[11] Meningkatkan rasa Syukur

233 43 0
                                    

Tetap bersyukur, di kala semua berkurang (◍•ᴗ•◍)

. . .

Elang mengambil handphonenya di saku celana saat handphone tersebut bergetar. Ia langsung menggeser tombol hijau saat mengetahui pelanggannya yang menelfon.

"Iya baik Pak, saya segera ke sana."

"Waalaikumsalam."

Panggilan pun terputus, Elang langsung memakai helmnya. Sedangkan Lisa masih diam ditempat.

"Siapa Lang?"

"Pelanggan Lis, gue harus buru-buru ke bengkel. Lo pulang naik bus gak apa-apa kan Lis?"

Lisa tersenyum jahil membuat dahi Elang mengkerut.

"Kalau gue ikut ke bengkel gak apa-apa kan Lang?" tanya Lisa balik, Elang hanya mengangguk kecil. Lalu cowok tersebut mengikat jaketnya ke pinggang Lisa.

"Telfon Mama lo dulu Lis, ntar putri kesayangan dicariin."

Lisa terkekeh, ia menuruti ucapan Elang. Lisa langsung menelfon Mamanya, setelah itu ia mengikuti Elang menaiki motor cowok tersebut.

Yang Lisa tau dari Elang, cowok itu bekerja di bengkel milik Bagas setelah pulang sekolah maupun hari libur. Lisa semakin penasaran dengan kehidupan Elang sebenarnya, mengapa Elang repot-repot harus bekerja kalau masih mempunyai kedua orang tua.

Letak bengkel cukup jauh, mereka harus menempuh perjalanan selama 40 menit agar tiba di bengkel tersebut.

Sesampainya di bengkel, Elang dan Lisa dapat melihat satu mobil dan tiga motor yang sudah terpakir di depan bersama yang punya.

"Maaf ya Pak udah nunggu lama," tutur Elang tak enak hati karena para pelanggannya sudah menunggu.

"Tidak apa-apa, kamu selesaikan secepatnya ya, besok saya ke sini lagi."

Elang mengangguk dan tersenyum ramah, lalu pemilik mobil tersebut pergi.

"Kenapa lagi bang?" tanya Elang kepada laki-laki yang mengenakan jaket kulit, tampaknya Elang cukup mengenali laki-laki tersebut.

"Ganti oli Lang, kayak biasa ya. Ntar sore gue ambil nih motor."

"Oke."

Cowok berjaket hitam tersebut pun melangkah pergi dari bengkel.

Elang menghampiri ibu-ibu yang sedang duduk di samping motor.

"Ibu, motornya kenapa?" tanya Elang dengan ramah.

"Kayaknya bocor dek, gak lama kan memperbaikinya? Saya buru-buru ini."

"Gak lama Bu, sebentar ya Bu." Ibu-ibu berjilbab tersebut mengangguk.

Elang membuka pintu bengkel yang tertutup rapat. Ia lupa kalau Lisa ikut dengannya.

"Masuk Lis, lo duduk di sini aja gak apa-apa kan?"

Lisa mengembangkan senyumnya sambil berjalan menghampiri Elang yang tengah mengelap sebuah kursi.

"Gak apa-apa kok Lang," seru Lisa dan duduk di kursi tersebut.

Elang mengganti bajunya dahulu, setelah itu mengambil alat-alat yang akan digunakan untuk menambal.

Lisa dapat melihat Elang begitu cekatan mengerjai pekerjaannya. Setelah 15 menit berkutat pada alat-alat menambal, pekerjaan Elang pun akhirnya siap.

Ibu-ibu tersebut pun sudah pergi membawa motornya setelah selesai membayar.

Elang duduk di sebelah Lisa sambil merentangkan tangannya, tangan dan wajahnya tampak kotor. Lisa juga dapat melihat keringat yang bercucuran di pelipis Elang.

ELBRASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang