Hal pertama yang kulakukan begitu menguping pembicaraan Salma adalah menghubungi Asih.
Entahlah. Aku tak tahu mengapa harus menghubungi Asih.
Fakta bahwa Salma berkomplot bersama Nadia menghilangkan kepercayaanku kepada semua orang di ruangan. Mungkin sebenarnya Revalina juga berkomplot. Sekarang Boon sedang bersama Revalina, jadi aku tak bisa meminta bantuan mereka. Mungkin Ravero juga berkomplot, karena Ravero tahu banyak soal kedatangan Nadia ke rumah Boon. Aku tak bisa melaporkannya kepada Ravero.
Apalagi kepada Raven. Dia enggak akan percaya.
Jadi, aku menelepon Asih diam-diam dan bertanya, "Kamu bisa nampung aku di mana gitu? Rumah jelek gapapa, yang penting nampung aku."
Asih bilang bisa. Dia punya bisnis kos-kosan eksklusif di Karet Pedurenan, yang secara kebetulan dekat dengan Sudirman Park, jadi kalau aku membutuhkannya secara darurat aku bisa menggunakannya. Ada sekitar tiga kamar kosong yang bisa kugunakan. Aku agak-agak menipu Asih dengan bilang, "Ini untuk kebaikan Boon." Jadinya, Asih bersedia membantu 100%. Mungkin faktor Jupiter di rumah kelima. Karena bagaimana pun semesta mencoba menjatuhkanku, akan selalu ada keberuntungan yang membuntuti.
Esok siangnya, ketika aku diantar ke Sudirman Park oleh Salma, aku hanya diam tak berbicara. Aku ketakutan sekali. Raven tidak bisa menemaniku karena dia harus berada di kantor dan bertemu Nadia. (Setidaknya aku tahu Nadia sedang tidak ada di apartemen itu.)
(Tapi bagaimana kalau Jaka ada di dalam apartemen itu?)
Aku sampai memelotot ngeri. Diam-diam.
Aku ingin sekali bertanya apakah benar Salma menghubungi Nadia kemarin. Nadia yang "itu". Namun pertanyaan itu tak pernah terlontar dari mulutku. Mungkin karena Salma tampak seperti Nadia. Cewek-cewek modis, semampai, mengenakan high heels dan baju-baju mahal. Seolah-olah orang semacam itu bisa membuatku K.O. dengan mudah.
Aku juga tak punya alasan menuduhnya, karena Salma tampak baik sekali. Dia ramah dan tersenyum sepanjang jalan. Dia juga dengan sopan dan profesional menemaniku ke unit baruku.
Setelah Salma mengenalkan isi unit dan menyerahkan kunci, dia kembali menyelempangkan tasnya.
"Nah, Monika. Untuk hari ini, jangan ke mana-mana dulu. Raven nanti malam mau ke sini. Juga untuk keselamatanmu, mendingan kamu istirahat aja dulu, sambil recover dari jet lag. Oke?"
Jangan ke mana-mana karena Nadia mau ke sini, kan?! Aku tahu rencana busukmu, Salma!
Setelah Salma pergi, aku pun pergi.
Aku pergi ke satu kamar kosan eksklusif di Karet Pedurenan yang sudah disiapkan oleh Asih secara diam-diam.
* * *
Kosannya bagus sekali. Sekarang aku tahu mengapa Asih bisa tetap banyak duit meski sosoknya terus-menerus mengingatkanku kepada Kekeyi. Bisnis kosannya ini oke. Sengaja dia membuat fasilitas mewah sehingga penyewaannya sangat tinggi, minimal 3 juta rupiah sebulan. Yang parkir di halaman depan pun mobil-mobil mewah yang mungkin belinya pake dolar. Ketika aku tiba di kosan dua lantai itu, aku yakin sekali melihat seorang artis FTV entah siapa namanya, tetapi pernah kulihat di TV.
"Asih, makasih banyak udah mau nampung aku buat sementara," kataku, sambil masuk ke dalam kamar yang sangat rapi, wangi, dan tampak mewah.
"Enggak apa-apa, kok. Siapa pun teman calon suami aku yang butuh bantuan, aku pasti bakal bantuin."
Ya Tuhan ... masih halu ternyata.
Asih juga menyempatkan diri datang ke kosan ini, sekalian mengecek kondisinya katanya. Dia menjemputku di depan Sudirman Park, mengendarai motor matic-nya yang mungil. Kami bergegas ke area kosan ini dalam sepuluh menit saja. Asih menyapa satpam, bibi penjaga, lalu menuntunku masuk ke salah satu kamar yang memang belum disewa siapa-siapa.
![](https://img.wattpad.com/cover/220705221-288-k838188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Man Who Controls Everything
RomanceMonika, nama palsu (please jangan kasih tahu nama aslinya siapa) menganggap dirinya gadis sial yang lahir di keluarga miskin. Sampai umur sembilan belas tahun, pencapaian terbaiknya adalah menjadi Employee of the Month sebuah depstor kenamaan di Jak...