70

18.6K 2.3K 279
                                    

Beberapa part kedepan, saya bakalan fokusin ke Bangchan-[ Name ]-Felix, ya. Juga ke masalah Irene. Jadi mungkin agak sedikit berkurang humornya.

:::

Hwang Hyunjin melukiskan senyum tipisnya begitu mata dia menangkap sosok Felix yang berhasil ngungkapin perasaannya ke kamu. Ada perasaan sakit di dalem hatinya ngeliat kamu ngebales pelukan Felix dan nenggelemin muka di ceruk leher cowok tersebut. Tapi bagi Hyunjin, itu gak masalah daripada kamu harus jatuh ke orang yang salah.

Mungkin memang sedikit kasar kalau bilang semua ini 'taruhan', tapi gak pernah sedikitpun Hyunjin berniat untuk taruhan dengan Felix dalam ngedapetin hati kamu. Karena mau gimanapun, peluang Felix lebih besar. Bahkan Hyunjin udah nyerah lebih dulu untuk dapetin kamu. Dia ngajakin Felix taruhan cuma semata-mata untuk ngebiat semangatnya Felix muncul lagi.

Gak lebih dari itu.

Hyunjin paham posisinya.

Dia cukup paham mengenai hati kamu yang sebenernya udah berhasil Felix genggam dari awal.

Walaupun mungkin kamu gak pernah sadar dengan semua perasaan yang kamu kasih untuk Felix, Hyunjin tau pasti gimana tatapan perempuan ke orang yang disukai atau ke orang yang hanya sekadar adik.

Tatapan yang kamu tunjukkin ke Felix itu adalah opsi yang pertama, tatapan yang diperlihatkan untuk seseorang yang disukai. Memang gak sering kamu tunjukkin tatapan itu, tapi Hyunjin udah terlalu sering nangkap tatapan itu.

Kyungsoo bilang,

Felix gak mungkin bisa dapetin hati kamu.

Kyungsoo bilang,

Felix cuma remahan rengginang kering yang nyisa di kaleng butter cookies.

Tapi faktanya,

Felix udah dapetin hati kamu jauh dari sebelum Sooman ngumumin pertunangan kamu dengan Chan.

"Aa Hyunjin~"

"ANJING, KAGET." Hyunjin sontak lompat mundur sampe badan dia nabrak dinding di belakang begitu ada suara yang ngebisik tepat di telinga.

Suara itu milik Haechan yang entah sejak kapan sampai di sana.

Hyunjin melotot, menatap Haechan dengan garang sebelum akhirnya ngejambak rambut cowok sedikit dekil tersebut.

"Bisa gak sih lo gak ganggu gue nguping?!"

Haechan ngerintih. Dia berusaha untuk nyingkirin tangan Hyunjin yang brutal ngejambakin rambutnya. "Sakit, anjer. Lepas, bangsat. Lepas dulu!"

Tapi jambakannya makin keras.

"Hwang. Biadab. Hyunjin."

"MASYA ALLAH, KIM YONGBOK, GUE GAK NGAPA-NGAPAIN YA! SUMPAH! JANGAN ACUINGIN CUTTER GITU, BABI."

Irene dan Jieun kini tampak saling tatap satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene dan Jieun kini tampak saling tatap satu sama lain. Salah satu dari mereka natap yang lain dengan dengki, sedangkan yang ditatap cuma masang muka dengan santai.

Jieun memutar-mutar pena yang ada di tangan dia. Tatapannya gak pernah beralih sedikitpun dari Irene yang keliatan banget pengen kabur untuk ngilangin jejak lagi. Senyum sinis Jieun merekah begitu ngeliat wajah dengki Irene yang berubah jadi panik.

Mari selesaikan semuanya.

"Bae Joohyun, Anda ditankap atas tuduhan dua pembunuhan Im Nayeon dan Chou Tzuyu."

"Apa-apaan?!" Irene gak terima, itu pasti. Dia nyoba berontak begitu kedua polisi tersebut nyoba untuk ngeborgol tangannya. "Gue bahkan gak ngapa-ngapain!"

"Stop playing victim." Jieun tersenyum makin lebar sehingga ngebuat dua mata sipitnya ngebentuk bulan sabit yang keliatan manis. Walaupun begitu, siapapun tau kalau kini Jieun lagi mengolok-olok ketidakmampuan Irene begitu polisi bilang hak kayak gitu. "Namanya bangkai, gak akan bisa disembunyiin terus-terusan, bukan?" Jieun menepuk pundak kanan Irene begitu polisi ngebawa cewek tersebut ngelewatin dia. "Kita ketemu lagi di pengadilan nanti, nona Irene."

Dan setelah bilang begitu, kedua polisi yang ngeborgol tangan Irene segera ngebawa si cewek untuk masuk ke dalem mobil dan pergi gitu aja ke kantor polisi pusat.

"Wah, keren lo."

Jieun terkekeh. Pandangannya beralih pada Chan yang lagi menyandarkan tubuhnya di meja yang ada di sana, gak jauh dari tempat dimana Jieun berdiri.

Setelah terkekeh beberapa menit, cewek itu segera mendengkus dan menatap Chan dengan sinis. "Gue masih benci lo, asal lo tau."

"Kasar kayak biasa ya, Mbak?" Chan ikut memasang senyuman meremehkan khas dia.

"Seumur hidup, gue gak akan pernah ngebiarin [ Name ] jatuh ke orang kayak lo, Christopher Bang," cecar Jieun seraya menyipitkan kedua matanya. "Orang yang bahkan lupa tentang janji dia di masa lalu, berubah jadi bajingan brengsek, dan terlalu sibuk dengan urusannya bahkan waktu tunangannya ngalami kecelakaan sekalipun. Dan setelah itu, lo masih minta [ Name ] maafin lo juga ngebuka hati dia untuk lo? Omong kosong."

Jieun dan Chan tampak saling beradu pandang satu sama lain, menyalurkan kebencian pada sorot mata mereka masing-masing tanpa sadar bahwa ada seseorang yang gak sengaja ngedenger semua itu.

Orang tersebut memandang keduanya dalam diam. Senyum pahitnya terlukis. Mengetahui semua fakta itu, bener-bener ngehancurin semua harap yang udah coba dia kasih.

Kamu,

Kecewa dengan semua fakta tersebut.

Kecewa dengan semua fakta tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kos-Kosan Bobrok [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang