34.

793 12 0
                                    

Hari ini dara dan kelompoknya ingin take shooting di salah satu rumah sakit. Salah satu dokter di sini ada kenalan dari mamanya dendy, rumah sakit swasta yang bagus. Dan bisa gampang untuk izin take shoot disana walaupun hanya di kasih waktu sebentar saja. Dara mempersiapkan semua peralatan, karena di dalam cerita itu ada dendy berperan sebagai dokternya, dimas mengalami kecelakaan itulah isi dari script nya.

Karena hubungan dara dan rama sudah banyak yang tau, jadi dara dan rama tidak ambil pusing kalau harus berboncangam di atas motor. Rama mencoba untuk membuka hatinya, semoga dara adalah orang yang tepat untuknya.

"Dar udah siap semuanya?" tanya rama yang sedang mengecek isi dari tasnya. Dia harus membawa laptop merek ROG nya karena hari ini langsung untuk mengedit film itu.

"Udah ram, ayuk berangkat." dara menutup gerbang rumahnya, bang el susah membelikan keperluan untuk dara shooting.

Dara dan rama menuju supermarket tepat titik tengah untuk kumpul. Disana sudah ada yang menunggu, rama dan dara tadinya ingin sarapan bubur dulu, cuma tidak enak kalau yang lain menunggu. Sepanjang perjalanan dara dan rama membicarakan banyak hal, rama juga mau menepati janjinya untuk mengantar dara ke toko buku. Dara dan rama sudah di tunggu disana, mereka datang paling terakhir membuat semuanya sebal.

"Nah ini yang di tunggu dateng juga, lama amat si tuan putri." ledek yogi kepada dara mungkin juga dengan maksud menyindir secara halus.

"Gua gak lama, yang lama itu rama. Dia dateng aja gua udah siap dan langsung jalan. gua udh blg mau berangkat sendiri atau bareng dimas dia kekeh mau brg sm gua." jelas dara dengan sangat jelas supaya di mengerti oleh semuanya bahwa ini semua kemauan rama.

"Iya gua yang lama, gua hrs bawa laptop. Terus gua juga yang minta dara untuk bareng supaya laptop gua ga kepentok di jok belakang." ucap rama menjelaskan supaya dara tidak disalahkan.

"Yauda yauda ya gitu aja di permasalahin, udah ayok jalan." ucap felma menenangkan keadaan.

"Makasih fel." ucap dara pelan berada persis di samping dara.

Jam 8 pagi mereka semua berjalan kearah rumah sakit. Rumah sakit itu dekat dengan rumah dendy, jadi setelah dari sana mereka semua menuju rumah dendy. Dara merasa dirinya menyusahkan rama harus menjemputnya dan ini itu. Dara merasa dirinya jadi disalahkan oleh orang lain.

"Ram, kita deket kayaknya banyak yang ga suka. Jujur gua kesindir tadi sama omongannya yogi, gua udah bilang gua bisa bareng dimas gausa brg sm lu." ucap dara disaat berboncengan dengan rama di motor.

"Apaan si ra? mereka semua ga gitu ko. Mereka semua suka lu deket sama gue." jelas rama.

Dara diam memikirkan hal itu, bagaimana tidak? sifat dan sikap rama dengannya sangat lah berbeda, berbanding sangat terbalik. Rama pendiam dara banyak bicara bahkan jail dengan semua orang. Dara bingung apakah dia salah memilih cowo ini? Takutnya dia membuat cowo ini berubah tidak seperti dulu lagi dan akan di jauhi oleh teman-temannya.

"Dar gausa dipakirin, tenang aja ya lagian yang deket sama lu itu gua bukan mereka." rama berusaha menenangkan hati dara, rama tidak ingin kelompok ini mempunyai masalah nantinya. Rama juga tidak ingin kalau dara sampai merasa tidak di anggap disana nanti.

Sesampai disana dara turun dari motor dan merapihkan pakain dimas untuk shoot nanti. Shifa dan felma merapihkan baju untuk karin shooting nanti.

"Dim, semangat disini rame loh nanti." ucap dara sambil merapihkan rambut dimas.

Rama diam saja melihat dimas di rapihkan oleh dara, sangat rapih sekali tertata semuanya.

"Sans dar gua coba untuk ga ketawa nanti." ucap dimas.

"Sip bagus, soalnya gua ga boleh ke dalem. Kl boleh lu bakal gua omelin kayak kemarin kl ketawa wkwk." ucap dara mengingat kejadian kemarin ia memarahi dimas karena banyak tertawa mengabiskan waktu saja.

"Iyaa sans gua coba." ucap dimas.

"Gimana dar? dimas udah siap?" tanya dendy yang sudah memakai jas dokternya.

"Udah dimas udah siap, kok rambut lu berantakan si, sini ya gua rapihin." ucap dara menyisirkan sisir kerambut dendy.

"Oke, gausa terlalu rapih gapapa." ucap dendy.

Sebenarnya shifa dan dendy ada hubungan, tetapi belum pacaran. Masih tidak jelas sebenarnya hubungan mereka ini apa. Tetapi mereka tetap dekat.

"Biar gue aja ra." ucap shifa melihat dara menyisirkan rambut dendy.

"Udah biar dara aja lagian ini cuma rambut." ucap dendy.

"Nih shif mungkin lu lebih paham." dara memberikan sisir itu kepada shifa.

Setelah itu dara nyamperin rama dan niko.

"Ram lo ikut masuk apa di luar?" tanya dara.

"Masuk sebentar terus keluar cuma shoot sedikit aja, emang knp?" tanya rama.

"Gapapa gua mau keluar pinjem motor." ucap dara menyulurkan tangannya.

"Kemana? ko malah mau keluar ga nunggu disini?" tanya rama.

"Beli sesuatu, lagian gua udh ga butuhin kan disini? Kan udh prepare alat juga sama dimas dendy udah siap. boleh ga? kalo gaboleh gua jalan aja." ucap dara.

"Kenapa ga sama felma atau yang lain?" tanya rama.

"Iya sama felma, cuma mau pake motor lu gaboleh emang? felma kan sama niko gua gabisa naik pakenya kalo di engkol gitu" jelas dara lagi.

"Ohh emang bisa naik motor gue dar?" tanya rama.

"Motor abang gua sejenis ini, pake itu aja bisa kenapa ini gabisa. Felma sama gua bisa kopling ko." ucap dara.

Rama merasa dara menahan sedikit rasa sakit hati karena ucapan yogi tadi. Rama bisa melihat dari muka dara dan sikap dara yang berubah jadi cuek dan sedikit dingin berbicara kepadanya.

"Iyauda nih." rama memberikan kunci motornya.

"Makasih." dara langsung bergegas menyalakan motor rama dan keluar dari rumah sakit dengan felma.

Dara menuju kedai jus yang tidak jauh dari rs itu.

"Dar sebenernya lu gamau kesini kan? Cuma badmood gara-gara tadi? Padahal kalau mau sekedar jus di kantin rumah sakit kan ada.

"Engga ko pengen keluar aja males disana ngapain juga." ucap dara yang sedang memesan jus jambu.

"Udah gausa di pikirin dar santai aja, yogi kan emang gitu omongannya suka ceplas ceplos." tutur felma menenangkan hati dara.

"Haha iya santai aja." ucap dara sambil tersenyum.

Sebenarnya memang benar. Dara malas berada disana. Ia ingin mengeluarkan bebannya dengan keluar darisana. Tidak ingin memikirkan banyak hal dan kecurigaan lagi. Dara mau mendinginkan kepalanya agar tidak emosi.

Cinta dan BenciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang