PART 21

5.1K 226 3
                                    


Pagi itu disaat membuka mata, Aku nggak menemukan Mas Jaya disampingku.

Setelah aku turun dari kamar,hendak membuat sarapan, Bi Ijah bilang kalau Mas Jaya dari jam 4 subuh sudah keluar, katanya mau ke pasar.

Sampai aku mau berangkat kerjapun, Mas Jaya belum pulang.
Beberapa kaliku coba untuk menghubungi tapi telpon ku tidak diangkatnya.

Sengaja aku pergi kerja terlambat 30 menit untuk menunggu nya, tapi yang kutunggu juga nggak menampakkan batang hidungnya, akhirnya aku pergi menggunakan taxy.

Disaat aku dan Ika lagi sibuk, Mas Jaya meminta aku dan Ika masuk keruangannya. Mas Jaya tidak memakai pakaian yang aku siapkan, dan didalam ruangan ini juga ada Pak Wiratman.

" Pak, Wiratman meminta salah satu dari kalian untuk menggantikan Siska sebagai sekretaris beliau, dan ini hanya bersifat sementara, sampai beliau mendapatkan sekretaris baru." Ucap Mas Jaya, setelah aku dan Ika masuk keruangannya.

" Saya minta Bu Zahra yang menggantikan Siska, selain beliau orang lama, beliau juga tidak perlu menyerahkan berkas lagi kepada Bu Ika untuk diserahkan kepada Bapak, dan itu bisa lebih menghemat waktu. Sebagaimana yang kita tau, bahwa Bu Ratna selalu meminta Bu Zahra untuk memeriksa ulang laporan yang akan sampai kemejanya." Jawab Pak Wiratman.

Aku yang mendengar itu sebenarnya tidak setuju, namun berhubung kedudukanku adalah seorang bawahan tidak mungkin menolak, dan keputusanku serahkan sama Mas Jaya.

" Saya tergantung Pak Heru selaku pimpinan disini." Jawabku.

Akhir keputusannya akulah yang menggantikan Siska.
Selama aku bekerja dengan Pak Wiratman aku selalu pulang setelah Shalat Isya, yang membuatku harus selalu malam sampai di rumah.

syukurnya Ika mau menemaniku sampai malam, entah apa yang diharapkan orang tua itu sehingga dia selalu memberiku pekerjaan yang rasanya nggak bisa dikerjakan dilain hari.

Ini hari ke-5 aku bekerja dengannya, dan dia memberiku pekerjaan yang rasanya nggak ada habisnya untuk dikerjakan, seolah-olah dia membuatku harus tinggal di kantor ini.

Seperti hari ini Jam 9 malam aku baru menyelesaikan laporan yang dimintanya.

" Ini laporan yang Bapak minta." ku letakkan laporan yang baru selesai kukerjakan diatas mejanya.

" Sebentar saya periksa dulu, kamu silahkan duduk dulu." Dia memintaku untuk duduk dikursi yang ada didepan mejanya.

"Maaf Pak, saya minta izin pulang saja, kalau sudah tidak ada yang dikerjakan lagi. Lagipula ini sudah malam." Ucapku sedikit ketus.

Tanpa mau mendengarkan apapun lagi, aku langsung keluar dari ruangannya, dan mengambil tas serta mengajak Ika untuk pulang.

"Zahra, laporan kamu masih berantakan, kamu belum bisa pulang sebelum saya perintahkan." Ucapnya diambang pintu ruangannya begitu melihat Aku ingin pulang bersama Ika.

" Bapak saja yang mengerjakan kalau begitu, saya masih punya rumah dan keluarga yang harus saya urus, Nggak seperti Bapak yang menjadikan kantor ini sebagai tempat tinggal."
Ucap ku sengit, dan menarik Ika meninggalkan atasan  yang menyebalkan itu.

" Za, lu berani ngelawan Pak Wiratman." Ucap Ika.

" CEO mu saja beraniku lawan, apalagi cuma dia. Lagi pula dia sudah keterlaluan."

" Tapi kalau dilihat-lihat dari cara beliau mandang lu, dia sepertinya suka sama lu."

" Udah ah malas bahas dia, nggak penting."

" Lu gue antar pulang ya, kasihan gue bumil pulang sendirian."

Aku hanya mengangguk saja, karena udah terlalu letih rasanya, ingin sampai di rumah dan beristirahat.

Hampir seminggu ini pun Mas Jaya selalu menghindariku. Aku tidak tau apa yang membuat dia bersikap seperti itu. 

🌹

🌹

🌹

" Kenapa jam segini baru pulang?" Tanya Mas Jaya begitu aku masuk ke kamar.

" Iya tadi masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." Jawabku pada Mas Jaya.

" Kamu seperti ini sengaja ingin menghindari aku kan?!" Tanya Mas Jaya dengan suara meninggi.

" Kamu ngomong apa Mas, bukannya kamu yang selalu menghindari aku, jam empat pagi kamu udah pergi ke pasar dan pulang setelah aku berangkat, pakaian yang aku siapkan untuk kamu nggak pernah kamu pakai, kamu malah memilih pakaian lain, kamu tau selama satu minggu ini aku selalu nungguin kamu, aku nggak perduli aku selalu datang terlambat, karena sebelum aku pergi kerja aku ingin lihat kamu, aku pulang malam pun kamu nggak pernah jemput aku. Kalau kamu ingin kita bertengkar, maaf aja Mas aku nggak punya waktu untuk melayani kamu!" Segera aku masuk ke kamar mandi, dan membanting pintu.

Selesai aku membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi, kulihat Mas Jaya sedang mondar mandiri di dalam kamar.

" Kamu nggak tidur Mas? Kamu punya masalah?" Tanyaku pelan.

" Enggak!" Jawabnya singkat.

" Kalau nggak, tidurlah."

Segera aku naik kearas tempat tidur, dan merebahkan diriku.

" Zahra."  Panggilnya

"Hemmm." Jawab

" Tidurlah, slamat malam." Ucap Mas Jaya.

Ku lihat dia berjalan kearah pintu.

" Mas.. sebelum kamu keluar, aku mau bilang sesuatu. Kamu dulu pernah minta untuk aku nggak ninggalin kamu, sekarang kalau aku yang minta seperti itu, apa kamu akan tetap pergi ninggalin aku disini." Ucapku sambil duduk di tempat tidur.

Mas Jaya menutup pintu dan mendekati ku, dia memilih duduk dipinggir tempat tidur di bawah kaki ku.

" Aku nggak tau mau bicara apalagi Zahra, aku salah sama kamu. Tolong maafkan aku." Ucapnya.

"Kalau masalahnya kamu meletakkanku di ruangan Pak Wiratman, kamu nggak usah mikirin itu." Ucapku pelan.

Aku segera turun dari tempat tidur, dan menggenggam tangannya kutarik dia menuju teras kamar.

" Aku ingin duduk disini Mas. Temani aku, kita bicara disini."

Ku sandarkan kepalaku di lengannya.

" Massss... Kamu pernah bilang, kalau kamu akan lindungi aku dengan cara mu. Apa yang kamu lakukan terhadap Siska itu salah satu caramu melindungiku, meskipun aku tau kamu mengambil langkah yang salah. Aku sudah memaafkan m.Meskipun aku sakit melihat kamu seperti itu."

Kutarik nafasku pelan.

"Dan kamu menempatkanku menjadi sekretaris Wiratmat juga caramu melindungi Perusahaanmu, dan itu harus kamu lakukan, itu cara yang tepat, coba kalau Ika yang disana, ini bisa lebih berbahaya lagi"

Dia langsung memeluk ku. "Kamu benar memaafkan aku?.

"Iya Mas." Ku tegakkan wajahku melihat laki-laki yang sedang lengannya sedangku peluk.

" Makasih sayang." Di kecupnya kening ku. "Aku benar-benar tersiksa kamu buat, aku nggak tau harus berbuat apa, aku bingung, makanya aku menghindari kamu."
Lagi-lagi dipeluknya aku dengan erat, dan terus menciumi puncak kepalaku.

" Masss.. kamu meluk aku erat-erat gini, perut aku sakit tau." Ku pukul pelan tangannya.

" Aku lupa sayang, sangkin senengnya" Diletakkannya kepalaku didadanya.

" Detak jantungku udah normal lagikan kalau udah bisa melukkamu." Ucapnya sambil tersenyum senang

"Gombal kamu." Kulingkarkan tanganku memeluk pinggang Mas jaya.

Seperti apapun kamu Mas, kamu adalah suamiku. Aku akan selalu belajar menjadi istri yang nggak akan mengecewakanmu. Mungkinpun kamu pernah terluka dengan sikapku, tapi aku nggak menyadarinya, dan dalam diammu, kamu tetap memaafkan salahku.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang