Ikhlas itu tidak terucap, dan sabar itu tidak terbatas. ( ◜‿◝ )♡. . . .
Empat puluh menit berlalu Elang menunggu Lisa, tapi gadis itu belum menampakkan diri juga.
Elang menghembus napas pasrah, tidak biasanya Lisa seperti ini. Elang berniat untuk pergi ke rumah Lisa tapi ia sudah berjanji kepada gadis itu untuk tidak menghampirinya di rumah jika tidak bersamanya. Entah apa maksudnya, tapi Elang berusaha untuk menepati janjinya.
"Sial! Udah jam delapan," gumam Elang setelah melirik jam tangannya.
Hari ini benar-benar hari ter-sial Elang. Dimulai dari terlambat bangun, lupa membawa hp, dan sekarang terlambat datang ke sekolah.
Tidak mau menunggu lama lagi, Elang langsung melajukan motornya. Ia berharap kalau Lisa sudah berada di sekolah dengan selamat.
Motor Elang melaju dengan cepat, gak butuh waktu lama akhirnya Elang sampai di depan gerbang SMA Jatam. Tapi sayangnya pintu gerbang sudah tertutup rapat. Elang kembali melajukan motornya kemudian berhenti di sebuah warung makan yang berada tepat di samping sekolahnya.
Setelah menitipkan motornya di warung itu Elang langsung berlari ke belakang SMA Jaya Tama.
Tembok yang menjulang tinggi berhasil Elang panjat, detik kemudian kaki Elang mendarat mulus di tanah.
Elang melirik sekitar, memastikan kalau tidak ada guru BK yang sedang patroli. Merasa sudah cukup aman, Elang mengambil langkah menuju rooftop. Untuk kesekian kalinya Elang membolos lagi, daripada mendapat hukuman karena terlambat lebih baik Elang membolos saja.
"Kesan pertama yang sangat buruk."
🦅🦅🦅
Bel istirahat berbunyi nyaring membuat seluruh murid SMA Jaya Tama bernafas lega. Hari pertama semester satu dimulai sangat menyebalkan, bagaimana tidak, di hari pertama proses belajar mengajar sudah dimulai. Bahkan tugas-tugas sudah menghampiri mereka.
"Gak ngerti lagi gue sama nih sekolah, norak banget baru pertama masuk juga tugas malah udah numpuk," cerocos Dira berapi-api.
"Udahlah nikmati aja, bentar lagi juga kita tamat," timpal Karin sambil menuangkan kecap ke mangkuk baksonya.
"Jangan lupa, soal-soal udah menanti kita loh ya." Acha ikut menimbrung.
"Lo kenapa, Lis? Dari tadi liatin pintu kantin mulu," ucap Karin membuat pandangan Lisa teralihkan.
"Nyariin Elang?" tebak Nadia dan mendapat anggukan kecil dari Lisa.
"Gak datang kali, gak ada nampak juga dari tadi," jelas Mira.
Lisa bernafas pasrah. Ya, mungkin saja Elang tidak datang. Tapi entah mengapa perasaan Lisa begitu was-was, ia sangat takut kalau Elang benar-benar marah kepadanya
"What! OMG OMG!!"
Tiba-tiba saja Mira berseru heboh membuat seluruh penghuni kantin menatap aneh ke arah cewek-cewek IPA-1.
"Apaan sih Mir. Suara lo udah kayak toa masjid tau gak," omel Jeje sambil menutup telinganya.
"Tau nih, kalau mau teriak-teriak di hutan sana!" Nadia ikut mengomeli, sementara yang lainnya menggeleng kecil.
"Maap maap, rem mulut gue blong soalnya." Mira malah menyengir lebar.
"Coba kalian buka Instagram," titah Mira membuat dahi yang lainnya mengernyit heran.
"Kenapa sih? Lo habis posting foto lo yang sok cantik itu terus nyuruh kita-kita like?"
Mira menggeleng kuat, walupun kebiasaannya emang seperti itu tapi tidak untuk kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."