[16] Kehidupan sebenarnya

226 35 0
                                    

Nikmati hari ini dengan terus bersyukur :)

. . .

"Lisa!"

"It's okay, ini bukan salah lo," ucap Lisa sambil memaksakan senyumnya.

"Lis." Elang meraih tangan Lisa, menggenggam erat tangan tersebut. Elang merasa semakin bersalah.

"Pulang Lang. Gue malu banget," ajak Lisa, wajah gadis itu seperti sedang menahan tangis.

"Maaf," lirih Elang.

Tak ada sahutan dari Lisa, gadis itu melepas genggaman tangan Elang kemudian meraih jaket yang berada di atas motor Elang.

"Gue bantu." Lisa membiarkan Elang mengambil alih jaket tersebut.

Setelah selesai memasangkan jaket ditubuh Lisa, Elang segera menaiki motornya diikuti oleh Lisa.

Sepuluh menit berlalu, keduanya masih saling diam, larut dalam pikiran masing-masing.

Elang merasa sangat tidak nyaman dengan situasi saat ini. Dari pantulan kaca spion ia melihat Lisa tengah memejamkan matanya, gadis itu juga masih mau melingkarkan tangannya di pinggang Elang.

Keheranan Elang pun semakin bertambah, apakah Lisa masih marah padanya. Tidak tahan lagi, Elang pun mulai membuka suara.

"Lisa," panggil Elang.

"Iya, kenapa Lang? Gue meluk lo terlalu kuat ya?" tanya Lisa sambil merenggangkan pelukannya.

"Bukan itu," jawab Elang yang semakin memelankan motornya.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat dua puluh tiga menit. Kendaraan yang berlalu-lalang juga tidak terlalu ramai, sehingga Elang masih bisa mendengar suara Lisa dan begitu juga sebaliknya.

"Maafin gue," ucap Elang.

"Dimaafin, gue juga terlalu berlebihan nanggepin hal itu. Padahal lo seperti itu demi gue, demi belain gue, ya kan Elang?"

Dibalik helmnya, Elang mengangguk singkat. Ia juga bersyukur Lisa sudah mau memaafkannya.

"Iya, karena gue sayang sama lo," ucap Elang pelan. Namun, Lisa sendiri masih bisa mendengarnya.

"Gue denger, Elang."

"Gak apa-apa," sahut Elang, senyum tipis pun terpatri di wajahnya.

                            🦅🦅🦅

"Sa, thanks ya. Karena lo, nilai ujian gue 100," ucap Tina girang, gadis berponi tersebut menampilkan selembar kertas berangka seratus.

"Echa juga," sahut Acha sambil memamerkan kertas jawabannya.

"Kita semua dapat nilai seratus loh, Lis. Semua ini karena lo, coba aja kalau lo gak kasi kita-kita contekan mungkin nilai kita gak bisa sebagus ini," timpal Kelly.

Senyum ramah tetap Lisa tampilkan.

"Bisa aja deh kalian," ucap Lisa dengan tawa kecilnya.

Menyadari kalau Elang masih berada disampingnya, Lisa pun berpamitan kepada Tina, Kelly dan lainnya.

"Ayo, Lang!"

Elang membiarkan saja tangannya ditarik oleh Lisa. Ia tidak begitu suka dengan teman-teman sekelas Lisa.

"Lo sering kasi mereka contekan?" tanya Elang setelah langkanya sejajar dengan langkah Lisa.

"Tiap kali ada tugas dan ujian doang sih Lang," jawab Lisa masih menampilkan senyum ramahnya.

ELBRASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang