[17] Kehidupan Sebenarnya 2

219 40 0
                                    

Semangat puasanya :)

. . .

"Nadia, Karin!" panggil Lisa saat melihat kedua temannya berjalan di hadapannya.

Karin dan Nadia menoleh ke belakang, senyum keduanya pun merekah saat tau Lisa yang memanggil.

"Gak sama Elang, Lis?" tanya Nadia saat Lisa sudah berada dihadapan mereka.

"Elang masih di parkiran," jawab Lisa berbohong.

Beberapa menit yang lalu Elang menarik tangan Lisa sebelum ia memasuki kelas, dan Elang membawanya ke parkiran. Elang meminta Lisa untuk tetap tenang dan mengikuti saja permainan teman-temannya. Awalnya Lisa menolak, namun Elang terus meyakinkan Lisa kalau orang-orang tersebut akan segera mendapat ganjaran.

"Oh, gitu. Yaudah yuk," ajak Nadia.

Ketiga gadis tersebut pun berjalan beriringan disertai obrolan ringan. Dan sesampainya di kelas, Lisa disambut heboh oleh Tina dan lainnya.

Drama pun dimulai.

"Lisa! Yaampun, untung aja lo datang. Lo harus lihat ini!" seru Tina menampilkan ekspresi panik. Gadis berponi tersebut juga menarik tangan Lisa hingga tubuhnya kini menghadap papan tulis.

Tangan Lisa mengeplak kuat saat membaca cacian yang ditunjukkan untuknya. Namun, detik selanjutnya ia bersikap biasa aja.

"Siapa sih yang nulis ini? Kurang kerjaan banget," timpal Mira.

"Iya, kurang kerjaan emang lo semua!" Batin Lisa dongkol.

Pandangan mata Lisa beralih menatap Mira. Benar-benar akting yang bagus, Lisa akui keenam gadis ini sangat jago bersandiwara.

"Gila ya, orang sebaik Lisa masih ada juga yang gak suka," cetus Kelly.

Karin berjalan mendekati Lisa, membaca satu persatu hujatan yang tertulis besar di papan tulis.

"Untuk Kalisa Andriani"

"Dasar cabe lo!"

"Tampang doang yang polos, kelakuan sebelas dua belas kayak perek!"

"Cewek murahan lo!"

"Berapa duit yang lo hasilkan dari jual diri?"

"Lonte!"

"Murahan, najis!"

Karin menutup mulutnya tak percaya dengan tulisan-tulisan jahat di hadapannya. Siapa yang menulis kata-kata itu, apa salah Lisa pada mereka sebenarnya.

"SIAPA YANG NULIS INI?" tanya Karin dengan nada tinggi.

Semua orang yang berada di dalam kelas saling diam dan menatap. Terutama keenam tersangka.

"Kita juga gak tau kali, Rin. Dari awal kita masuk tulisan ini udah ada kok," jawab Fitri dengan tenang.

Lagi-lagi, Lisa dibuat kagum dengan akting sang tersangka.

"Jadi kenapa gak kalian hapus? Kalian sengaja? Kalian senang Lisa baca ini, hah?"

Dira, gadis itu membuka suara setelah beberapa menit yang lalu tiba di dalam kelas. Awalnya ia hanya menyimak saja, namun setelah membaca tulisan di papan tulis tersebut, ia merasa geram.

Tanpa mereka sadari, Lisa tersenyum tipis. Senyum yang hanya bisa ia rasakan, senyum yang sangat berbeda dari biasanya.

"Bagus Karin, Dira. Berguna juga kalian ternyata."

"Kenapa lo semua diam? Atau jangan-jangan, pelakunya emang ada di sini?" tanya Nadia ikut membuka suara.

"Oh, Nadia. Good sekali."

ELBRASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang