Masih bisa bersyukur kan? Perbanyak bersyukur yuk.(。♡‿♡。)
. . . .
"Lari!"
"Cepat lari!
"Lari! Dan kamu akan selamat!"
"Lari, Elang!"
Elang terpaksa bangun dari tidurnya, mengakhiri mimpi yang selalu muncul di alam bawah sadarnya.
Entah suara siapa itu, entah siapa yang menyuruhnya untuk lari. Namun ia berhasil selamat karena suara itu, suara yang benar-benar tidak pernah Elang kenali.
Tak terasa sebulir air mata lolos begitu saja membasahi pipinya. Kali ini jantung Elang berdetak cepat, rasa cemas dan takut membuat kondisi mentalnya lagi-lagi terpukul.
Elang beranjak dari tidurnya, memposisikan badannya menjadi duduk di tepi kasur. Dengan tangan gemetar Elang mencoba mengambil candunya di laci.
Air mata Elang terus menetes, ingatan itu kembali memenuhi isi kepalanya. Tangisan gadis kecil itu kembali menyayat hatinya, entah sampai kapan. Entah sampai kapan Elang akur dengan masa lalu itu. Nyatanya sampai saat ini Elang masih tidak bisa mengontrol dirinya, tidak bisa menjaga mentalnya, dan Elang tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Jalan pintas yang bisa Elang tempuh hanya dengan mengonsumsi obat-obatan terlarang. Dengan begitu rasa sakitnya akan berkurang, ingatannya tentang kejadian lalu akan menghilang. Walaupun hanya sementara.
Alat penghisap sabu-sabu mendarat mulus di bibir Elang, perlahan cowok tersebut menghisap candunya dengan nafsu.
Beberapa menit berlalu, tubuh Elang sudah cukup tenang. Jantungnya sudah berdetak normal, ingatan itu juga sudah lenyap bersama air mata yang sudah mulai mengering. Kini hanya tatapan kosong yang tercipta.
Detik selanjutnya lamunan Elang pecah saat handphonenya bergetar. Ia melirik sekilas ke layar handphone, nama Lisa tertera di layar tersebut.
Sebelum menerima sambungan telfon tersebut Elang menghembuskan nafasnya perlahan, ia butuh stok oksigen yang banyak agar suaranya tidak terdengar seperti orang yang habis menangis.
Merasa cukup baik Elang pun menggeser tombol hijau.
"Assalamualaikum Lang."
"Waalaikumsalam, ada apa Lis? Lo gak bisa tidur?" tanya dan tebak Elang.
"Iya gue gak bisa tidur, Lang. Gue ..."
Dahi Elang mengernyit, sepertinya ada yang tidak beres dengan Lisa. Suara gadis itu terdengar seperti menahan tangisan.
"Kenapa?"
"Nggak pa-pa Lang, gue cuman kangen aja sama lo."
Keheranan Elang semakin bertambah, ia yakin kalau Lisa sedang berbohong. Tapi Elang mencoba untuk biasa saja.
"Baru juga tiga hari nggak ketemu gue, cepat banget kangennya."
Sudah tiga hari berlalu setelah kepergian Lisa ke Bali. Keduanya masih sering berkomunikasi, setiap hari baik Lisa maupun Elang akan saling menelpon.
"Iya nih, gue juga nggak tau kenapa bisa mendadak ngangenin lo."
Ucapan disertai tawa merdu tersebut membuat hati Elang menghangat. Jujur saja ia juga merindukan Lisa.
"Makanya buruan pulang."
"Doain aja ya, Lang. Gue juga nggak mau di sini lama-lama."
Lagi-lagi suara Lisa terdengar seperti menahan tangisan, Elang rasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."