Sebelumnya aku minta maaf karena tidak memberi tahu bahwa akan menamatkan cerita ini.
Ini atas keputusan aku dan suami, beliau ingin aku fokus satu persatu untuk menyelesaikan apa yang kutulis.
Maaf sekali lagi aku ucapkan...
"Suamiku" Adalah tulisan perdanaku. Jika ada kekurangan aku minta maaf.
Terima kasih ku ucapkan pada teman-teman semua, terima kasih atas komentar-komentar yang diberikan, maaf jika aku nggak bisa membalasnya satu persatu karena kesibukanku menjadi istri dan ibu dari dua orang anak yang mana anak-anakku masih sangat membutuhkan perhatian dari ku.
Aku sayang sama kalian semua....
🙏🙏🙏
======
Rindu membantuku menyiapkan makan malam, sementara Queen bersama neneknya di ruang tengah.
Mas Jaya sendiri belum pulang dari mulai pagi dia berangkat.Dalam membersihkan rumah, Rindu lebih telaten dari pada Queensha, namun dalam hal memasak masakan Queen lebih baik dari sang Kakak.
Namun begitu, diusia yang sudah memasuki Sekolah Dasar, mereka benar-benar diajarkan sang Papa untuk bertanggung jawab dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
Selesai membereskan semua aku masuk ke kamar, sedari sore kepalaku sedikit sakit.
"Kalau Papa pulang, panggil Mama ya." Ucapku pada Rindu, dan dia membalas dengan anggukan.
Hampir pukul delapan malam, Mas Jaya belum juga pulang. Saat aku menghubungi ponselnya tidak aktif.
Pintu kamar diketuk, dan Rindu masuk lalu merebahkan dirinya disampingku."Makasih sudah memberikan kasih sayang tanpa membedakan Queen dan Rindu, Ma" Ucapnya langsung memelukku dengan air mata yang bercucuran.
"Kamu buat mama jadi nangiskan." Kucubit pipinya, setelah itu memeluknya dengan erat.
"Papa sudah cerita semua, pada saat mama Tia meminta Mbak, ikut dengannya."
Mas Jaya nggak pernah bercerita apapun padaku, tentang pertemuannya dengan Mbak Tia.
Ku biarkan Rindu terus menangis, sesekali kubelai rambut panjangnya.
Dalam dekapanku dia menceritakan semua isi hati dan keinginannya."Mama nggak akan biarkan Rindu pergikan, nggak seperti Papa yang memaksa untuk Mbak ikut Mama Tia."
Suara tangisnya sudah mereda, ku yakinkan dia bahwa apapun yang terjadi dia tetaplah putriku dan akan tetap bersama keluarga ini.Anganku melayang kepada kejadian masa lalu, dimana pertama kali Mas Jaya membawanya, tidak pernah aku membenci Rindu, begitupun setelah aku mengetahui siap dia.
Suara nafasnya mulai teratur, Rindu terlelap dalam pelukanku.
"Mama akan tetap menyayangi kamu." Ucapku pelan.
Kulihat jam di dinding sudah masuk pukul satu dini hari, tapi Mas Jaya belum juga pulang, kasihan, kedua putriku belum ada yang makan, mereka tidak akan makan kalau Papanya belum pulang.
Kebiasaan makan bersama yang selalu aku ajarkan dari mereka kecil membuat mereka tidak bisa nyaman kalau makan sendiri-sendiri. Terlebih jika Papanya belum pulang.
"Kita nggak akan makan, kalau Papa belum pulang." Itulah ucapan keduanya.
Kudengar suara langkah kaki memasuki rumah. Aku segera membuka mukena setelah cukup lama aku menikmati waktu berdua bersama dengan Sang Pecipta.
"Kamu udah makan, Mas?"
Kulihat Mas Jaya yang duduk di kursi meja makan sambil meminum segelas air.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU
RomanceZahra Anggraini seorang wanita yang masih sangat belia. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan menikah diusia yang sangat muda. Menikah dengan Heru Sanjaya, pria muda yang...