Part 66

4.5K 362 29
                                    

Queen yang udah berapa hari nggak ketemu sama Kakaknya, begitu melihat Rindu dia langsung memeluknya.

"Mbak Kangen Queen" Ucap Rindu pada saat dia memeluk adiknya.

"Mama nggak di kangenin?" Tanyaku lalu memeluk Rindu.

Rindu tersenyum, dan mencium pipiku.

Dari Rindu aku tau bahwa Mama sudah kembali ke perkebunan.

Siang ini aku mengajak kedua putriku ke tempat bermain, melihat keceriaan keduanya aku merasa bersalah sudah menjauhkan mereka. Rindu dan Queensha udah nggak bisa dipisahkan, Mas Jaya berhasil membuat mereka terikat satu sama lain.

Menjelang sore aku baru membawa keduanya pulang. Aku membiarkan mereka bermain sepuasnya.

Selesai makan malam,  ku bawa mereka ke kamar untuk istirahat. Queen berada ditengah-tengah aku dan Rindu. Celoteh Queensha yang kadang tidak masuk akal  tentang dunia imajinasinya membuat aku dan Rindu hanya mampu tertawa. Rasa lelah yang sudah menyelimuti keduanya membuat mereka cepat tertidur.

Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam, tapi Mas Jaya belum juga pulang. Aku menuju ruang tv untuk menunggu Mas Jaya pulang. Jam setehgah satu malam, ku dengar derap langkah sepatu memasuki ruangan.

"Kamu kenapa belum tidur?" Suara Mas Jaya memecahkan keheningan Malam. Dia mendekat kearah dimana aku duduk, lalu mengecup kepalaku.

"Malam sekali kamu pulangnya, kamu udah makan?"

Mas Jaya hanya membalasku dengan senyuman. Lalu melangkah menuju kamar, aku sendiri mengikuti langkahnya.

Setelah melepaskan kemeja yang dia kenakan, Mas Jaya merebahkan tubuhnya disamping Queen. Tak lupa dia mengecup kepala kedua putrinya.

"Kamu nggak mandi dulu Mas?" Tanyaku yang sudah duduk dibawah kaki Mas Jaya, sambil memijitin kakinya.

Tidak ada jawaban, lamat-lamat kudengar suara nafasnya yang teratur. Ku pandangi wajahnya yang menunjukkan rasa lelah.

Dalam keadaan tertidurpun Queen serasa tau kalau Mas Jaya ada disampingnya, perlahan tubuh Queen berputar masuk kedalam pelukan Papanya.

Setelah membetulkan selimut mereka, aku membentang matras kecil sebagai alas tidurku. Nggak ingin rasanya mengganggu kenyamanan mereka.

Baru saja hendak terlelap, aku dikejutkan oleh seseorang yang sedang memeluk tubuhku dari belakang.

"Kenapa kamu bangun Mas?" Tanya ku pada Mas Jaya.

"Aku nggak mungkin membiarkanmu tidur sendirian disini" jawabnya lalu mengecup kepalaku.

"Kapan kamu mau pulang ke rumah kita?"

"Aku memang bukan laki-laki yang baik, aku bahkan tidak bisa menjadi suami yang sempurna untuk memahami semua keadaan, tapi kamu dan anak-anak adalah sumber kekuatanku, aku rapuh tanpa kalian"

'Laki-laki ini, pandai sekali memainkan kata untuk menghancurkan pertahanan diriku.' Ucap batinku.

"Kamu mandi deh Mas, bau tau"

Bukannya menjauh, dia makin mempererat pelukannya.

"Kamu nggak ingin kasih aku anak laki-laki Zahra?"

"Belum kepikaran sama aku, eh, tapi nggak apa juga, asal yang ngerasain sakitnya melahirkan tetap kamu"

"Aku mau, asalkan kamu tetap mau melahirkan anak-anakku"

Dia merubah posisi dirinya, dan sekarang dia tepat berada di atasku. Kupandangi garis-garis di wajah Mas Jaya yang mulai menunjukkan kematangan usianya.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang