[22] Panti Pelangi

183 37 2
                                    


Terkadang, orang lain tidak seberuntung kita. Jadi bersyukurlah dengan yang kalian miliki sekarang. \(^o^)/

. . .

"Gabung sama kita ya, Ra."

Langkah Dira langsung terhenti saat Lisa bersuara. Ia langsung membalikkan tubuhnya menjadi menghadap Lisa, sekilas Dira melirik ke arah Elang yang asik memakan bakso.

"Sorry, Lis. Gue gabung sama Acha aja," balas Dira sambil tersenyum tipis.

"Yah, yaudah deh," ucap Lisa tak mau memaksa.

Dira akhirnya berpamitan dan pergi meninggalkan meja Lisa dan lainnya.

"Kenapa ya Dira gak mau gabung sama kita?" tanya Lisa yang belum mengerti dengan sikap Dira.

"Karena ada gue," jawab Elang dengan pandangan yang masih fokus pada bakso di hadapannya.

Nadia, Vina, dan Karin saling bertatapan. Walupun mereka tau tentang hubungan Elang dan Dira sebenarnya, tapi Elang meminta mereka untuk tidak memberitahu Lisa.

"Kayaknya bukan karena lo deh, Lang. Mungkin tanpa sengaja gue ada nyakitin Dira."

"Si Dira emang kayak gitu suka marah gak jelas. Udah jangan dipikirin, Lis," timpal Karin dan dengan senyum paksa Lisa mengangguk kecil.

Meja kelimanya menjadi hening, yang terdengar hanya dentingan sendok dan riuh murid lainnya.

Vina yang awalnya makan dengan tenang dibuat terusik dengan getaran handphone di samping makannya. Ia pun menggeser layar handphone ke atas hingga menampilkan nama 'Hani' yang merupakan teman sepantinya.

Hani mengirim pesan kepada Vina untuk meminta Elang balik ke panti karena bu Biya yang merupakan pengurus panti sedang jatuh sakit.

"Lang, ikut gue!" bisik Vina kepada Elang yang berada di sampingnya.

"Sa, Nad, Rin. Gue sama Elang pergi dulu ya," pamit Vina sambil menarik paksa tangan Elang, cowok tersebut terlihat bingung dengan sikap Vina yang menariknya tiba-tiba. Namun, bukannya berontak Elang membiarkan saja Vina membawanya.

Dan ternyata Vina membawa Elang ke depan lab, gadis itu tampak kebingungan.

"Kenapa?" tanya Elang sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

"Bu Biya sakit," jawab Vina.

"Terus?" Alis Elang terangkat sebelah.

"Dia minta lo buat datang ke panti."

"Gue gak mau!" tolak Elang cepat.

"Lang! Plis, kali ini aja," mohon Vina.

"Na, gue bilang gak mau ya gak mau!" cetus Elang sambil berlalu pergi.

"Lo gak tau berterimakasih banget ya, Lang! Bu Biya yang selama ini udah rawat lo, Lang! Kenapa lo seolah-olah gak peduli dengan kebaikannya!"

Langkah Elang mendadak berhenti, ia membalikkan badannya dan menatap lekat Vina yang sudah berapi-api.

"Oke, gue ke sana."

Setelah mengatakan itu Elang benar-benar berlalu pergi, dan kini senyum Vina pun terpatri.

                                . . .

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, para murid SMA Jaya Tama berbondong-bondong keluar kelas. Yang tadinya lemas lesuh seperti ayam sakit mendadak ceria seperti badut.

Berbeda dengan murid lain yang langsung keluar kelas begitu bel berbunyi, Lisa malah tetap duduk di bangkunya sambil menulis materi yang padahal tu materi bisa disambung di rumah.

ELBRASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang