Aku membuka pelan mata, menatap sekeliling dan menyadari bahwa aku di rumah sakit, hatiku berdesir mengingat kejadian kemaren, saat aku ingin turun tangga dan tiba-tiba aku pusing dan seketika ambruk jatuh menuruni setiap anak tangga.
Tidak ada yg kurasakan saat ini, bagaimana dengan bayiķu? Bagaimana anakku? Aku mulai resah.
Kulihat seseorang tidur di atas tanganku,
"Mas..."
Dia terkejut dan berusaha menyadarkan diri
"Hai...are you oke?"
"Kenapa mas disini?"
"Ngomong apa sih, aku masih suami kamu"
"Mas...anakku mas,,,"
Dia tak langsung menjawab, justru air mata yg kulihat membanjiri wajah sembabnya. Menutup mulutnya seolah sulit menjelaskan hal ini.
"Sayang....mungkin yg kali ini belum rejeki kita"
"Maksudddd mas...."
"Semalam mas menyetujui operasi untuk kuret kamu"
Aku seolah tak percaya dengan apa yg kudengar, aku sejak awal ingin mempertahankannya, tak peduli apa yg akan terjadi padaku. Tapi dia mengijinkannya.
"Mas...kenapa bisa mas ijinkan?"
Aku masih terisak dan sesak dadaku memikirkannya, tak mampu berkata apa-apa. Tak ingin kulihat wajah mas bagas, aku berpaling saat dia ingin mengusap air mataku.
"Maafin mas sayang,,"
"Mas...mas bukan suami yg baik"
Dia berlutut disampingku, memohon maaf padaku karena meninggalkanku, karena tak ada disampingku saat terberat dalam hidupku.
Aku masih saja terus menangis, mengabaikannya tak ingin mendengarnya.
"Mas...tinggalkan aku"
"Sayang...please, ijinkan aku.."
"Aku ingin sendiri mas"
Dia berdiri, lunglai lemas dan menatapku lemah. Memintaku mengijinkannya berada didekatku. Mata sembabnya tidak dapat disembunyikan bahwa semalaman mungkin dia tidak tidur.
Tapi hatiku sakit, hatiku perih atas apa yg terjadi. Bayi yg kuinginkan harus diambil, perasaan bersalah terdalam dari diriku, seandainya aku lebih hati-hati, jika saja mas bagas tidak berada jauh dariku.
"Kalau perlu apa-apa, mas diluar"
Aku terdiam, kulihat dia berjalan pelan keluar kamar. Disusul meike masuk kedalam kamarku, mereka berpapasan sejenak lalu kulihat punggung mas bagas menghilang dibalik pintu.
"Bu,..ibu baik?"
Aku mengangguk menjawab pertanyaan meike. Air mataku tak bisa berhenti. Masih terbayang bayiku, bayi malangku.
-bagas adhitama pov-
Aku gontai duduk didepan kamar zea, aku dapat mengerti bagaimana dia akan membenciku.
Aku meraup wajahku, mengusik rambut dan merasakan diriku tak berarti. Bagai pria tak bertanggungjawab. Salah membuat keputusan.
Bagaiamana aku akan menghadapi keluarga pak indrawan, serta maukah zea memaafkanku.
"Pak bagas"
"Gimana zea mei?"
"Lagi tidur pak"
Meike duduk disampingku, sama bersedihnya denganku.
"Bapak, maaf sy turut campur"
"Gpp mei, kamu jg sudah tau semua"
"Ibu sepertinya akan sulit sembuh pak"
"Saya tau"
"Bapak bersiap saja untuk kondisi terburuknya"
"Maksud kamu?"
"Ibu tadi menelfon pak adam"
Aku terkejut mendengarnya, adam adalah pengacara keluarga indrawan, aku tak bisa bayangkan kalau zea ingin bercerai denganku.
"Saya mesti gimana mei?"
"Harusnya bapak yg lebih tau bagaimana mendapatkan hati bu zea pak"
Aku termenung, mengingat banyak kejadian 6bulan kami benar-benar dekat. Banyak hal yg berubah setelah menikah.
Meski kita tinggal disatu rumah, aku sadar banyak hal tak lagi bisa kuceritakan karena status kami. Aku lebih banyak menyimpan dengan dasar tidak mau melukai perasaannya.
Dia yg sering mengalah karena egoku, dan aku yg lupa pada caraku dulu mendapatkan hatinya. Kini kami diambang perpisahan.
Hatiku, pikiranku tentu tak mau kehilangannya. Aku harus melakukan sesuatu.
![](https://img.wattpad.com/cover/220690866-288-k828526.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Make (it better) Love
Romancemerupakan sequel dari dear destiny dimana diambil dari sudut pandang metta • • sebaiknya membaca dulu dear destiny. • • only 21+ Lebih banyak foto 😘 vote to apreciate please.😊