(4) Superb

20.2K 2.5K 130
                                    


Namanya Hadiputra Group. Bidang perusahaannya cukup banyak dan beragam. Namun perusahaan ini lebih terkenal di sektor kargo. Kapal-kapalnya bejibun mengirimkan minyak maupun barang-barang eksklusif melalui peti kemas, bahkan Wikipedia mengatakan mereka punya pesawat kargo terbesar di dunia Antonov apa gitu (aku membacanya sekilas tadi), untuk mengirimkan benda-benda berukuran besar secara kilat melalui udara.

Selain bidang transportasi barang, Hadiputra Group sudah masuk ke bisnis properti dengan komplek-komplek smart city dibangun di Cikarang, Cikupa, bahkan Parung. Belum terlalu banyak portfolio yang disampaikan wikipedia, tetapi satu reference berita yang kuklik menyatakan Agung Podomoro mulai ketar-ketir oleh kemunculan Hadiputra Group sebagai pelaku baru bisnis properti. Belum lagi mereka punya High End sebagai produk fashion, dan The Executive Bento restoran jepang eksklusif yang hanya ada di gedung-gedung pencakar langit Jakarta.

Aku menutup ponselku, tidak sanggup membaca kesuksesan keluarga yang kekayaannya pasti lebih dari tujuh turunan ini. Masih banyak daftar perusahaan lain di bawah naungan Hadiputra Group yang tak berani kugulir. Yang kulakukan berikutnya adalah menarik napas, duduk dengan tegak, jangan sampai blus Chanel belasan juta ini robek atau terkena keringatku sendiri.

Raven tidak mengatakan apa-apa selain, "Jalan!" ketika kami duduk di dalam mobil. Seorang sopir mengemudikan mobil dengan mulus. Dia mengenakan setelan serba hitam dengan kacamata gelap yang mungkin juga mahal. Dia juga tidak bertanya, "Mau ke mana Pak kita hari ini?" seolah-olah semua destinasi sudah diprogram dengan apik, dan sang sopir tinggal menjalankan saja tugasnya.

Raven kembali menekuri ponselnya sepanjang perjalanan. Tidak ada telepon-telepon berbahasa Inggris yang dia terima. Aku mengamati ke mana kami akan pergi. Sejauh ini kami ada di Jalan Gunung Sahari, arah ke Ancol. Aku hafal karena pernah melewatinya beberapa kali dulu.

Di dalam sedan mewah ini, ada logo Hadiputra Group terbordir di sandaran kepala jok depan. Dari situlah aku mulai meng-googling siapa sebenarnya laki-laki seenak udel yang menculikku pergi sekarang. Hasil pencairanku membuatku merasa aku ini tak ada nilainya. Jadi yang kuharapkan sekarang hanya ini semua segera berakhir.

Aku ingin sekali Whatsapp-an dengan Yuni untuk mengetahui situasi terbaru di High End. Namun dia belum membalas lagi pesanku.

Malah Anwar yang mengirimiku pesan, Say, celana pendek abang tadi buat aku, lah! Baunya bikin aku pengin coli.

Tanya aja sama orangnya. Jangan tanya aku, balasku.

Sebuah panggilan radio terdengar sayup-sayup masuk ke earphone yang menempel di kuping sang sopir. Aku tidak bisa mendengar apa pesan radio itu, tetapi gemerisik itu terasa seperti obrolan FBI dengan CIA yang ada di film-film. Sopir berpenampilan hitam-hitam itu memegang telinganya untuk mendengar lebih jelas, kemudian menyerongkan pandangannya ke samping agar pesannya bisa didengar Raven di belakang.

"Orang-orang dari kementerian sudah on-board, Pak."

Raven mengangguk. "Oke," balasnya pendek. "Berapa lama lagi kita?"

"Sepuluh menit."

Tak ada jawaban apa pun dari Raven. Cowok itu sudah kembali ke ponselnya, mengetikkan email lain.

Aku menarik napas panjang di tempatku duduk, benar-benar canggung dan kebingungan harus melakukan apa. Satu-satunya job desk yang kutahu adalah aku harus jadi sekretaris. Aku belum pernah menjadi sekretaris. Bahkan di sekolah pun aku tak pernah menjadi sekretaris. Aku sering sih jadi bendahara kelas, tapi kurasa tugasnya nggak sama dengan sekretaris.

Mungkin aku harus menjadi notulen meeting ini? Kalau iya, berarti aku membutuhkan buku catatan.

Ya Tuhan, aku tidak membawa buku catatan apa pun. Sekretaris macam apa aku ini?!

Crazy Rich Man Who Controls EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang