Apa kamu percaya kalau pertemuan kita adalah salah satu dari konspirasi semesta. ( ˶ ❛ ꁞ ❛ ˶ )
. . .
"Jadi, besok pagi sampai seterusnya gue nggak usah jemput lo?"
Lisa menggeleng kecil sambil melebarkan senyumnya.
Saat di rooftop Lisa meminta Elang untuk tidak pergi ke sekolah bareng, tapi saat pulang sekolah mereka masih pulang bersama. Entah sebab apa Lisa meminta seperti itu, Elang hanya bisa menuruti ucapan Lisa saja walupun masih bingung dengan sikap Lisa akhir-akhir ini.
"Pulang nanti, lo langsung ke bengkel ga, Lang?" tanya Lisa disela-sela langkah mereka.
"Iya, kerjaan di bengkel lumayan banyak."
Elang memasangkan helm Lisa, tak lupa jaketnya tetap ia ikat di pinggang gadis itu.
"Keep strong, Lang. Jangan lupa bersyukur ya, jangan banyak ngeluh."
Elang mengangguk kecil, keduanya pun menaiki motor. Tangan Lisa melingkar manis di pinggang Elang.
Keduanya larut dalam obrolan seru, motor Elang juga tidak melaju cepat. Sesekali mereka tertawa kecil, tapi di lubuk hati Lisa yang paling dalam ia sangat takut kalau momen seperti ini akan berakhir.
"Gue cuman ngasih pendapat aja sih," ucap Elang sambil melirik Lisa dari kaca spion.
"Gue terima pendapat lo," timpal Lisa dan keduanya pun tertawa kecil.
"Itu ada apa ya, Lang?"
Lisa menunjuk ke depan, tepatnya ke arah kumpulan orang-orang. Motor Elang semakin mendekati kumpulan orang-orang itu.
"Kecelakaan mungkin," jawab Elang begitu sampai di dekat kumpulan orang-orang.
Tiba-tiba saja Lisa turun dari motor membuat alis Elang terangkat sebelah.
"Mau ngapain?" tanya Elang ikut turun mengikuti Lisa.
"Lihat dulu yuk!"
"Enggak! Itu bukan urusan kita!"
Elang menarik tangan Lisa dari kerumunan, namun suara yang sangat familiar membuat niat Elang untuk pergi menjadi ia urungkan.
"BANGUN PENG! BANGUN! GUE NGGAK BISA HIDUP TANPA LO!"
Teriakan nyaring laki-laki itu membuat Elang berjalan mendekat.
"Si Elang kepo juga rupanya." Lisa terkekeh geli dan mengikuti Elang menerobos kerumunan.
"SIAPA YANG NABRAK PEPENG GUE?! SIAPA, HAH? SIAPA?"
Bola mata Elang memutar malas, ternyata benar dugaannya.
"Udah Tom udah! Ikhlasin Pepeng, mungkin ini udah takdirnya."
Laki-laki yang berseragam sama mencoba menenangkan sang teman yang sudah menangis histeris.
"LO ENAK KALAU CUMAN NGOMONG, ZAK! GAK SEMUDAH MAKAN IKAN LO BUAT LUPAIN PEPENG!"
"Lagi drama ya?"
Suara Elang membuat cowok bernama Tomi dan Razak tertegun. Keduanya cukup terkejut bisa bertemu dengan Elang tanpa sengaja seperti ini.
"PEPENG LANG, PEPENG."
Tomi beranjak dari duduknya sambil mengusap air matanya dengan baju.
"Kenapa kucing lo? Mati kah?"
Elang bertanya mengejek, sudah tau masih nanya lagi. Begitu pikir Razak.
Sementara Lisa menatap bingung ketiga cowok di hadapannya yang sepertinya saling kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."