Sudahkah bersyukur hari ini?(•‿•)
. . .
"Belum selesai?" tanya Elang saat Lisa masih berkutat pada laptopnya.
"Dikit lagi," jawab Lisa tanpa mengalihkan pandangannya.
Elang mengangguk singkat dan membiarkan Lisa fokus kembali pada laptop.
Tubuh Elang penuh dengan keringat, ia pun mengikis jarak jauh dengan Lisa.
Setelah selesai mengikuti les sore di sekolah, Elang dan Lisa tidak langsung pulang.
Lisa meminta Elang untuk menemaninya mengerjakan tugas matematika yang akan dikumpul besok. Walupun Elang menemani Lisa, ia tidak ikut serta membantu Lisa mengerjakan tugasnya. Elang lebih memilih bermain futsal ketimbang mengerjakan soal matematika yang sangat rumit itu.
Sudah sebulan lebih berlalu, Lisa masih menyembunyikan hubungannya dengan pak Andi kepada Elang. Ia sangat apik menyembunyikan semuanya.
Kini Lisa dan Elang lebih fokus pada pelajaran daripada hubungan mereka. Menghadapi les tambahan serta ujian akan menjadi makanan sehari-hari bagi Lisa dan Elang.
Saat ini juga Lisa sedang fokus mengejar SNMPTN. Ia sangat sibuk mempersiapkan semuanya, dimulai dari pembuatan akun sampai pencetakan kartu pendaftaran.
"Lo nggak kuliah, Lang?" tanya Lisa memecahkan keheningan diantara mereka.
"Enggak," jawab Elang seadanya.
"Kenapa enggak? Gak mau dites dulu?"
Elang terkekeh geli, bagaimana bisa ia mengikuti SNMPTN sedangkan peringkat sekolah saja tidak ia dapatkan.
"Lo ngejek gue?" tanya Elang balik membuat pandangan Lisa teralihkan.
"Gue peringkat terakhir di kelas," sambung Elang dan kembali terkekeh.
Lisa yang tidak mengetahui hal itu menjadi merasa bersalah.
"Maaf ya Elang."
Elang mendekat kemudian mencium kening Lisa singkat.
"Gak apa-apa," ujar Elang dengan senyum yang mengembang.
"Masih ada SBM," lanjut Elang lagi.
Sebenarnya Elang sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi, memperdalam ilmu mesin yang akan menjadi keahliannya, tapi sayangnya keinginan itu tidak begitu mudah bisa ia capai. Kondisi ekonomi dan mentalnya membuat Elang harus mengubur dalam-dalam impian itu.
Elang memasukkan baju seragamnya kedalam tas, setelah itu menutup paksa laptop Lisa.
"Udah sore, ayo pulang!" Tangan Elang bergerak memasukkan laptop dan alat-alat sekolah Lisa lainnya kedalam tas gadis itu.
Senyum Lisa mengembang sempurna, setiap perlakuan manis Elang selalu membuatnya tak berkutik.
Elang menarik lembut tangan Lisa, sebelah tangannya meninting tas Lisa. Keduanya berjalan tanpa berbicara, Lisa yang larut dalam kebahagiaannya dan Elang yang larut memikirkan kecurigaannya.
"Kalisa!"
Panggilan lembut itu sukses membuat langkah Elang dan Lisa terhenti.
Pak Andi berjalan mendekati Elang dan Lisa yang mulai membalikkan badan.
"Ada apa Pak?" tanya Elang semakin bingung, pasalnya bukan kali ini saja pak Andi menegur dan mengajak Lisa mengobrol.
"Tidak ada apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."