Jangan lupa tersenyum :)
. . .
Elang melepaskan pelukannya pada tubuh Lisa, ia kembali duduk di posisi semula diikuti Lisa yang berada di belakangnya.
"Ini cewek lebih aneh dari gue," batin Elang, ia merasa bingung dengan sikap Lisa.
"Lo ada masalah besar?" tanya Elang dengan wajah datarnya.
Lisa ikut duduk di samping Elang, gadis itu kembali mengembangkan senyumnya.
"Gak ada," jawab Lisa yang kini malah cengengesan.
"Terus?" tanya Elang lagi sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Gue kayak gitu ... buat narik perhatian lo aja," ucap Lisa jujur tanpa malu-malu.
"Sinting!"
Elang membaringkan tubuhnya tanpa memperdulikan Lisa yang mulai mengoceh, cowok tersebut juga menutup matanya, tidurnya pagi ini benar-benar terganggu dengan kehadiran Lisa.
"Elang, gue yakin lo cowok yang baik. Gue siap jadi teman lo, Lang, jangan sungkan-sungkan ya kalau mau cerita sama gue. Elang! Lo pasti dengerin gue kan, jangan pura-pura tidur ihh."
"BERISIK! ENYAH LO DARI SINI!"
Kali ini Lisa terkejut, bentakan keras dari Elang membuat nyali Lisa menciut, Lisa tidak biasa dengan bentakan keras seperti itu. Tangan Lisa gemetar, keringat mulai bercucuran di pelipisnya, gadis itu berusaha mungkin menahan air mata yang sebentar lagi akan lolos.
"Ma-maaf Elang," ucap Lisa sambil bangkit dari duduknya.
Lisa berlari kecil menuju pintu keluar, air mata gadis itu lolos seketika ia benar-benar terkejut dan takut saat ini, padahal ia hanya ingin berteman dengan Elang, salahkah?
Kepergian Lisa membuat Elang terdiam di tempat, jujur ia sangat merasa bersalah sekarang. Elang tidak bermaksud membentak keras Lisa, ia hanya tidak bisa mengontrol emosi pada dirinya. Seperti itulah Elang, ia sendiri juga bingung dengan suasana hatinya.
"Bego bego bego, lo bego, Lang! Cowok bego kayak lo semakin gak pantas berteman dengan Lisa!" gumam Elang sambil memukul-mukul kepalanya.
Entah mengapa ia merasa sangat sakit ketika melihat wajah ketakutan Lisa, apalagi saat air mata gadis itu lolos keluar, perasaan bersalah semakin menghinggapi dirinya.
"Lo harus minta maaf bego!"
"Arrgghhhh," teriak Elang frustasi.
🦅🦅🦅
Teriknya matahari membuat siswi-siswi XII IPA-1 meringis kepanasan, jam olahraga kali ini membuat mereka tak bersemangat, pasalnya mereka melaksanakan jam olahraga di jam 9, di mana matahari sedang terik-teriknya.
Berbeda dengan para cewek yang mengeluh kepanasan dan langsung duduk di pinggir lapangan, para murid cowok begitu semangat bermain bola voli.
Sorakan semangat terus Echa lontarkan, teman sekelas Lisa ini tampak girang menyaksikan sang pacar yang tengah bermain voli.
"BIMAAA, CEMUNGUTTTT!"
"Buset Cha, mulut lo," ucap Tina yang terganggu dengan suara melengking Acha.
"Apaan sih Tina, sirik amat. Echa kan lagi nyemangati pacar Echa."
"Serah lo deh," pasrah Tina dan mendapat kekehan dari siswi lainnya.
Lisa menggeleng kecil melihat tingkah Echa, kalau dilihat-lihat Echa dan Bima benar-benar pasangan yang serasi. Teriakkan melengking Echa tidak ada yang Bima kacangin, sedari Echa bersorak menyemangati Bima membalas dengan memperlihatkan tangan yang ia bentuk seperti gambar hati. Lisa benar-benar takjub dengan kedua pasangan di kelasnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRASTA
Teen FictionSEDANG REVISI . . . . . "Elang, janji ya! Janji ya tetap di sini, tetap di sisi gue apapun yang terjadi. Dengan begitu gue juga akan tetap di sisi lo."