Terjawab Kegelisahan

1.6K 64 0
                                    

Aku tiba di apartemen dengan perasaan campur aduk, aku berusaha tenang dan tidak memikirkan yg terburuk.
Bagiku tidak ada status lebih baik memang, namun di saat situasi seperti ini aku tak dapat menuntut rezky macam-macam dengan perasaanku sendiri.

Namun wanita tetap wanita, perasaan tak bisa dikesampingkan hanya karena berusaha untuk tenang. Aku kembali gelisah kali ini, malam ini harusnya kami bertemu karena dia berjanji untuk menjemputku dan mengajakku kerumahnya. Aku berencana membelikan puding kesukaan tante lisa. Namun sudah jam 6 sore, sepertinya dia masih sibuk. Atau dia masih bersama maya?

Aku mengemudikan mobil ke arah rumah rezky, sebelumnya aku mampir ke toko kue langgananku, membelikan puding dan kue untuk tante lisa.
30 menit kemudian aku tiba di rumah rezky, dan kulihat mobilnya belum ada. Benar sekali dia belum pulang dan sama sekali tidak menelfonku.

Aku membunyikan bel dan menunggu tante lisa membukakan pintu untukku.

"Halooo cantikkkk"

"Malem tante"

Dia memelukku hangat, mengelus lenganku seperti dulu mama sering lakukan untukku. Aku merasa nyaman sekali bersamanya.

"Ayuuuk masuk"

"Makasih tante, ini meta bawa puding kesukaan tante..."

"Oh ya,,,kenapa mesti repot"

Aku menyerahkan puding tersebut dan tante lisa menerimanya, meninggalkanju untuk kedapur menyiapkannya untuk kami makan bersama. Dari arah dapur tante lisa bertanya padaku.

"Gak bareng rezky meta?"

"Hmmm sepertinya rezky sedang sibuk tante"

Dia terdiam dan mendatangiku kali ini

"Waah lihat kue ini cantik sekali"

"Iyaa..tadi metta lihat kue nya cantik, jadi metta beli tante"

"Hmmm tante harus belajar membuat kue seenak ini"

"Hahahah..tante nanti bisa-bisa buat kue lebih cantik dari ini"

Kami terhanyut dalam obrolan panjang sampai pada obrolan mengenai giska dan papa.

"Kamu belum menerima mereka?"

"Ah..ituu..hmmm meta sedang belajar tante"

"Ada baiknya kita berdamai dengan keadaan agar hati jadi tenang sayang"

Aku tersenyum dan meresapi ucapan tante metta, benar sekali aku sebaiknya belajar untuk menerima apa yg sudah terlanjur terjadi.
Sudah 6bulan sejak aku mengetahui hubungan papa dan giska, namun aku sama sekali belum menerima mereka.

"Sebentar ya tante tinggal ke sebelah, tante lupa kalo ada pesenan kue besok"

"Iya tante, meta juga sudah mau pergi"

"Oh jangan, tunggu rezky sebentar"

Aku tersenyum dan mengiyakannya. Kulihat tante metta pergi keluar rumah. Aku melihat sekeliling rumah ini, tidak ada yg berubah sejak aku remaja hingga saat ini. Tante lisa masih sangat sederhana. Kudengar malah beliau tidak mau pindah meski rezky telah membeli sebuah rumah baru dikawasan yg lebih bagus.

Aku tertarik dengan kamar rezky, aku memberanikan diri memasuki kamarnya. Kulihat kamar khas laki-laki cukup rapi dan tertata. Kudekati meja kerjanya dan kulihat jejeran foto kami ada dimeja. Foto kami dari mulai kami berumur 10 tahun hingga foto terakhir kami dengan giska setahun yang lalu.
Aku tersenyum melihatnya. Kurasa rezky menyimpan semua kenangan indah persahabatan kami.

Aku penasaran dengan laci mejanya, kubuka perlahan dan kutemukan buku catatan kecil yg kurasa itu buki curahan hatinya. Tak berani aku membukanya. Kurasa itu hal pribadinya. Namun kulihat foto terselip diantara halaman buku tersebut. Kutarik foto tersebut dan seolah petir menyambarku saat ini.

Foto rezky dengan maya sekretarisnya di ranjang tempat tidur, foto rezky dengan giska di sebuah kamar tidur, juga fotonya dengan wanita yg tak kukenal di kamar hotel.

Aku mundur selangkah dan mengembalikan foto tersebut. Aku kehilangan keseimbangan dan ingin ambruk mengetahui rezky adalah seorang player.

Kudengar suara mobil rezky datang dan aku segera keluar dari kamarnya, dengan perasaan yg campur aduk. Aku menahan segala kemarahanku dan bersikap tenang. Kulihat dia melihatku terduduk lalu menyadari bahwa dia telah melupakan janjinya padaku malam ini.

"Oh..shitt..maaf sayang, aku lupa"

Dia mendatangiku dan ingin memelukku, aku terdiam mematung hanya melihatnya. Kurasakan hatiku dongkol melihat wajah innocent nya dihadapanku.

"Udah lama dear?"

"Sejam lebih aku disini"

"Mama kemana?"

"Kerumah sebelah"

Aku mengambil tas tanganku dan bersiap untuk beranjak berdiri. Dia masih dihadapanku untuk memelukku. Aku masih tak bisa berkata apa-apa kali ini.

"Mau kuantar pulang"

"Nope, aku harus mampir ke rumah setelah ini"

"Hmmmm okeee...aku minta maaf ya"

Aku mengangguk dan berjalan gontai keluar rumah. Dia mengantarkanku hingga kemobil. Aku menutup kaca mobil dan melajukan mobilku dengam cepat dan tak terasa air mataku menetes lebih deras dari biasanya.

Make (it better) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang