Semua akan bahagia pada waktunya ♥╣[-_-]╠♥
. . .
Elang terus berjalan mondar-mandir, tangannya terus mengacak-acak rak buku. Kini ia sedang berada di salah satu toko buku. Elang berniat untuk membelikan Lisa dua buah buku, yang pertama: Hots Bank Matematika, dan yang kedua: novel berjudul "Pelangi Terakhir".
Sudah hampir tiga puluh menit Elang berada di toko buku tersebut, tetapi ia tidak juga menemukan novel yang dicari.
"Dimana sih?" gerutu Elang yang tidak sabaran, terhitung sudah ada belasan rak buku yang diacak-acak.
AC yang menyala dingin sama sekali tidak mempan di tubuh Elang, bukannya kedinginan ia malah kepanasan. Mungkin karena sedari tadi ia bolak-balik berjalan.
Elang semakin mengacak-acak susunan buku yang tertata rapi, ia sudah sangat muak berada di dalam toko buku. Terlebih baru kali ini ia menginjakkan kaki di toko buku.
Gerakan tangan Elang terhenti saat suara seorang gadis memanggil namanya.
"Elang."
Elang langsung membalikkan badannya dan kini wajah gadis yang pernah ia temui terpampang jelas di hadapannya.
"Lo cari apa?" tanya gadis tersebut dengan ramah.
"Bukan urusan lo!" ucap Elang jutek, ia kembali mengacak-acak rak buku.
"Kalau lo kasi tau mungkin gue bisa bantu." Gadis tersebut mengikuti langkah Elang.
Elang berpikir sejenak, mungkin saja cewek bernama Yola ini bisa membantunya. Lagi pula gadis itu sendiri yang menawarkan bantuan.
"Gue lagi nyari novel," tutur Elang masih dengan wajah datarnya.
"Novel apa?" tanya Yola, ia semakin mengembangkan senyumnya.
"Pelangi Terakhir."
Yola terkekeh geli mendengar ucapan Elang, sementara dahi Elang mengernyit heran.
"Kenapa?" Alis Elang terangkat sebelah.
"Sampai malam pun lo cari-cari nggak akan dapat, Elang." Tawa gadis itu semakin menjadi-jadi.
Elang terdiam, mencoba mencerna ucapan gadis di hadapannya.
"Novelnya nggak ada di sini," ucap Yola setelah tawanya mereda.
Nafas Elang berhembus kasar, rasanya percuma saja mengacak-acak rak buku di toko ini.
"Ikut gue!" Yola menarik tangan Elang, namun dengan gesit Elang menghempaskan tangan cewek itu.
"Letak novelnya di lantai atas," ujar Yola agar Elang tidak salah paham.
"Gue bisa naik sendiri."
Elang langsung mengambil langkah, meninggalkan Yola yang kini tersenyum miring.
🦅🦅🦅
Setelah dari toko buku Elang langsung pergi ke bengkelnya. Ia tidak mau menutup bengkel lama-lama karena mengandalkan uang tabungannya saja tidak cukup.
Tanpa Elang sadari seseorang tengah mengikutinya sampai di bengkel. Kini orang tersebut sedang bersembunyi di salah satu pohon yang tidak jauh dari bengkel Elang.
Elang yang tidak tau kalau sedang diikuti masih bersikap biasa saja. Ia membuka pintu bengkel, detik kemudian perasaannya menjadi tidak enak. Feeling Elang mengatakan kalau ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Dan benar saja, saat Elang membalikkan badannya sudah ada seorang pria paruh baya yang sangat ia kenali. Pria itu tengah memegang pisau, dan tentu saja Elang masih mengenali pisau itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."