Bersyukurlah! Jangan ngeluh terus, oke :)
. . .
Lisa berjalan di sepanjang koridor, sapaan ramah dan senyum hangat selalu menemani hari-harinya, senyumannya tidak luntur dan terus ia tampilkan. Lisa semakin mengembangkan senyumnya saat menangkap sosok yang ia cari. Lisa berlari kecil mengejar langkah Elang, dan saat langkahnya sudah beriringan dengan langkah cowok tersebut, Lisa menampilkan senyumnya kembali.
"Pagi Elang," sapa Lisa sambil mengimbangi langkahnya karena Elang melangkah begitu lebar.
Elang tidak membalas sapaan Lisa, pandangannya masih fokus ke depan, dengan hanya melirik ia bisa mengetahui Lisa kini tengah tersenyum.
Lisa dan Elang yang kini sedang jalan beriringan menjadi pusat perhatian murid Jaya Tama, banyak yang merasa heran dengan kedekatan si peri baik hati dan dedemit itu. Mereka saling berbisik-bisik menebak hubungan apa yang sedang terjadi diantara kedua orang tersebut.
Elang menghentikan langkahnya, ditatapnya kini Lisa lekat-lekat, cowok itu juga mengubah posisinya menjadi menghadap Lisa, lalu ia dekatkan wajahnya ke telinga Lisa.
Hal tersebut semakin menambah keheranan murid Jaya Tama, bagaimana tidak, keduanya tampak seperti sedang ciuman di posisi seperti itu, dari mereka ada juga beberapa yang langsung memotret Lisa dan Elang.
"Temuin gue di rooftop saat jam istirahat," bisik Elang lalu menjauhkan dirinya dari Lisa, Elang berjalan menaiki tangga menuju kelasnya yang berada dilantai dua.
Lisa semakin mengembangkan senyumnya, sepertinya Elang ingin mengembalikan pitanya, syukurlah kalau seperti itu mamanya tidak akan mendumel lagi.
Gadis itu melanjutkan langkahnya untuk menaiki tangga, sama dengan kelas Elang, kelas Lisa juga berada di lantai dua.
Setelah memasuki kelas, Lisa langsung dihujani pertanyaan dari teman-temannya.
"Lis, lo ada hubungan apa sama tuh sunggokong?" tanya Dira yang sudah kepo akut.
"Siapa ya, Ra?" tanya Lisa balik karena bingung dengan sunggokong yang dimaksud.
"Si Elang maksud gue, lo ada hubungan apa sama dia?"
Ralat Dira dan kembali melontarkan pertanyaan yang sama.
"Oh si Elang, gue gak ada hubungan apa-apa kok sama dia," jawab Lisa disertai senyum manisnya.
"Tapi kenapa lo berdua bisa sedekat ini?"
Dira menunjukkan layar handphonenya yang menampilkan foto Lisa dan Elang yang seperti sedang ciuman.
"Haha, siapa sih yang fotoin? Kok bisa persis banget kayak lagi ciuman ya," celetuk Lisa dengan kekehan kecil.
"Lis, lo jangan dekat-dekat sama tuh sunggokong, cowok freak itu gak pantas dekat sama peri baik hati seperti lo!" sahut Tina disertai anggukan teman cewek lainnya.
"Buset, kok jadi lo pada sih yang ngatur hidup Lisa? Biarin lah Lisa mau dekat sama siapa aja, iri aja lu pada!" cetus Bima, dan mendapat tatapan tajam dari para murid cewek.
"Heh, Bima sakti! Kita semua yang ada di sini itu khawatir sama Lisa. Kalau dia di apa-apain saman tuh cowok yang gak jelas asal-usulnya, gimana?" sewot Dira.
"Guys, kalian tenang aja, gue pastiin Elang gak akan ngelukai gue, dan terimakasih banget kalian semua sudah mau peduli sama gue," ujar Lisa masih dengan senyum manisnya.
Para teman Lisa pun bernafas lega setelah mendengar penuturan dari Lisa. Mereka kembali duduk di kursi masing-masing, kedatangan bu Nilam membuat suasana kelas menjadi tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."