Berbagi itu indah ( ꈍᴗꈍ)
. . .
Lisa dan Elang sudah berada di salah satu lahan kosong di samping taman, lahan yang khusus digunakan untuk menanam berbagai macam pohon.
"Tas kita letak di sini aja Lang," ucap Lisa dan mendapat anggukan dari Elang.
Lisa mengambil tas dari punggung Elang lalu meletakkan tasnya dan tas Elang di salah satu kursi yang tersedia. Sedangkan Elang berinisiatif mengambil cangkul yang juga sudah tersedia di tepi lahan tersebut.
Elang mulai mencangkul tanah, namun sebelumnya ia sudah membuka baju dan dasinya agar tidak ikut kotor, dan hanya menyisakan kaos berwarna hitam.
"Kedalamannya berapa meter, Lis?" tanya Elang membuat Lisa menghentikan aktivitasnya yang sedang memotret cowok itu.
"Karna di sini tanahnya gembur, cangkul 60 cm aja, kurang lebih juga gak apa-apa," jawab Lisa disertai senyumnya.
Elang lanjut mencangkul, cowok itu tampak tenang dengan keringat yang mulai mengucur di pelipisnya. Lisa merasa bosan karena sedari tadi ia hanya duduk sambil memotret Elang. Biasanya jika menanam pohon di sini ia sendiri yang mencangkul dan mengubur tanaman. Tapi kali ini Elang mengambil alih semuanya.
"Lang, kalau capek duduk aja biar gue yang cangkul," ucap Lisa membuat Elang menoleh ke arahnya.
"Lo mau jatuhin harga diri gue ya Lis? Ck, yang bener aja gue duduk santai sedangkan lo cangkul tanah, gak gak, gak bisa gitu. Lo duduk aja di situ!" titah Elang.
Lisa sempat cemberut mendengar ucapan Elang barusan, namun detik selanjutnya ia tersenyum bahagia karena Elang selalu memperlakukannya seperti seorang princess.
"Jarak antara pohon ke pohon 3 meter ya Elang," ujar Lisa memberitahu saat Elang hampir menyelesaikan cangkulannya di lubang pertama.
"Lo kenapa suka tanam pohon Lis? Buang-buang waktu aja tau gak," cetus Elang membuat Lisa terkekeh geli.
"Buang-buang waktu gini tapi dapat pahala loh, Lang," seru Lisa sambil menaik turunkan alisnya.
"Kok bisa?" tanya Elang lagi, ia membentang jarak tiga meter dari lubang pertama.
"Kita tahu, satu pohon memiliki kemampuan menyerap polusi mobil dalam satu tahun. Meski tidak berbuah ia akan tetap menjadi amal pahala bagi yang menanamnya, karena telah membantu mengurangi polusi udara yang bisa menyebabkan penyakit pernapasan. Sebab dengan menanam berarti kita telah turut andil dalam merawat keberlangsungan hidup manusia. Maka dari itu, menanam pohon termasuk salah satu sedekah jariyah Lang," jelas Lisa membuat Elang terpukau.
"Berarti, kalau gue udah mati dan pohon yang gue tanam masih hidup, pahala gue terus mengalir dari pohon itu?" tanya Elang dan Lisa mengangguk mantap.
"Bener banget, dari satu pohon aja pahala kita sudah mengalir, gimana dua, tiga atau ratusan pohon, kebayang kan gimana banyaknya pahala yang mengalir," seru Lisa dengan antusias.
"Kalau gitu gue tanam pohon banyak-banyak juga," ucap Elang bersemangat lalu lanjut mencangkul.
Lisa terus memperhatikan Elang, sudah sejam berlalu cowok tersebut masih setia mencangkul, terhitung sudah ada 15 lubang yang tercetak, Lisa benar-benar takjub dengan yang dilakukan Elang.
"Gara-gara gue lo jadi pulang sore, sorry ya Lis," kata Elang merasa tak enak, akhirnya cangkulan terakhirnya selesai.
"Gak apa-apa Lang, lagian kan gue yang ngajak lo ke sini," timpal Lisa sambil mengembangkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."