahra, tapi boleh juga idenya Remon, kalau anak-anak di rumahnya kita bisa pacaran lagi." Ucapnya sambil tertawa.
"Pikiranmu udah mesum aja" Kulempar kapas kotor ke arahnya.
"Sejak kita tinggal di rumah Bapak, akukan puasa Zahra, dan balik kesini juga nggak bisa ngambil hak ku, karena anak-anak selalu denganmu."
Mas Jaya langsung duduk disisi tempat tidur, baru saja dia mau berdiri pintu kamar dibuka Queensha.
"Ampun dah" Ucap Mas Jaya begitu melihat Queen datang, dan kembali merebahkan dirinya diatas ranjang.
Queen langsung merebahkan dirinya disamping sang Papa, tapi sama sekali nggak mau disentuh oleh Mas Jaya.
Beberapa kali Mas Jaya mengajaknya bicara, tapi dia hanya diam, dan terakhir memukul keras wajah Papanya.
Aku belum menemukan cara bagaimana agar Queen meninggalkan kebiasaannya memukul.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU
RomanceZahra Anggraini seorang wanita yang masih sangat belia. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan menikah diusia yang sangat muda. Menikah dengan Heru Sanjaya, pria muda yang...