I love you endlessly
. . .
"Janji ya Elang, janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."
Senyum Elang mengembang, ia semakin mengeratkan pelukannya.
"Gue janji, apapun yang terjadi gue akan tetap di sisi lo. Melindungi dan memastikan lo selalu aman."
Akhirnya Lisa melega, Elang sudah berjanji kepadanya. Elang tidak akan meninggalkannya. Ya, Elang tidak akan pernah meninggalkannya apapun yang terjadi.
Obrolan Elang dan Lisa saat itu memutar kembali di otak Elang. Ia sudah berjanji untuk melindungi Lisa, dan kali ini ia akan memenuhi janji itu lagi.
Semarah apapun Elang dengan Lisa, ia tidak begitu terima jika ada orang yang ingin melukai gadis itu. Karena bagi Elang, Lisa masih menjadi yang terspesial di hatinya.
Jantung Elang masih berdegup kencang di dekat gadis itu, Elang masih menyayangi Lisa. Elang masih menginginkan Lisa, tapi bisakah ia melawan takdir saat ini?
Jujur, jantung Elang berasa ingin berhenti saat mengetahui Lisa diculik, dunianya seketika berhenti.
Bukannya lebay, tapi itulah yang terjadi. Elang sangat menyayangi Lisa, sangat sangat menyayangi Lisa. Jadi, tidak apa-apa kan jika ia bersikap berlebihan.
"Gue harap lo baik-baik aja, Lis." Batin Elang berseru.
Tak lama kemudian Elang tiba di tempat penculikan Lisa. Elang turun dari motornya dan mengambil langkah cepat memasuki tempat tersebut.
Tempat tersebut seperti bangunan ruko yang sudah lama tak berpenghuni. Letaknya yang jauh dari keramaian semakin membuat Elang kalut.
"LANG!" panggil Bagas yang terlihat ngos-ngosan mengejar Elang.
"Lo nggak perlu bantuan?" tanya Razak yang juga terlihat ngos-ngosan.
"Lo berdua tunggu di mobil aja! Kasi tau gue kalau ada polisi yang ke sini," ucap Elang.
"Yaudah pakai ini, selama lo di dalam kita bisa dengar semuanya. Ingat Lang, bunuh orang nggak dosa kalau urgent," ucap Bagas yang malah mendapat keplakan oleh Razak.
Elang mengambil earphone yang diberikan kemudian meletakkannya di telinga.
"Mungkin lo butuh ini, pistol doang nggak bisa buat penjahat itu geger otak." Tomi muncul sambil memberikan balok kayu.
"TOLONG!!"
Keempat cowok tersebut saling bertatapan, itu suara Lisa. Ya, itu benar-benar suara Lisa.
"Kayaknya di lantai dua," ucap Razak.
Elang mengangguk kecil dan langsung mengambil langkah cepat. Ia berlari secepat mungkin menaiki tangga. Sementara Bagas dan lainnya kembali masuk ke mobil Tomi.
Ketiga cowok tersebut saling berebut ponsel Bagas, yang mana ponsel tersebut sudah tersambung dengan ponsel Elang. Jadi mereka dapat mendengarkan semuanya.
"Gue juga mau denger njir," ucap Razak merebut ponsel Bagas dari Tomi.
"Kita bertiga bego ya, kenapa nggak di speaker aja sih," timpal Bagas.
Ketiga cowok tersebut saling bertatapan dengan wajah cengo.
"Bener juga." Razak menghidupkan speaker, ia sendiri tak berpikir ke arah situ.
Ketiga cowok tersebut pun dapat mendengar secara bersamaan tanpa berebut.
"BRENGSEK!"
Suara Elang disertai bunyi pukulan kayu membuat ketiga cowok tersebut bersorak heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."