Menangis lah, kalau itu sakit •́ ‿ ,•̀
. . .
"Lisa berangkat sekolah dulu ya Ma, Pa, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati sayang!"
Lisa mencium pipi dan punggung tangan Mama Papanya bergantian, setelah mengucapkan salam, gadis itu langsung keluar dari rumah dan berjalan menuju halte yang hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahnya.
Sembari menunggu bus, Lisa mengambil buku sejarahnya, mengulang-ulang lagi pembahasan materi yang tadi malam sudah ia bahas. Lisa larut dalam membaca, tanpa sadar seorang cowok bersama motornya tengah berhenti di hadapan Lisa.
"Lisa," panggil Elang setelah membuka helmnya.
"Hai Lang," setelah menyadari kehadiran Elang, barulah Lisa menutup kembali bukunya.
"Bareng gue?" tanya Elang.
"Boleh," jawab Lisa antusias dan langsung memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Gue udah bawa helm dua, buat jaga-jaga kalau lo gak dijemput," ucap Elang sambil menyodorkan helm yang sudah ia lepaskan dari penyangga motornya.
"Makasih Elang," sahut Lisa tersenyum hangat dan menerima helm yang diberi Elang.
Lisa tampak kesusahan mengaitkan pengait di helm, lalu sebuah tangan kekar menurunkan tangannya dari leher, kemudian menggantikan tangan Lisa untuk mengkaitkan pengait helm.
"Lain kali kalau gak bisa bilang, Lisa."
Lisa menyengir lebar, setelah itu Elang melepaskan jaketnya lalu mengikatkan jaket tersebut ke pinggang Lisa.
🦅🦅🦅
Murid SMA Jaya Tama kembali terheran dengan kehadiran Elang dan Lisa yang terlihat akrab. Jika kemarin keduanya terlihat pulang bareng, kali ini Elang dan Lisa malah terlihat pergi ke sekolah bareng. Banyak diantara mereka yang kepo dengan hubungan Lisa dan Elang yang sebenarnya, namun diantara mereka pun tidak ada yang berani untuk bertanya langsung dengan kedua sosok tersebut.
"Mereka perhatiin kita mulu," gumam Elang namun masih bisa Lisa dengar.
"Hahaha, gak apa-apa Elang cuekin aja ihh," ucap Lisa disertai tawa merdunya.
"Hm, oke."
"Lang, lo ke kelas duluan aja gue mau ke perpustakaan bawah dulu," tutur Lisa.
"Mau gue temenin?"
"Gak usah Elang lo duluan aja. And BTW lo lebih gantengan kayak gini," seru Lisa tertawa kecil.
Elang menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia jadi salah tingkah sendiri dengan ucapan Lisa.
Saat sampai di parkiran sekolah, Lisa memaksa Elang untuk memasukkan bajunya ke dalam celana dan juga mengancingkan kancing atas bajunya. Cewek tersebut juga memakaikan Elang dasi serta minyak rambut agar penampilan Elang semakin rapi.
Elang yang semulanya menolak langsung kicep setelah ekspresi Lisa berubah menjadi sedih. Hal yang dilakukan keduanya pun tidak luput dari perhatian murid-murid yang berada di parkiran, mereka semakin bertanya-tanya mengapa Elang dan Lisa bisa sedekat itu. Dua makhluk yang berbanding terbalik bagaikan langit dan bumi.
"Yaudah gue ke sana dulu ya Lang, lo langsung masuk kelas lah loh ya, awas aja kalau bolos lagi."
Setelah mengatakan hal itu disertai senyumannya, Lisa melangkah kakinya bersebrangan dengan Elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."