Udah bersyukur belum? Kalau belum, mari bersyukur. Jangan lupa tersenyum. (◠‿◕)
. . .
Elang menepati ucapannya untuk mengajak Lisa bertemu dengan Bagas.
Seperti saat ini, ia membawa Lisa menuju ke suatu tempat yang biasanya menjadi sarang Bagas saat bekerja. Namun sebelumnya Elang menghubungi Bagas dahulu, memastikan kalau tempat itu aman.
Sejak awal kedekatannya dengan Lisa, Elang selalu menceritakan kedekatannya tersebut kepada Bagas. Mulai dari awal bertemu Lisa, hingga sampai saat ini. Bagi Elang, Bagas adalah sosok teman yang bisa dipercaya. Pola pikir laki-laki itu sangat dewasa, itu sebabnya Elang selalu menceritakan seluruh kehidupannya kepada Bagas.
"Makasih ya Lang, lo selalu nurutin permintaan gue," ujar Lisa yang berada di belakang Elang.
"Anything for you princess," timpal Elang sambil tersenyum kecil melirik Lisa dari kaca spion.
Elang dan Lisa kini tiba di tempat Bagas berada. Lisa dibuat bingung dengan tempat ini, setelah menempuh waktu selama satu jam melewati pohon-pohon rindang, hanya ada satu rumah yang mereka temui. Dan kini mereka berhenti tepat di depan rumah tersebut.
"Lang, lo yakin ini rumah Bagas?" tanya Lisa sedikit heran.
"Bukan rumah Bagas, ini tempat persembunyiannya. Jangan takut, ada gue, ayo masuk!"
Elang menarik tangan Lisa, sebelumnya ia mengetuk pintu rumah tersebut terlebih dahulu.
Pintu pun terbuka menampilkan cowok berbadan tinggi yang masih mengenakan seragam sekolah seperti Lisa dan Elang.
Lisa tersenyum canggung, tatapan mata Bagas lebih tajam dari tatapan Elang.
"Lo yang namanya Lisa?" tanya Bagas dengan suara lembut, tatapan tajamnya tidak lagi ia lihat kan.
Lisa mengangguk singkat sambil tersenyum ramah kepada Bagas. Sepertinya Bagas laki-laki yang welcome.
"Wah cantik juga ya ternyata, pantas aja nih bocah nempel terus sama lo." Bagas menunjuk Elang dengan dagunya, namun ia mendapat tatapan tak menyenangkan dari Elang.
"Masuk Lis!" Lisa mengangguk antusias lalu berjalan memasuki rumah tersebut.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Siapa yang suruh lo masuk?" Bagas merentangkan tangannya saat Elang juga mau masuk.
"Minggir! Gue gak percaya otak lo!"
Elang mendorong tubuh Bagas, namun laki-laki itu hanya terkekeh dan menutup pintu kembali.
"Dari dalam rumah ini tampak biasa-biasa aja, tapi setelah masuk ternyata dalamnya seperti hotel ya kan, Lang?" Elang mengangguk saja lalu duduk di sebelah Lisa.
Lisa benar-benar takjub dengan isi di dalam rumah tersebut, di bagian depan ia disuguhkan dengan ikan-ikan cantik yang sedang berenang di dalam akuarium. Bagian depan rumah tersebut juga terdapat sofa yang empuk serta lukisan-lukisan pemandangan.
"Kalau lo suka, sering-sering aja ke sini Lis," seru Bagas dengan kekehannya.
"Gak, ini pertama dan terakhir kalinya Lisa ke sini!" sewot Elang dengan ucapan Bagas barusan. Kekehan Bagas semakin pecah, sepertinya seru sekali membuat Elang cemburu.
"Emangnya kenapa Lang?" tanya Lisa tak mengerti.
"Tempat ini gak aman buat lo."
"Aman kalau sama gue," Bagas mendekati wajahnya ke arah Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."