Tepat Jam 12 siang, aku melihat Mas Jaya masuk keruanganku,untuk mengajakku makan siang.Namun aku menolaknya untuk makan di luar, aku memintanya untuk makan di kantin saja, tapi sebelumnya aku mau makan ice cream dahulu. Karena aku sudah terlanjur membelinya terlebih dahulu,dan aku beralasan nggak mau esnya mencair, kalau aku makan siang terlebih dahulu.
Aku meminta Mas Jaya untuk duduk didepanku, dengan alasan aku ingin mandangi wajahnya dan diapun memilih duduk didepan ku.
" Sepuluh hari nggak ngelihat kamu, kamu makin tampan aja Mas." Sesekali ice cream yang ku makan juga ku suapin kemulutnya.
" Kamu makan ice cream nya gitu amat sih, buat ngilu aja." Ucapnya Mas Jaya sambil memperhatikan aku.
" Sayang, aku mau bilang sesuatu, tapi sebelumnya aku minta maaf ya, kemarin aku ke dokter, dokter bilang untuk beberapa hari kedepan kalau bisa kita nggak itu dulu." Ku kembangkan senyum padanya.
" Kok gitu sih." menautkan kedua alisnya dan dengan nada protes.
" Ini demi kebaikan aku Mas." Tetap dengan menyunggingkan senyum .
" Kamu kalau senyum gitu, manis banget." Kulihat dia mengusap wajahnya dengan kasar.
" Sayang, sinilah aku bisikin sesuatu."
Kumajukan wajahku, lalu menarik dasinya biar dia lebih dekat denganku, dan mainkan dsasinya dengan ujung jari telunjukku." Kamu kangen aku nggak?" Tanya ku selembut mungkin.
" Kangen lah, kangen banget malah." Jawabnya sambil menopangkan dagunya diatas kedua telapak tangannya.
" Hemmm.... kamu tau nggak sayang, kalau Boss ku itu tadi hampir berbuat mesum di pantry" Kukembangkan senyum dan sedikit memainkan alisku.
" Mampus gue" Di tarik wajahnya menjauh dariku dan juga menyunggingkan senyum, gusar.
" Ak.. akk... kkamm kkammu salah lihat kali." Jawab Mas Jaya dengan sangat gugup.
" Kok kamu yang panik, aku cerita tentang Bossku loh." Masih dengan menyunggingkan senyum..
" Sayang aku lapar." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.
" Kamu lucu banget sih Mas, wajahmu udah seperti maling ketangkap basah aja. Gemesin banget sih." Lalu ku cubit kuat pipinya.
Aku pun berdiri dari kursiku dan mengajak dia untuk makan.
" Kamu kenapa sih dari tadi gugup gitu? katanya kangen sama aku."
Tanyaku dengan sedikit cemberut." Kamu udah horor." Ucapnya sangat pelan tanpa memandang wajahku.
Sampai di kantin aku memesan makanan, dan nggak lama makanan pesanankupun datang.
" Kamu harus makan yang banyak sayang, kamu butuh energi yang banyak hari ini." Lagi-lagi aku menyunggingkan senyum kepadanya.
" Senyum manismu, seperti senyum malaikat pencabut nyawa Zahra." Dia berujar dengan pelan.
" Emang!maniskan!" Sambil menekan ujung sendok kepiring.
Selesai makan aku mengajak duduk diruangannya, namun dia sempat menolaknya dan memilih duduk diruanganku, tapi aku selalu menarik dia untuk masuk keruangannya.
" Sayang aku bisa jelasin, kamu duduk dulu ya, jangan marah-marah, ingat kata dokter, bukannya kamu habis kedokter kemarin." Ucapnya begitu panik saat aku dan dia masuk ke dalam ruangan.
" Aku sudah memecatnya, aku hanya nggak ingin dia ada disini." Ujarnya lagi setelah mendudukkanku di sofa dan dia berlutut didepanku, dengan menggenggam tangan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU
RomanceZahra Anggraini seorang wanita yang masih sangat belia. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan menikah diusia yang sangat muda. Menikah dengan Heru Sanjaya, pria muda yang...