Selamat sore, jangan lupa tersenyum (◡ ω ◡)
. . .
Di pagi hari yang cerah seluruh warga SMA Jaya Tama turut serta ikut senam. Lapangan sekolah tersebut pun sudah dipenuhi para murid, guru, dan staf karyawan. Tampak semuanya bersemangat menggerakkan badan, mulai dari gerakan pemanasan, hingga gerakan-gerakan heboh lainnya.
Biasanya setiap hari Jum'at di sekolah-sekolah Negeri maupun Swasta akan diadakan senam pagi. Dan setelah selesai senam biasanya murid-murid dan guru juga melaksanakan bersih-bersih di lingkungan sekolah.
Seluruh murid dan guru yang ikut senam diwajibkan untuk mengenakan pakaian olahraga yang sudah disiapkan oleh pihak sekolah.
Lisa yang sudah empat bulan menjalani pendidikan di SMA Jaya Tama, mulai terbiasa dengan lingkungan dan sistem pendidikan sekolah yang sangat jauh berbeda dengan sekolahnya dulu. Selama dua tahun bersekolah di SMA Garuda, Lisa tidak pernah mendapatkan keseruan seperti ini. Di sekolah tersebut, para murid dituntut untuk terus belajar dan belajar, tak hayal sekolah tersebut terkenal menjadi sekolah yang tingkat belajarnya paling serius di Jakarta.
Lagu 'Cendol Dawet' pun menjadi pengiring senam. Kali ini SMA Jaya Tama menggunakan senam aerobik.
Gerakan yang begitu cepat membuat murid-murid cowok yang berada di barisan belakang tertinggal, alhasil mereka malah joget-joget asal seperti yang dilakukan Elang dan teman-teman sekelasnya.
"Lo senam atau dangdutan, sih, Do?" tanya Juna lagi, pasalnya sedari tadi Aldo hanya menggoyangkan pantat dan kedua jempolnya.
"Dua-duanya, tapi nih musik ngajak goyang, anjir," seru Aldo yang berucap tanpa membuka matanya.
Berbeda dengan Aldo yang berjoget dengan santai, Darel dan Agus begitu rusuh menggoyangkan tubuh mereka. Bahkan keduanya loncat-loncat tak jelas sambil berteriak heboh seperti saat menonton konser.
"Ais, bangke!"
Rendy mengumpati Darel dan Agus saat keduanya dengan sengaja mendorong tubuh ia hingga mengenai murid-murid cewek yang berbaris di depan mereka.
"Gus, celana lo melorot, bego!"
Fajar gelabaran saat tau celana Agus melorot hingga sebagian celana dalam cowok itu terlihat. Sedangkan Agus sendiri tak menggubris ucapan Fajar dan malah asik lompat-lompat. Fajar begitu frustasi melihat tingkah Agus, temannya ini benar-benar tidak ada malunya. Ia segera menghampiri Agus lalu menarik celana cowok itu sampai pusar.
"Aurat lo, tolol!" sewot Fajar sambil mengepalk kepala Agus, berharap temannya ini lekas sadar dari halunya. Namun hanya cengiran tak berdosa yang ditampilkan Agus.
Berbeda dengan teman-temannya yang begitu semangat, Elang sendiri malah ogah-ogahan menggerakkan badannya. Jika bukan karena Lisa, ia tidak akan mau ikut senam. Baginya duduk sendirian di atas rooftop lebih nikmat daripada ikut senam.
"Lemes amat lu, Lang, habis berapa ronde tadi malam?" celetuk Juna yang berada di sebelah Elang.
"Dilihat-lihat dari tampang nih anak, kayaknya habis sepuluh ronde, Jun," timpal Rendy diiringi kekehannya.
"Wanjir, kuat juga tuh junior haha."
Elang menatap malas ke arah Rendy dan Juna, tak ada gunanya menjawab pertanyaan tak penting dari mereka.
Yang Elang tunggu-tunggu pun akhirnya tiba, musik telah berhenti berganti dengan tepukan tangan warga SMA Jaya Tama.
Elang menyapu pandangannya, mencari sosok Lisa yang sedari tadi tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."