Part 48

4.2K 205 3
                                    

🍁🍁🍁🍁

Pagi ini langit diatas tempat tinggalku, sangat cerah.
Sebelumnya, Mas Jaya nggak pernah membicarakan hal ini padaku, pulang dari pasar, dia meminta Bi Ijah mengemasi semua pakaian anak-anak dan pakaian Bi Ijah. Mama juga nggak luput dari ajakannya.

"Kamu mandi aja sayang, pakaian kamu di Jakarta masih ada kan?" Tanya nya.

" Kamu mau pindah sekarang? Dadakan gini?" Bukan menjawab pertanyaan Mas Jaya aku malah balik bertanya.

"Kamu sejak jadi Mak-Mak tambah bawel aja" Mas Jaya langsung memelukku.

"Kita ke Jakarta, Ratna mau melahirkan, aku harus menggantikan dia di kantor untuk sementara. Sementara Mama ikut karena mau menemani dia melahirkan, bagaimanapun diakan keponakan Mama" Ucapnya lalu mengecup keningku.

Aku langsung mandi. Disaat keluar dari kamar, ku lihat Doni sudah duduk di meja makan, bersama Mas Jaya. Queen sedang duduk dipangkuannya.

"Wulan nggak ikut?" Tanyaku pada Doni, disaat aku hanya melihat dia datang sendirian.

"Ada Mbak, dia di rumah Kak Ayu"

Queen mulai bertanya mau pergi kemana. Rindu sudah diberitahu Mas Jaya kalau dia nanti akan sering dibawa main ke panti, dan itu sudah membuat Rindu tau kalau dia akan pergi kemana.

Rindu yang duduk disebelah Mas Jaya, dan sedang memegang buku membuka dan mulai mengeja huruf perhuruf yang tertera dibuku yang dia baca.

Queen yang sibuk dengan mainan ditangannya sama sekali tidak memandang Rindu, atau siapapun yang ada disekelilignya.
Disaat Rindu mengeja kata "Bola" dan ingin membacanya, Queen langsung bersuara "Capek".

"Bola Dek, bukan capek" Ucap Rindu.

"Embak capek baca terus" Jawabnya.

Mas Jaya yang duduk dihadapan Queen langsung tarik nafas berat, dibuat Queensha. Mama yang duduk di sebelah Queenpun langsung tersenyum.

"Yang capek itu kamu, main nggak selesai" Ucapku pada Queen, dan menggendongnya.

Dalam perjalanan Putri kecilku itu tak henti-hentinya bertanya melihat apa-apa yang dilihatnya. Disaat melewati jalanan yang sedikit macet, dan ada penjual peuyem, dan itupun tak luput dari pertanyaannya.

"Itu apa Mama?"

"Peuyeum" jawabku.

Tapi karena dia nggak bisa mengulang apa yang ku katakan, Queen memukul dadaku dan menyuruh mengulang apa yang kuucapkan tadi.

"Peuyeum, Queen" Jawabku setelah berulang-ulang mengucapkan yang dia mau.

Berkali-kali dia mengucapkan tapi nggak bisa juga, dan membuat yang lain tertawa, ahirnya Mas Jaya bersuara juga.

"Tapai Queen" Ucap Mas Jaya.

"Mama, bohong yaaaa, itu tapai bukan iyem"Ucapnya, lalu minta pindah duduk dijok depan bersama Papanya.

Wulan yang sehari-hari menjadi teman berantem Queen, baru merasa akan sangat merindukan keponakannya. Para pekerja juga sangat kehilangan dia.

Pada saat baru keluar dari rumah Mama, Mang Jajang yang anak ayamnya pernah dipencet Queen sampai mati, sempat menangis, karena akan merindukan putriku itu.

"Mamang teh, kalau kamu ada, suka nyeri hate ngelihat kelauan kamu, tapi sehari nggak ngedengar kamu buat ulah, suka rindu." Ucap tetanggaku itu, dengan logat Sundanya yang khas, pada saat Queen dan Rindu mencium tangannya.

Hampir Jam lima sore, kami baru sampai dikediaman Mbak Ratna.
Selama enam tahun pernikahanku, Baru kali ini aku datang ke rumah Mbak Ratna.

Mbak Ratna dan Pak Fajar menyambut kedatangan kami. Di halaman rumah yang luas dan asri yang banyak dipenuhi oleh tanaman anggrek itu terdapat kandang kelinci. Dan itu adalah pusat perhatian pertama Queen pada saat masuk di area rumah mantan Boss ku itu.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang