Part 31

5K 244 5
                                    

Tanpa terasa satu bulan sudah aku tinggal di rumah mertuaku. Meskipun Mama sudah mau bicara dengan Mas Jaya, tetap saja masih ada jarak antara Ibu dan Anak itu.

Aku terbangun dari tidur siangku, karena mendengar suara ribut-ribut seperti suara orang yang lagi berdebat.

" Syukurlah kamu udah bangun, kita pulang sekarang." Ucap Mas Jaya dengan raut muka seperti orang yang menahan amarah.

" Kamu kenapa Mas?" Tanyaku dengan rasa heran.

" Nggak usah banyak tanya, kita pulang sekarang! Kamu pakai daster itu aja, pakai jilbab kamu!"

"Mas.."

"Kamu dengarkan aku Zahra, kita pulang sekarang dan jangan buat aku selalu mengulang-ulang pembicaraan!!!"

Kuikuti langkah kaki Mas Jaya.

" Heru sama Zahra pulang Ma."

Mama yang duduk di dapur hanya menganggukkan kepala, nggak jauh dari Mama duduk kulihat Kak Ayu, Kakaknya Mas Jaya. Waktu aku menikah dia juga datang.

Kususul Mas Jaya yang udah duluan masuk ke mobil, berkali-kali dia mencoba menyalakan mesin mobilnya, tapi nggak mau nyala juga.

" Kamu mau bawa aku pulang dalam keadaan emosi gini! Apa dengan kamu pergi dalam keadaan emosi semua masalahmu selesai!" Ucapku pada Mas Jaya yang dari tadi kudengar hanya mengupat dan mencaci maki seseorang.

" Kamu selesaikan masalahmu secara baik-baik Mas, aku nggak bisa ikut kamu pulang kalau kamu dalam keadaan marah."

Saat aku membuka pintu mobil hendak keluar, Mas Jaya marik lenganku.

"Aku kepanasan disini, aku bisa kekurangan oksigen dimobil ini!! Konyol aja kamu! Keluar kamu,aku mau bicara sama kamu! Itupun kalau kamu memang merasa kamu laki-laki!!" Langsung aku keluar dari dalam mobil, dan membanting pintu.

Begitu dia keluar dari mobil, aku ajak dia duduk di bangku dibawah pohon besar yang ada di halaman rumah.

" Apa masalah kamu Mas?" Kupandang Mas Jaya dengan sedikit menyipitkan mataku

" Nggak usah ikut campur dengan urusanku."

" Oke, mulai hari ini aku nggak ikut campur dengan urusan keluargamu. Anggap aja aku ini wanita simpananmu yang nggak boleh tau apa-apa. Hubungan kita mulai hari ini bukan suami istri.
Alhamdulillah ya Allah sedikit berkurang beban hidupku."

Lalu aku berdiri dan menjauh dari dia. Rasanya pengen aku jambak-jambak rambutnya saat itu juga.

" Ngomong apa sih kamu Zahra."

" Aku hanya berterima kasih aja sama Allah, aku nggak punya hubungan ama pria plin plan kek kamu!" 

" Duduklah, nggak usah marah-marah, sejak hamil, kamu bawaannya marah terus. Nggak capek apa, aku aja capek liat kamu marah-marah. Kalau sekarang kamu dimasukkan ke kandang singa yang lapar, singanya yang mati kamu buat." Ucapnya dengan menundukkan kepalanya.

Hampir aku tertawa mendengar ucapannya. Namun aku cukup gengsi melakukan hal itu, masa habis marah-marah aku langsung tertawa, kan nggak lucu.

Kudekati dia, dan duduk disampingnya. Kutarik nafas dalam-dalam.

" Aku nggak bisa cerita Zahra, aku nggak tau harus mulai dari mana, aku bukan perempuan yang dengan gampang menceritakan apa-apa yang terjadi dalam hidupnya. Mengertilah."

Digenggamnya kedua tanganku. "Yang aku tau, aku sayang sama kamu, aku nggak mau kehilangan kamu. Jangan ungkit-ungkit lagi masa lalu, aku ingin bersama kamu hidup dimasa depan bukan dimasa lalu."

SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang