24. Can i?

1.4K 18 0
                                    

Dara tidak berhenti menangis di kamarnya, untung saja bang el belum pulang kerumah, bibi sudah pulang kerumah nya. Dara merasa tidak enak dengan pak satpam tadi sempat di bentak oleh dirinya. Dara merasa sangat sakit hati sekali melihat pesan itu.

Masih terngiang-giang di otak dara sampai saat ini. Dara terus menangis sampai susah untuk bernafas, dara mencobs untuk tenang, tapi tidak bisa. Dara membenci rama sekarang. Benar-benar benci dan tidak suka sama sekali. Dari pusing memikirkan hal ini.

Setelah lama menangis dara pun tertidur masing menggunakan seragam sekolahnya. Jam menunjukan pukul 8 dara masih belum bangun dari tidurnya. Bang el pulang kampus mengecek adiknya apa ia baik-baik saja atau tidak. Bang el kaget dengan keadaan dara yang masih tertidur dengan seragam mata bengep dan bantal basah karena air mata.

"Dek, dekk kenapa dek?" tanya bang el sambil menggerakan badan dara. Bang el sangat panik melihat dara seperti ini, ia takut adiknya disakiti oleh panji lagi.

"Panji, kontol nih anak ya." ucap bang el mengambil ponselnya menelfon panji.

Dara mendengar abangnya duduk di bangku dekat dengan kasur miliknya.
Dan dara mendengar nama panji, dara langsung menahan abangnya untuk tidak menelfon panji.

"Bang, banggg please ini bukan karena panjii." ucap dara menjelaskan kepada bang el yang amat sangat marah saat ini melihat dara seperti ini.

"Gausa bohong dara. Sebut apa yang. dia lakuin sm kamu hah?" ucap bang el kesal. "ga di angkat sama si anjing."

Panji tidak mengangkat telfon bang el. Syukur lah batin dara dalam hati.

"Bang bukan, matiin. Dara nangis bukan karena panji, dara nangis abis nonton film tadi kisahnya sedih. Bang udah matiin." ucap dara memohon kepada abangnya, dara berbohong kepada bang el. Dara takut rama akan di gebukin oleh abangnya karena telah menyakitinya.

"Bener?" tegas bang el.

"Iya bang bener, gua lupa mau ganti baju makanya langsung ketiduran nangis gini." ucap dara berbohong agar abang nya tidak marah-marah lagi.

"Yauda sana mandi bebersih, awas ya dar kl sampe bohong. Dia gua abisin sampe abis." ancam bang el kepada dara.

"Iya bang tenang aja." ucap dara tersenyum meredakan amarah abangnya.

Bang el memeluk dara, badan dara panas dan nafasnya tidak karuan.

"Lu bohong sama gue? ini badan lu panas keringet dingin, nafas ga karuan. Lu mimisan juga?" ucap bang el curiga dengan tingkah dara.

"Gatau bang daritadi disekolah udah gaenak badan, bang gua ga bohong apaan si. Gua udah jujur masih di tuduh kl lu mau marah-marah keluar sana kepala gua pusing badan gua panas." ucap dara kesal dengan sikap abangnya ini.

"Iyauda gua percaya. Gua ambil obat sama makan buat lu, lu tunggu sini aja." ucap bang el keluar dari kamar dara.

"Syukur deh dia percaya." ucap dara pelan.

Dara langsung membersihkan dirinya, iya takut bang el akan marah kepadanya lagi. Badan dia terasa berat tidak enak sama sekali, kunang-kunang di bagian matanya. Pusing di kepalanya makin sakit.

"Aduh sakit pusing bgt." lenguh dara pelan.

Dara membuka whatsappnya banyak sekali pesan di group kelas, group film, dan chat dari rama dengan kata maafnya itu. Dara tidak membukanya sama sekali. Dara menulis di status whatsappnya.

"Maybe i hv to take a rest for some days."

Banyak sekali yang membalas pesan status whatsapp milik dara. Dara tidak menjawabnya. Dara liat rama sedang mengetik pesan untuknya. Dara langsung mematikan ponselnya, dan menunggu abangnya datang.

"Nih makan terus minum obat, gue bersih-bersih dulu gua balik lagi udah abis semua." ucap bang el langsung meninggalkand dara dikamarnya.

"Iya bang makasih ya." ucap dara singkat.

Dara langsung memakan makanan yang dibawa bang el. Ikan gurame asam manis dari hotel tempat bang el magang. Dan dessert cheese cake orange. Segelas susu dan segelas air putih.

Itu semua untuk dara. Dara makin terasa pusing dan lemas sekali. Dara tidak memakan semuanya hanya nasi, gurame, dan segelas air putih saja.

Dara terdiam sambil menunggu abangnya datang. Dara merasa mulai, pusing, dan terus memikirkan hal yang terjadi hari ini. Rasa sakit itu masih terus timbul dan sesak di dada dara saat ini. Dara berfikir terus menerus.

"Can i? Forgive him?" ucap dara dalam hati.

"No, i can't." ucap dara sambil memejamkan matanya.

"Dar? daraaaa. Lo kenapa dek? gua bawa kerumah sakit ya dek? dekkk jawab" teriak bang el histeris melihat adiknya pucat pasif seperti ini.

"Engga bang, dokter aja ya yang kesini, gua ga kuat." ucap dara lemah sekali.

"Ok." ucap bang el langsung menelfon dokter pribadi keluarga dara.

Tidak lama kemudian, dokter itu datang, memeriksa dara. Dara hanya diam saja tidak kuat untuk berbicara. Dara mengeluarkan darah dari hidungnya. Selalu disaat dara pusing pasti akan mimisan.

"Adek kamu kecapekan aja seperti biasa. Terlalu banyak tugas mungkin. Harus banyak istirahat dulu. Ini obat buat dara seperti biasanya. Jangan suruh sekolah dulu. Ini surat untuk 3hari." ucap dokter Anton kepada bang el.

"Iya dok terimakasih banyak." ucap bang el dan turun mengantar dokter itu ke depan.

Tidak lama bang el masuk lagi kekamar dara.

"Dek minum, besok gua kesekolah lu ngasih ini surat dan nelfon walikelas lu. Gausa sekolah sampe 3 hari tapi kl 2 hari udah enakan hari ketiga boleh masuk. Obat diminum, besok bibi gua suruh nginep." ucal bang el menjelaskan dengan tegas kepada dara.

"Iya bang makasih banyak ya." ucap dara sambil tersenyum lemas.

Setelah minum obat dari dokter, bang el tidur menemani Dara, ia tidur disamping adiknya, memeluk adiknya, menjaga adiknya. Bangun mengambil kan minum adiknya di tengah malam. Menemani adiknya semalaman. Sampai besok pagi tiba.

Cinta dan BenciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang