Jam tujuh lewat tiga puluh malam aku sampai di rumah. Ada rasa khawatir Mama marah karena aku pergi nggak pamit sama beliau.Baru saja membuka pintu mobil Rindu dan Queen sudah berdiri di depan pintu.
Queen bertolak pinggang, dengan sorot mata menaruh rasa kesal, sementara Rindu tersenyum."Ngapain pulang!" Ucap Queen begitu aku dan Mas Jaya berdiri didepan mereka.
Mas Jaya diam saja, dan menarik tanganku untuk duduk di lantai teras.
"Udah Papa bilangkan, kita nggak usah pulang" Ucap Mas Jaya dengan suara sengaja dibesarkan.
"Mama padahal kangen anak-anak, tapi anak kita nggak ada yang kangen" Balasku.
"Sabar ya Ma, nanti kita buat anak baru aja" Mas Jaya memeluk dan meletakkan kepalaku dibahunya.
Bukannya luluh Queen malah memukul bagian belakang kepala Papanya dengan kuat, sampai Mas Jaya meringis.
"Queen! Mama nggak suka kamu begini ya?!" Aku seketika membentak Queen didepan Papanya.
Hasilnya, sudah pasti Mas Jaya akan memarahi ku, dan aku segera masuk ke dalam rumah, membiarkan Mas Jaya dan anaknya.
Begitu melihat Mama dan Bi Ijah ada dihalaman belakang, aku menghampiri mereka, mencium punggung tangan mertua dan meminta maaf kalau pulang sampai malam, tanpa memberi kabar sebelumnya.
Mama Mertuaku hanya tersenyum, dan menyuruhku untuk bersih-bersih.
"Kamu sama Queen jangan seperti itu Zahra, kalau kamu bentak dia begitu, itu akan membentuk karakter dia menjadi orang yang suka menghardik." Ucap Mas Jaya pada saat aku dan dia sudah ada kamar.
"Kamu yang dari kecil nggak pernah dibentak Mama aja udah gedenya seperti ini, sama aku suka menghardik" Balasku pada Mas Jaya.
kudengar dia membuang nafas secara kasar mendengar ucapanku.
"Mas, Queen boleh masuk playgroup nggak?" Masih dengan membersihkan muka membelakangi Mas Jaya aku bertanya padanya, tapi tidak ada jawaban.
'Pantas diam, tidur toh.' Gumamku karena Mas Jaya sudah tertidur di sofa panjang, yang ada di kamar.
Aku segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Disaat menikmati turunnya air dari shower, kurasakan ada tangan yang membekap mulutku.
Jantungku serasa berhenti berdetak, karena kaget. Kalau saja nggak mendengar suara yang familiar berbisik ditelingaku.
"Udah lama kita nggak mandi bareng ginikan"
Disaat ingin berbalik, Mas Jaya menolaknya.
"Mas... Kamu jangan macam-macm, aku nggak mau mandi lama-lama"
"Hanya semacam Zahra" Dikecupnya pipiku.
Keluar dari kamar mandi, aku melihat Queen dan Rindu sudah ada diatas ranjangnku.
"Mama dipukul Papa ya?" Tanya Rindu.
Aku yang masih memakai handuk, seketik menggeleng pelan dan mengalihkan pandangan pada Mas Jaya.
"Kenapa teriak?" Sambut Queensha gantian bertanya.
Aku dan Mas Jaya saling pandang.
"Itu cicak dua kepo banget ya" Ucap Mas Jaya sambil menunjuk kearah tembok dan kedua putrinya langsung memalingkan wajah menuju arah jari sang Papa.
Segera Mas Jaya langsung menyambar pakaian gantinya yang ada diatas tempat tidur. Menarikku kembali masuk ke kamar mandi untuk berpakaian.
Mas Jaya terlebih dahulu keluar dari pada aku. Kulihat anak-anak sudah berbaring dengan Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU
RomanceZahra Anggraini seorang wanita yang masih sangat belia. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan menikah diusia yang sangat muda. Menikah dengan Heru Sanjaya, pria muda yang...