PART 14

6.7K 268 3
                                    

Siang itu sesampai di Jakarta dan kembali ke rumah, entah kenapa aku ingin sekali makan asinan.

Mas Jaya yang baru saja merebahkan dirinya di sofa panjang, di ruang tengah ku bangunkan untuk membelikan asinan.

"Zahra, aku lelah kamu lagian ada-ada aja minta asinan segala. Bi Ijah aja suruh." Ucapnya sedikit malas-malasan.

" Tapi aku mau nya kamu Mas yang beli." Rengekku.

" Kamu nggak usah manja dech, kalau nggak tunggu agak sorean dikit, sekarang masih panas kenapa nggak pas lagi di luar tadi sich."

" Tapi aku maunya sekarang, dan aku juga maunya kamu yang beli."

Bukan bangun dari tidur nya, dia malah mencari posisi paling enak untuk tidur.

Rasanya asinan buah yang segar udah membuat air liur kumenetes. Tapi karena dia nggak mengacuhkan aku, aku pun meninggalkan nya, dan duduk di ayunan yang ada di taman belakang.

Kenapa akhir-akhir ini Mas Jaya agak berubah dia nggak seperti biasanya, dan aku sendiri entah kenapa juga suka banget nangis dan yang nggak habis pikir, kenapa aku jadi brutal gini, pantang disulut sedikit aku bisa lebih emosi.

Ku lihat Bi Ijah yang sedang menyapu, dan membersihkan ruang belakang rumah.
Apa aku tanya dengan dia saja, apakah orang hamil itu emosinya suka tidak stabil.

" Sayang, kamu mau asinan kan, asinan apa, sayur apa buah?"

Tiba-tiba suara Mas Jaya membuyarkan lamunanku.

"Nggak Mas, aku sudah nggak kepingin."

" Sayang, kalau kamu cemberut gitu, kamu terlihat sangat menggoda. "

Lalu dia berdiri dibelakang ku,mengecup kepalaku.

"Aku sudah nggak kepingin lagi Mas."

"Sekarang maunya apa?"

"Aku mau tidur, duduk disini buat aku merasa ngantuk."

Lalu kutarik tangannya, menuju sofa panjang yang ada dekat kolam ikan.
Suara gemericik air dan harumnya bunga mawar yang lagi mekar, membuatku merasa sangat rilex ditambah lagi merebahkan kepalaku didadanya, sungguh benar-benar membuatku sangat nyaman.

" Sayang, kamu yakin mau tidur dengan keadaan seperti ini. Nanti dilihat si Bibi."

"Kamu lebih perduli sama aku apa sama Bibi sih. "

Akhirnya dia pun pasrah, kujadikan sandaran.

Saat aku buka mata, aku sudah berada diatas tempat tidur, didalam kamar tamu. Kulihat jam didinding menunjukkan bahwa sebentar lagi akan Magrib,karena aku belum Shalat Ashar aku segera bangun.

Selesai aku Shalat aku keluar dari kamar. Ku lihat Bibi sedang didapur.

" Bapak mana Bi?" Aku bertanya pada Bi Ijah, karena nggak melihat Mas Jaya.

"Ibu sudah bangun, Bapak lagi keluar sebentar, kata Bapak kalau sudah bangun Ibu disuruh siap-siap mau diajak Bapak ke rumah orangtua ibu." Ucap Bi Ijah.

Aku segera ke lantai dua menuju kamarku, untuk membersihkan diri. Pada saat aku keluar dari kamar mandi, aku mendengar Hp ku berbunyi, segera kuangkat telpon dari Mas Jaya.

"Sayang, kamu siap-siap ya, bentar lagi aku pulang, ini lagi di jalan."

Baru saja aku mau menjawab, sambungan Telpon sudah diputusnya.
Sudahlah, pikirku. Segera kuambil pakaian dilemari, dan memakainya. Setelah semua selesai aku segera turun.

"Ibu cantik banget pantas Bapak jatuh cinta." Puji Bi Ijah padaku.

Aku yang mendengar ucapan Bi Ijah jadi merasa malu sendiri.

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang