Tidak kah kamu merasa kehilangan?. . .
Pukul enam pagi akhirnya Lisa tiba di Jakarta. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu Elang, terlebih lagi Elang belum mengabarinya dari semalam.
Setelah selesai mandi Lisa mulai memikirkan cara bertemu Elang, jujur saja selama ini Lisa tidak tau dimana Elang tinggal.
Pertama yang harus Lisa lakukan adalah menemui Bagas, cowok itu pasti tau dimana Elang.
Sesudah bersiap-siap Lisa langsung mengambil langkah keluar. Namun saat melewati meja makan sang papa malah menegurnya.
"Mau kemana, Sa?"
Sontak langkah Lisa terhenti, ia pun menghampiri Papa dan Mamanya.
"Lisa mau ke rumah temen dulu, Pa." Lisa menyalami kedua orang tuanya.
"Nggak sarapan dulu?" tanya Isabel.
"Sarapan di luar aja, Ma. Lisa pergi dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Isabel dan Firman menggeleng kecil melihat tingkah laku putri mereka, tidak biasanya Lisa pergi buru-buru seperti tadi.
Sementara Lisa langsung menancap gas mobilnya.
Lisa mengambil jalan menuju rumah Bagas, tepatnya rumah saat Bagas bekerja. Elang sering bilang kalau Bagas lebih sering di rumah itu daripada di rumah aslinya, itu sebabnya Lisa pergi dahulu ke rumah Bagas saat bekerja.
Walaupun menempuh perjalanan yang cukup lama Lisa berharap Bagas ada di rumah itu.
Sejam berlalu akhirnya Lisa tiba di rumah Bagas saat bekerja. Ia dibuat bingung dengan banyaknya mobil dan motor yang terparkir di depan rumah.
Sejenak Lisa berfikir untuk turun atau tidak. Ia merasa takut kalau di dalam rumah itu tidak Bagas. Tapi, karena sudah jauh-jauh ke sini Lisa lebih baik turun dan memastikan sendiri Bagas ada di situ atau tidak.
Lisa berjalan dengan hati-hati, kemudian mengetuk keras pintu rumah.
Kericuhan terdengar nyaring dari luar, Lisa yakin kalau ada banyak orang di dalam rumah itu.
Beberapa menit mengetuk dan mengucapkan salam akhirnya pintu terbuka, tapi bukannya Bagas yang Lisa dapati.
Seorang cewek berambut pirang menyambut kedatangan Lisa.
"Ada apa? Mau masang?" tanya cewek tersebut, wajahnya terlihat sangar.
"Saya ke sini mau nemuin Bagas, Mbak," ujar Lisa disertai senyum ramah.
Cewek berambut pirang tersebut tampak berpikir, selanjutnya menyuruh Lisa untuk menunggu.
"Tunggu di sini!" titah cewek tersebut dan kembali masuk menutup pintu. Sebelumnya Lisa tersenyum ramah kembali.
Tidak menunggu lama akhirnya Bagas keluar. Wajah cowok itu tampak panik.
"Lo ngapain ke sini, Lis? Aduh seharusnya lo nggak ke sini, di sini bahaya."
Bagas menarik tangan Lisa memasuki mobil gadis itu.
"Lo ngapain ke sini sih Lis? Kalau tau Elang bisa-bisa gue dicincang tuh anak," cerocos Bagas yang malah mendapat kekehan dari Lisa.
"Santai aja kali Gas," seru Lisa
"Justru seharusnya gue yang marah sama Elang."
Mata Bagas memicing, apa gerangan Lisa berkata seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."