Makan siang itu selesai pukul lima sore. Kami merapat lagi di dermaga Marina Ancol sebelum matahari terbenam. Ternyata selain makan siang, di dek bawah ada pertunjukan musik dan tari perut dari Lebanon. Di bagian dinding dek dengan permukaan kayu-kayu vertikal berpelitur, ditayangkan mega proyek transportasi yang sedang dibangun oleh Raven sejak tahun lalu. Raven memberikan ucapan terima kasih di depan banyak orang, disambut oleh kata-kata mutiara dari Pak Suseno yang sesekali memberikan bahasa tersirat, "Itu bisa diatur."
Makan siang ini ternyata jamuan klien untuk merayu kementerian agar bisa menggolkan beberapa rencana Raven yang terhambat.
Aku memang hanya lulusan SMA, tetapi aku paham kok gambaran besar mega proyek yang dimaksud. Raven sedang membangun gembong transportasi baru di Indonesia nyaris di segala lini. Semuanya terintegrasi satu sama lain, memberikan kemudahan bagi penumpang untuk transit dan berganti moda transportasi sesuai kebutuhan dan kenyamanan. Karena semua berada dalam satu sistem, metode pembayaran maupun manifestasi penumpang bisa dilakukan hanya dalam satu klik. (Aku membacanya di kertas-kertas yang ada di storyboard-ku. Ternyata itu bukan kertas kosong. Di belakangnya ada beberapa contekan tentang mega proyek ini kalau-kalau Raven kelupaan beberapa hal.)
Raven akan membangun jaringan ojek, taksi, bus, kereta, kapal laut, hingga pesawat terbang dalam satu perusahaan yang sama, bahkan membangun beberapa terminal maupun stasiun yang menjadi hub dari semua moda transportasi tersebut. (Aku harus meng-google kata hub, karena aku nggak paham artinya apa. Dan utilized load factor. Tadi aku sempat baca di halaman berapa, gitu.)
Ketika kapal merapat kembali, mobil-mobil dari kementerian sudah menjemput dan menunggu di pinggir dermaga. Raven menunggu di pintu dan menyapa semua orang yang keluar. "Thank you for coming. Thank you. We'll give you some feedback in a short notice. Thank you for coming," katanya berulang-ulang ke setiap orang. Aku berdiri di belakang Raven sambil tersenyum ke orang-orang penting ini. Sekitar dua atau tiga figur pernah kulihat di TV, tampaknya mereka dari partai politik.
Ketika semua orang keluar dari kapal, yang tersisa di dalam ruangan hanya aku, Raven, dan dua orang yang menjemput kami di mobil tadi. Para pramusaji sedang sibuk membereskan gelas dan piring, sehingga nggak aku hitung. Raven langsung melepas jasnya dan melemparnya kepadaku. Jas itu hangat. Aroma Raven yang khas dan nyaman itu menguar dengan nikmat.
Raven mengembuskan napas lega. "Fuck, it's finally over!"
Salah satu dari bawahannya Raven mengambil storyboard-ku dan meraba-raba jas Raven untuk mengambil recorder. Satunya lagi menepuk-nepuk bahu Raven, "You can do it, Boss!"
"I know!" sergah Raven, seolah-olah semuanya sudah jelas.
Raven menghempaskan tubuh ke atas sofa, kelelahan, sambil menyesap segelas white wine dan beristirahat dengan tenang. Ternyata, air putih dengan rasa aneh itu adalah white wine. Entah jenis apa, mungkin dicampur air laut, karena ada anyir-anyirnya.
Aku duduk dengan canggung di sofa seberang Raven, menunggu laki-laki itu memberikan perintah baru. Dua bawahan Raven langsung sibuk menelepon semua orang untuk mengabarkan bahwa acara sudah selesai, dan tolong koordinasikan tindakan lanjutan bersama kementerian. Satu dari mereka membuka laptop mungil untuk mengirim email. Jujur saja aku merasa seperti orang tolol duduk di sana tanpa melakukan sesuatu. Yah, Raven pun nggak melakukan apa-apa, sih. Dia hanya terkapar sambil menatap langit-langit ruangan. Tapi, kan dia bosnya.
"Kapalnya Bapak bagus," kataku, membuka obrolan agar kami nggak sepi-sepi amat.
"Jangan panggil bapak. Saya belum kawin," gumamnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/220705221-288-k838188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Man Who Controls Everything
RomanceMonika, nama palsu (please jangan kasih tahu nama aslinya siapa) menganggap dirinya gadis sial yang lahir di keluarga miskin. Sampai umur sembilan belas tahun, pencapaian terbaiknya adalah menjadi Employee of the Month sebuah depstor kenamaan di Jak...