Aku sampai di rumah setelah Shalat Magrib. Selesai membersihkan diri, aku duduk di sofa yang ada di kamarku.
Kuraba perlahan perutku, Aku hamil, dan usia kehamilanku udah masuk delapan minggu.
Semoga dengan kehamilanku ini hubunganku dengan Mas Jaya jauh lebih baik, dan dengan adanya anak ini, Ibu bisa menerima Mas Jaya.
Kuambil HP yang ada didalam tas kerjaku, untuk memberitahu Mas Jaya. Tapi berkali-kaliku coba untuk menghubungi tetap diluar jangkauan.
Kenapa setiap dia keluar Kota aku nggak pernah bisa menghubunginya.
Sudahlah aku nggak ingin ambil pusing, segera aku kemasin barang-barangku yang akan kubawa besok.🌹🌹🌹🌹
Akhirnya sampai Juga di Bali, setelah check-in, segera aku menuju kamar untuk merebahkan diriku. Cuacanya sangat panas sekali.
Jam 3 Sore ini rakernya akan dimulai, Jam ditanganku masih menunjukkan pukul 12. 45 WITA, masih ada waktu untukku beristirahat.
Setelah selesai dengan kewajibanku sebagai seorang hamba, Aku merebahkan diriku di kasur. Terlintas dibenakku, wajah Mas Jaya, hari ini dia sama sekali nggak menghubungiku.
Kemana dia pergipun saat ini aku nggak tau. Biasanya meskipun tidak bisa dihubungi dia akan selalu memberi kabar, dan selalu mengingatkan ku untuk makan, tapi siang ini sama sekali tidak ada kabar berita.
Aku tau Mas Jaya adalah lelaki yang baik, sangat penyayang, humoris, tapi masih tertutup untuk mengungkapkan siapa dirinya.
Padahal aku ini Istrinya, bukan orang lain. Apakah harus tetap ada rahasia antara suami istri.Lamunanku buyar, pada saat mendengar ada pesan masuk di HP ku.
Pesan dari seorang pria yang sebenar nya juga adalah lelaki yang baik.Terkadang sikapku terhadap Fajar ku akui terlalu sombong, bahkan terkesan angkuh, kalau bukan urusan pekerjaan aku tidak ingin bertemu dengannya.
Semua ini untuk menjaga jarak dan sikap agar aku tak membiarkan ada ruang untuk aku dan dia bisa bercerita hal lain diluar dari pekerjaan.
SMS dari Fajar sama sekali nggak kuhiraukan. Aku nggak mungkin memberi harapan apapun sama dia. Aku adalah wanita yang sudah bersuami, dan aku nggak menyesal dengan pernikahanku. Suamiku adalah pria yang baik, sangat baik.
Suasana nyaman kamar hotel ini membuat mata nggak mampu menahan rasa ngantuk. Secara perlahan akhirnya aku tertidur juga.
Samar-samar kudengar HP kuberdering. Aku yang masih diselimuti rasa kantuk perlahan mencari sumber suara, ku coba sedikit membuka mata dengan sedikit melirik angka digital yang ada dilayar HP ku.
Pukul 14.50. Mati aku! segera aku bangkit untuk berbenah, untuk mandi rasanya aku nggak punya waktu lagi, cukup mencuci muka saja, syukurnya berkas untuk meeting sudah ku persiapkan, berkali-kali dengar Hp kuberbunyi, tapi nggak ku hiraukan.
Setelah aku keluar dari kamar, segera ku percepat langkah ku menuju ruang pertemuan yg sudah ditentukan, jam 15.10 menit, itu yang ditunjukkan jam ditanganku.
Sebelum masuk, aku menghentikan langkah didepan pintu, ada sedikit rasa keraguan untuk masuk, malu, itu bisa jadi tapi yang paling aku khawatirkan adalah tanggapan pemilik perusahaan ini
terhadapku, aku bisa dicap sebagai karyawan yang tidak disiplin.Kutarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk bersikap tenang, kupejamkan mata dan berdo'a dalam hati. sampai kudengar seseorang berkata tepat ditelingaku
"Masuk saja Nona Zahra, rapat baru akan dimulai".Suara itu sepertinya nggak asing buatku.
Baru saja tadi aku memikirkannya, kenapa suaranyanya tiba-tiba ada.Pada saat aku membuka mata, jantungku rasa berhenti berdetak.
Aku yang masih berdiri mematung ditarik oleh Mbak Ratna untuk masuk dan duduk di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU
RomanceZahra Anggraini seorang wanita yang masih sangat belia. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan menikah diusia yang sangat muda. Menikah dengan Heru Sanjaya, pria muda yang...