Dua Sisi

1.4K 62 0
                                    

Apartemen Bella

-bagas adhitama pov-

Setelah mengantar istriku ke kampus kulihat jam masih jam 1 siang, kuniatkan membelokkan mobilku ke jalan menuju arah apartemen bella.

Pikiranku tak tenang membayangkan kondisinya sendirian saat ini. Kusempatkan membelikannya makan siang untuknya kali ini.

Kuketuk pintu apartemen bella, tak lama bella membuka dan tersenyum melihatku

"Mas..."

"Are you oke?" Tanyaku cepat

"Masuk dulu mas"

Aku masuk dan langsung menuju ke pantry untuk menyiapkan makan siang kali ini.

"Kok tumbenan mas kesini ndak ngabarin dulu"

"Iya tadi abis anter zea sekalian mampir"

"Oh...ndak ngantor hari ini?"

"Modelnya disini gimana mau nganter"

Dia tertawa dan kulihat wajah pucat dan lemah nya duduk di sofa depan tv. Setelah selesai ku siapkan sop daging untuk makan siang bella, aku segera menghampirinya.

"Nih makan dulu"

"Hmmm...ntar lagi ya mas"

"Lhooo..ayo makan, biar cepet pulih"

Dengan malas kulihat dia mulai makan sedikit demi sedikit. Sambil kurapikan meja dan rak tv nya.

"Mas..ngapain sih? Kebiasaan deh suka bersih-bersih"

"Lagi juga kamu kebiasaan berantakan gak berubah"

Aku mendekatinya dan memberanikan memegang tangan kirinya kali ini.

"Habis ini kuantar periksa ya"

Dia menatapku nanar, seolah mempertanyakan status keberadaanku. Seolah terhipnotis dengan ucapanku, dia membeku.

"Mas...."

"Ssssttttt....please, jgn nolak kali ini"

Akhirnya dia tersenyum dan mengangguk, tenang hatiku melihat dia tak lagi menolak bantuanku kali ini.

Kami bersiap untuk pergi ke RS langganan bella, dalam perjalanan sesekali kulihat wajah lemahnya, tak pernah kulihat dia sesedih ini sejak aku mengenalnya. Bahkan setelah kami putus dulu, dia masih sempat tertawa menghampiriku dan menceritakan kisah lucu saat itu. Kali ini, kusembunyikan hal ini dari istriku. Menunggu waktu yg tepat untuk menceritakan kondisi kami.

40 menit perjalanan kami ke RS langganan Bella, kami telah duduk di ruang tunggu menunggu panggilan selanjutnya untuk ke dokter kandungan.

Hatiku berdebar, harusnya aku kesini bersama zea, namun justru aku bersama orang dari masa laluku, jujur penasaranku bagaimana rasanya ke dokter kandungan menemani istri dan melihat kondisi bayi kami.

"Ibu bellavia zita"

Bella beranjak berdiri, aku baru sadar kalau hpku tertinggal di dashboard mobil. Ah sudahlah, aku segera mengekornya menuju ke ruang dokter.

- Kampus UPh-

"Bye zee"

"Oh..hai.yaa sampai jumpa"

Kulambaikan tanganku pada teman terakhirku yg meninggalkanku sendirian di kedai kopi dekat parkir. Aku masih tidak bisa menghubungi mas bagas saat ini.

Kutengok sudah jam 4, seharusnya dia masih ada dikantor. Segera kuhubungi kantor mas bagas.

"Hallo malla? Ini sy zea"

"Oh mbak zea...bisa dibantu mbak?"

"Mas bagas lagi sibuk kah? Sy hub nggak bisa"

"Mas bagas seharian nggak ngantor mbak"

Aku kaget mendengar ucapan malla sekretaris mas bagas. Tadi pagi kuingat dia pamit akan ngantor siang karena ada meeting dengan investor baru.

"Hmmmm..bukannya ada meeting ya hari ini"

"Reschedule kemaren mbak, jd hari ini free. Kebetulan jadwal fotoshoot juga cancel karena mbak bella lagi sakit"

Seperti petir menyambarku sore ini ketika namanya sekali lagi disebut, benar ini rasa yg kurasakan tadi pagi. Rasa yang seolah - olah menghubungkan saraf sensorikku yg begitu sensitif mendengar namanya disebut.

"Oh gitu ya..., ya udah makasih ya malla"

"Baik mbak, sama-sama"

Kututup panggilanku, otakku menghubungkan semua kejadian dan prediksiku kali ini. Mas bagas masuk siang karena cancel fotoshoot kemudia berbohong akan meeting, di tempat lain si bella yg dua kali namanya disebut ini sakit.

Apa mas bagas sengaja berbohong padaku untuk bertemu dengannya?

Make (it better) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang