Jangan lupa makan :)
. . .
Elang masih setia menunggu Lisa bangun dari pingsannya, sudah hampir dua jam ia duduk di samping brankar. Karin dan Nadia yang beberapa menit lalu ke UKS juga sudah menyuruh Elang untuk meninggalkan Lisa, namun cowok itu malah menyuruh mereka balik pergi dari UKS.
Dengan wajah kesal Karin dan ekspresi ketakutan Nadia, keduanya pasrah saja ketika di usir oleh Elang.
Kedua anggota PMR tadi juga belum balik ke UKS.
Elang masih setia menggenggam lembut tangan Lisa.
"Sampai kapan lo mau tidur terus sih, Lis," gumam Elang sambil menundukkan kepalanya.
"Maafin gue Lisa, maafin gue karena kemarin udah bentak lo," Elang semakin menggenggam erat tangan Lisa.
"Iya udah gue maafin."
Elang langsung mengangkat kembali kepalanya, kini Lisa tengah tersenyum manis kepadanya.
"Yang mana yang sakit? Kepala? Punggung? Bahu? Yang mana kena bola?" tanya Elang beruntun dan malah mendapat kekehan dari Lisa.
"Kepala gue masih sakit," ucap Lisa lalu dengan sigap Elang mengoleskan minyak angin ke pelipis Lisa, setelah itu ia membuang air hangat yang sudah dingin dan menggantikan dengan air hangat lagi.
"Minum dulu," seru Elang sambil membantu Lisa minum.
"Makasih ya, Elang," ujar Lisa tersenyum tulus.
Tidak ada sahutan dari Elang, cowok itu sibuk memijat tangan Lisa, padahal yang terkena bola kepala Lisa.
"Gue udah berapa lama pingsan, Lang?"
"Hampir dua jam," jawab Elang masih setia memijat tangan Lisa.
"Lama juga ya, lo dari tadi nungguin gue?" tanya Lisa lagi dan mendapat anggukan enteng dari Elang.
"Yaampun Elang, seharusnya lo gak perlu repot-repot nungguin gue, kan lo jadi bolos gara-gara gue," ucap Lisa tidak enak hati.
"Gak apa-apa, gue udah biasa bolos."
"Jangan dibiasakan Elang, lo harus menata masa depan lo."
Elang mengangkat sudut bibirnya sebelah. Masa depan ya? Masa depan? Adakah masa depan untuk Elang? Ia sendiri saja tidak yakin dengan masa depannya.
"Mending lo masuk ke kelas sekarang, gue udah siuman juga kan." Elang menggeleng kuat, ditatapnya kini mata Lisa lekat-lekat.
"Gue gak akan biarin teman baru gue sendirian dalam keadaan sakit," ucap Elang disertai senyum kecilnya, hal itu sukses membuat wajah Lisa ceria seperti biasanya walaupun bibirnya tampak pucat.
Lisa berusaha untuk duduk, dengan cepat Elang membantunya hingga duduk dengan nyaman.
"Jadi, kita berteman sekarang?" tanya Lisa memastikan, Elang mengangguk kecil.
"Makasih Elang, makasih udah mau ngasih gue kesempatan buat jadi teman lo, gue juga gak tau kenapa gue ngebet banget buat lo jadikan teman. Tapi gue rasa, gue lah orang yang dijadikan Tuhan sebagai teman lo, Lang." Lisa meraih tangan Elang dan menggenggamnya.
Elang merasa terharu dengan ucapan Lisa, jika benar seperti itu, bolehkah ia menganggap Lisa lebih?
"Gue boleh peluk lo, Lis?" tanya Elang dengan wajah gugupnya.
"Tentu," jawab Lisa sambil merentangkan kedua tangannya, bersiap untuk menerima pelukan hangat Elang. Elang tersenyum lagi, kali ini cukup lebar.
Untuk pertama kalinya Elang tersenyum di hadapan seseorang, cowok tersebut segera berhambur ke pelukan Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."